Bab Ketujuh: Konflik

59 7 3
                                    

Pagi menjelang siang, lapangan saat itu sepi tidak, ramai juga tidak. Diisi oleh beberapa siswa yang sibuk bermain bola besar, dipantulkan, dan dilempar ke dalam ring. Kala ada di sana, salah satu di antara siswa lainnya yang ikut bermain basket.

Kala dengan rasa rindunya pada permainan bola ini terus ia bawa dengan lihainya. Ah, dia rindu sorakan penonton saat ia bawa bola itu dan berhasil memasukkannya ke dalam ring lawan. Ia rindu berlari-lari dan berlompat kecil saat mencoba memasukkan bola ke dalam ring. Ia rindu juga bagaimana ia harus bekerja sama dan komunikasi dengan kawan se-timnya. Kala rindu segala seluk beluknya. Walau sekarang sudah kembali ke dunia basket, tapi Kala masih sedikit asing.

Di lapangan ini dan sekarang ini harusnya terus Kala begitu, harusnya terus ia bermain basket bersama yang lain. Harusnya juga ia tidak ditatap marah dari jauh oleh seseorang yang sudah tak lagi tenang raut wajahnya, siap memberi bogeman mentah di manapun bagian tubuh Kala.

Kaki itu berjalan lebar, memasuki lapangan dan menarik kerah baju Kala yang sedang berdiri di garis lapangan. Tubuhnya jatuh, bahkan terbanting ke bawah. Sakit menyeruak punggungnya, hingga pandangannya kabur sedikit.

Semua kawannya yang ada di sana heboh, mencoba menjauhi orang asing dengan hoodie abu-abu yang tiba-tiba datang ini dari Kala, "Maksud lo apa, anjing?!" Kala dengan marahnya setelah dibantu bangkit.

Tangannya mencoba meraih kerah hoodie abu-abu tersebur walau ditahan oleh kawan-kawannya. Hingga akhirnya kedua mata yang saling marah itu berlawanan.

"Ah ini? Si homo yang bikin Darea kayak orang gila?"

Kala tertegun di tempatnya, panik menyeruak dalam tubuhnya. Wajahnya memanas, diiringi dengan sesak di kepala. Ia marah luar biasa. Kerah hodie itu semakin teremat, tangannya mengepal hebat. Hingga sampai pandangannya kosong, Kala beri orang asing ini tinju kencang di pipinya.

"Bacot!"

Orang ituㅡ Sergaㅡ yang semalam temui Darea dengan keputus asaannya di bar dengan alkohol di tangan kanannya dan racauan nama Kala yang terus menerus keluar dari mulutnya. Orang ituㅡ Sergaㅡ yang mau menangis melihat orang yang ia dambakan seperti tidak ada semangat hidup. Sergaㅡ yang hari ini berniat akan lawan Kala, sekalipun pasangan menyimpangnya— Malka di sekolah mereka.

Mereka harus rasakan apa yang Darea rasakan.

Serga terhuyung ke belakang, lalu ia beri tinjuan yang setimpal pada Kala. Mereka duel di tempat, disaksikan beberapa kawan Kala yang ada di sana sambil mencoba melerai. Namun sedikit sulit, keduanya sama marahnya.

"Lo cowok anjing yang cuma bisa nyakitin hati cewek,"

"Lo gatau apa-apa, bangsat!"

Sekolah ramai seketika, menyaksikan keduanya yang masih adu tinju. Sekalipun dari lantai atas sekolah, mereka semua menonton Kala yang sedang coba lawan Serga yang dirasa amarahnya semakin tinggi.

Kala rasa lelahnya datang, mau tak mau ia mengalah. Ia terlentang setelah berhasil Serga dorong. Sudut bibirnya sudah robek, apalagi pelipisnya yang luar biasa lebam. Belum perutnya yang kram karena tinjuan Serga tidak main-main. Ah, kalau begini balasan atas perbuatannya kepada Darea beberapa waktu lalu, Kala tidak akan pernah mau berurusan dengan perempuan manapun dan sekalipun.

Matanya yang sayu menatap Serga yang menduduki perutnya. Kawan-kawan Kala segera mendekat, namun berhasil Serga cegah semuanya. Marahnya tidak sebanding dengan apa yang kawan-kawan Kala coba lakukan, sekalipun mereka berbondong-bondong.

"Lo itu menyimpang, ga ada tempat buat lo di sini,"

Kepala Kala pusing, rasanya seperti berputar mendengar kata-kata tersebut. Ia seperti mau pingsan dengan napasnya yang begitu tersengal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complete • MashikyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang