- Marzuki Madani , seminggu sebelumnya -
_
Pria tua dengan umur nya yang sudah menginjak 80 tahun lebih itu terduduk di kursi goyang tua kesayangannya.
Jika tidak lupa ia membeli kursi ini saat usia nya 60 tahun , saat pinggangnya sudah tidak bisa lagi di ajak berkompromi.
Tangan nya renta berurat menggenggam satu lembar foto yang sudah usang , menandakan jika itu adalah foto lama.
Ujung bibir nya sedikit terangkat , jemarinya mengusap wajah orang orang yang ada di dalam sana , terutama wanita cantik yang berdiri di sampingnya kala itu.
Sungguh cantik ia berani bersumpah . wanita itu , wanita cantik tiada dua.
Matanya menoleh ke arah samping , ke arah kursi goyang milik istrinya yang telah lama kosong.
"Hahhh....."
Helaan nafas itu keluar , matanya kembali melirik ke arah foto setelah meratapi sedikit rasa kesepian nya .
Istrinya yang cantik telah lama berpulang , sosok wanita yang ia usap dengan sepenuh hati tadi.
Sekarang sorot matanya beralih menatap tak percaya pada gambar anak laki laki dengan rambut cepak dan celana pendek yang cukup ketat.
Itu anak pertamanya , maleh Madani .
Maleh tumbuh dengan perumpamaan yang hampir mirip dengan dirinya , banyak yang bilang jika maleh dan dirinya bak pinang dibelah dua.
Tak heran mungkin gen yang di milikinya sangat kuat bagi sang anak pertama . Tapi tak hanya itu , postur tegap dengan badan berisi , kulit sawo matang dan kumis tebal memang benar benar seperti ia di masa muda dulu.
Sekarang matanya berpindah ke wajah anak perempuan yang berdiri di tengah , itu anak kedua , nama nya Melli Madani , putrinya yang paling cantik.
Satu-satunya anak perempuan yang berdiri di sana , kecil mungil terhimpit oleh satu lagi saudara laki laki nya.
Cantik ? tentu saja , tapi bagi ia tak lebih cantik dari sosok sang istri.
Perawakannya yang kecil dan kulit putih nya yang halus tentu saja mengikuti gen sang istri , ia cukup bersyukur akan hal itu.
Satu lagi , anak ketiga yang berdiri paling ujung.
Namanya , maten Madani.
Jika maleh memiliki postur tegap berisi , makan maten hanya mengambil tegap nya saja , ia cenderung kurus seperti sang istri.
Bisa di bilang , maten sang anak terakhir adalah perpaduan antara kedua orang tuanya.
Anak anak nya yang dulu kecil sekarang sudah berkeluarga dan memiliki anak , bahkan Melli anak nya yang ke-dua sudah memiliki cucu.
Ia terharu kala merasa waktu berjalan sangat cepat , banyak yang berubah bahkan bertambah , tapi ada satu hal yang berkurang , sekarang ia sendiri.
Keluarga kecil nya yang hangat , ia selalu berharap bisa kembali ke masa itu , masa dimana ia masih bisa mengurus ketiga anak nya bersama sang istri.