Alex merasa udara segar membangunkannya dari tidurnya. Ia membuka mata dan menatap ke jendela kamar kecilnya. Hamparan hijau yang luas dan pepohonan menjulang tinggi menghiasi pemandangan di luar.
Alex: "Kakek, ini begitu indah. Bagaimana Negri Razor bisa begitu hijau?"
Kakek William tersenyum sambil duduk di kursi kayu di seberang kamar, "Ah, Alex, Razor selalu dikenal sebagai negeri yang subur dan penuh keajaiban. Tanah ini dipenuhi energi yang membuatnya unik."
Alex: "Apa yang membuatnya begitu istimewa, Kakek?"
Kakek William: "Dulu, para ksatria yang menjaga Razor memastikan keamanannya. Mereka melibatkan diri dalam seni elemen, menggabungkan kekuatan bumi, air, udara, dan api. Semua itu bersatu membentuk negeri yang subur dan penuh kehidupan."
Alex, semakin penasaran, bertanya lagi, "Apakah aku bisa menjadi ksatria seperti mereka, Kakek?"
Kakek William tersenyum penuh keyakinan, "Tentu, Alex. Hari ini kita pergi ke Akademi Antarex. Di sana, kamu akan belajar tentang seni elemen dan menjadi bagian dari warisan keluarga kita yang luar biasa."
Alex, dengan mata berbinar-binar, berdiri dan bersiap untuk petualangan baru yang menantinya di negeri yang hijau dan penuh keajaiban ini.
Sementara semangat Alex membara, Kakek William merasa getir menyadari kelemahannya yang semakin menghampiri. Di tengah semangat pagi itu, Kakek William mendekap pundak Alex dengan lembut.
Kakek William: "Alex, aku bangga melihat semangatmu, tetapi Kakek merasa sudah lemah. Mungkin hidup ini tidak lama lagi."
Alex, terkejut dan sedih, menatap Kakek William dengan mata berkaca-kaca, "Tapi, Kakek, aku masih butuh kamu. Bagaimana jika kita masuk daftar sekolah bersama-sama?"
Kakek William tersenyum lembut, "Sayangnya, Kakek tidak bisa lagi, Alex. Kamu harus melanjutkan perjalanan ini sendirian. Akan ada banyak rintangan, tetapi aku tahu kamu bisa mengatasinya."
Alex: "Kakek, apa ada empat negri lain yang seindah Razor?"
Kakek William tersenyum, "Tentu, Alex. Di dunia ini, ada banyak negeri indah. Ada Negri Aether, dikenal dengan ketinggian gunung-gunungnya dan langit biru yang tak terhingga. Lalu, Negri Cascade, yang terkenal dengan air terjunnya yang megah."
Alex mengangguk antusias, "Itu baru dua, Kakek. Ada lagi?"
Kakek William: "Tentu, Alex. Jangan lupakan Negri Sylvan, hutan yang menyimpan berbagai kehidupan dan keanekaragaman flora. Dan terakhir, Negri Ignis, negeri yang didominasi oleh gunung berapi dan kekuatan elemen api."
Alex berpikir sejenak, "Semuanya terdengar begitu menakjubkan. Mengapa Razor begitu istimewa?"
Kakek William: "Setiap negeri memiliki keunikannya sendiri. Razor, dengan seni elemennya yang subur, menjadi tempat yang sangat istimewa bagi keluarga kita. Namun, keindahan ada di mana-mana, Alex. Ingatlah, keajaiban bisa ditemukan di setiap sudut dunia."
Saat Alex menanyakan tentang keunikan keluarganya, Kakek William menyeka debu di sudut matanya dan berkata dengan nada yang penuh rahasia.
Kakek William: "Alex, keluarga kita memiliki ikatan darah yang sangat kuat dengan seorang ksatria terhormat di Razor. Bapakku, nenekmu, dan aku sendiri, kami semua keturunan langsung dari ksatria tersebut."
Alex, terkejut, bertanya, "Kenapa kita menyembunyikan ini, Kakek?"
Kakek William tersenyum pahit, "Dalam sejarah, kekuasaan dan penghargaan bisa menjadi beban. Kami memilih menjalani hidup dengan sederhana di sini, tanpa mengumbar-umbar keistimewaan yang dimiliki keluarga kita. Namun, terkadang rahasia itu hampir keluar begitu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAREX
Fantasy"Cerita Antarex" adalah kisah petualangan di Akademi Antarex, tempat di mana para siswa belajar dan menguasai elemen-elemen khusus. Fokus cerita berpusat pada Alex, seorang ksatria muda berumur 9 tahun, yang hidup bersama kakeknya di negri bernama R...