3•'LWJM

430 54 11
                                    

Cerita ini merupakan fiktif belaka!
Perhatian! Chapter kali ini mengandung adegan pembunuhan.



Bagi sebagian orang mungkin rumah adalah tempat bagi mereka pulang, namun tidak dengan Jergas, Haikal dan Raiden. Bagi mereka yang memiliki rumah yang 'Hangat mungkin pulang ke rumah untuk mengistirahatkan diri. Tetapi tidak untuk orang-orang yang tidak beruntung dalam keluarganya, pulang ke rumah ya Salah namun tidak pulang juga Salah.

Fase tersulit para remaja adalah ketika apapun yang dilakukan mereka dianggap salah oleh Orang Tua, yang ada disaat mereka terpuruk saja bukan orang tua. Jadi tidak apa-apa bukan jika mereka lebih suka berada diluar dibandingkan pulang ke rumah bukan?

Orang Tua mungkin tidak tahu jika anak mereka selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik, namun apakah mereka bisa Menyemangati atau pun Mendukung anak mereka meskipun yang dilakukan anak tersebut tidak sesuai apa yang mereka mau?

Kebanyakan orang tua menuntut anak mereka agar menjadi apa yang mereka Inginkan tanpa tahu ataupun menanyakan apa yang Diinginkan oleh anak mereka.

Pada hari ini tepatnya di dalam salah satu kamar kostan, Jergas bergulat dengan pikirannya sendiri. Tidak ada Haikal dan Raiden disampingnya, hanya ada sosok yang selalu menjaganya selama ini, Naga. Teman ataupun Sahabat itu pasti mempunyai waktu mereka sendiri, jadi? Kita tidak perlu marah jika mereka tidak ada saat kita terpuruk.

Jergas berbaring di ranjangnya seraya menatap langit-langit kamar kost nya, mata nya terasa berat karena menahan diri agar tidak menangis. Ia selalu berusaha baik-baik saja jika di hadapan Naga.

Hari ini Ayah nya menelpon dan memaksanya untuk pulang ke rumah, tentu saja ia tidak mau. Bagaimana pun ia pulang dirinya tidak pernah dihargai oleh Ayah nya. Namun Jergas tidak mungkin menolak permintaan Ayah nya maka Jergas memilih untuk menurut saja.

"Na, lo teleportasi ke Raiden aja oke? Gue pergi ke rumah ayah gue dulu. Lo jangan kemana-mana inget, sama Raiden aja." Jergas beranjak dari tidurnya, ia lalu menyambar jaket dan pergi ke rumah ayahnya.

Naga mengangguk, melihat Jergas yang sudah berlalu pergi menggunakan motor. Ia lantas teleportasi ke sekolah dimana Haikal dan Raiden ada disana. Jergas tentu saja membolos.

 Jergas tentu saja membolos

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bagaimana sekolah mu?"

Jergas menatap Ayah nya, mereka berdua sekarang sedang duduk diruang tamu saling berhadapan dengan tatapan sama-sama datar.

"Selalu itu saja yang kau tanyakan padaku? Ah, kau kan tidak pernah memperdulikan anak-anak mu."

Pria berkepala empat itu terkekeh, "Jergas tetaplah Jergas, selalu memberontak dan tidak punya sopan santun bahkan kepada orang tua nya"

Jergas menatap datar pria dihadapannya, "Kau sendiri bahkan tidak pernah memperdulikan ku, buat apa aku menghormati orang seperti mu?!"

"Ayah? Loh, Jergas? Kamu kapan datengnya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Líke Wê Jüst MétTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang