16. Membawa Gadis Diam-Diam

22 2 0
                                    

Kerjasama antara gas dengan rem tak lagi secara bergilir. Mesin mobil belum dia matikan, karena hati masih berdesakan dengan rasa ragu dan takut. Jemari penuh urat miliknya menekan tombol, agar jendela bagian supir terbuka. Dengan setengah badan keluar dia mengawasi keadaan luar rumah.

Lampu-lampu ruang memang telah padam, tapi bagaimana bila ruang keluarga masih dihuni keluarganya? Mengingat ruang tersebut satu-satunya tak bisa dipandang melalui luar rumah. Netranya membagi fokus antara gadis samping kemudi, dengan keyakinan memastikan keadaan rumah.

"Melk."

"Mark-eu."

"Oppa."

"Oppa-oppa!"

Mark melirik gadis penumpang samping supir. Kata lelaki suara tersebut bak lantunan lagu tidur. Keimutan kala ber-aegyo selalu membuat orang luluh, tetapi ntah mengapa Mark tak merasa demikian.

Keraguan kian membumbung padahal kala menolong sang gadis, dia telah sangat yakin untuk dibawa ke rumahnya. Lantas bagaimana? Tak mungkin rasanya Mark tinggal semalam di mobil dalam keadaan terkunci di garasi.

"Oppa." Dengan suara mendayu yang dibuat-buat untuk merengek pada Papa muda satu anak, gadis bernama Yeji itu kembali merengek.

Mark menghela nafas sejenak guna menyingkirkan rasa jijik, sekian lama tak menghadapi rengekan gadis. Netranya terpejam lelah sekilas sebelum membuka gerbang secara mandiri. Selesai meletakkan mobil kembali di garasi, Mark dengan langkah mengendap-endap memasuki dalam rumah.

Jantungnya hampir saja terloncat dari tempat kala hal ditakutkan menjadi kenyataan. Rafalan dalam hati seketika membuahkan tamparan realita, yang juga membuat seluruh tubuhnya gemetar juga.

"Mark-eu~"

Terkesan kasar memang karena Mark langsung membekap mulut sang gadis di gendongannya. Tetapi mengingat jam telah menunjukkan jam istirahat, membuat Mark tak ingin seisi  rumah terbangun karena ulahnya. "Sst diamlah."

Bak baju hendak dirapikan, wajah tersebut seketika tertekuk. Bibirnya maju walau beberapa centi.

"Ma."

"Pa."

"B--"

"Mark-eu Yeji lelah. Yeji hendak tidur ditemani Mark-eu," jerit Yeji kian membuat Mark kelabakan.

"Kau diam atau ku tinggal di mobil dalam keadaan terkunci?!" ucap Mark dengan berbisik tapi meluapkan emosinya.

Mark membutakan netranya kala gadis di gendongannya, tampak kian menekuk wajah kesal. Keheningan karena Yeji sangat kesal membuat Mark, akhirnya berhasil meletakkan Yeji di kasurnya.

Langkahnya memang masih jauh menuju pintu untuk keluar, tetapi Mark justru ditarik oleh Yeji. Beruntung tenaga Papa satu anak itu masih banyak, walau lelah bekerja seharian.

"Mark-eu mau kemana? Di sini saja ya? Kan istrimu tak tahu dimana bukan jadi kasurmu pasti dingin, Mark."

Terkesan perilaku kasar tanpa peduli perasaan orang memang. Tetapi Mark membenci penuturan Yeji, yang menurutnya terkesan menjelekkan sang istri secara tak langsung. Apa hubungannya keberadaan istrinya dengan kasur dingin? Darimana gadis menumpang di kasurnya tahu bila kasurnya dingin? Apakah Yeji adalah penguntitnya berkedok mantan idol?

"Kau-- Sudahlah! Kau istirahat saja di sini dan besok pagi pulanglah."

"Melk!"

"Diam!" bentak Mark tak tahan lagi dengan rasa  kesal kian menggembung.

Mark membanting daun pintu kamarnya lalu menuju kamar sang putra. Senyum hangat seketika terbit, seakan-akan ekspresi seharian tak Mark lakukan. Mark menatap lekat-lekat sang putra, sebelum membersihkan diri, dan terlelap bersama sang putra.

Berdiri tepat pada tengah-tengah rumahnya. Netranya mengedar sebelum melangkahkan tapak kaki mencari kepastian. Keningnya mengernyit, telinga bekerja memutar potongan suara semu-semu sempat dia dengar.

Kecurigaan terbesit kala sempat mendengar suara gadis di rumahnya. Tetapi juga mendengar suara mesin mobil sang putra bungsu, yang cukup lama bergeming di luar gerbang.

"Lee Minhyung." Tidak tersampaikan dengan vokal jelas, melainkan nama itu terucap sebatas melalui batin.

My Daddy Is Superhero Idol (SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang