Tasyakur Khitanan Haedar

189 21 11
                                    

Setelah satu jam perjalanan, akhirnya Ali dan Prilly tiba di tempat acara. Tasyakur khitanan putra Baja tersebut dilaksanakan di rumah keluarga besar almarhum Abanya, lebih tepatnya di rumah neneknya yang berada di kawasan Jakarta Barat.

"Ayo masuk, Prill!" Ajak Ali seraya melepas seat belt dan bersiap untuk keluar dari mobil.

Merasa tidak ada sautan dari sang empunya nama, Ali kemudian melirik Prilly yang ternyata sedang asyik melamun.

Ditepuknya pelan pundak kekasihnya, "Prill?"

"Eh ya ampun maaf, Li." Ucap Prilly setelah tersadar dari lamunan.

"Kenapa ngelamun? Ayok masuk, acaranya bentar lagi mulai," ajaknya lagi.

Prilly memandang kaca mobil yang menampakkan rumah yang dulu sering ia kunjungi bersama Ali. Rumah yang kental dengan nuansa Arab tersebut ternyata masih sama, tidak ada yang berubah sedikit pun. Hanya saja terdapat banyak wajah-wajah asing yang sama sekali tidak Prilly kenal.

Prilly menggelengkan kepalanya sembari melempar senyum tipis, "nggak papa, cuma gugup aja."

"Gugup kenapa?"

Entah kenapa melihat banyak orang yang berlalu lalang keluar masuk tempat acara membuat Prilly merasa gugup dan tak percaya diri.

"Aku mendadak minder deh, Arab semua bro. Aku kalau gabung sama mereka berasa jadi babu," keluh Prilly setelah melihat orang yang hadir di acara ini didominasi oleh wajah Timur Tengah.

Mendengar penuturan hyperbola kekasihnya, Ali memutar bola matanya malas.

"Kamu kebanyakan gaul sama kak ricu, jadi gini nih lebay banget."

"Aku serius, Li. Apa aku pulang aja ya? Bilangin ke Baja deh, Prilly tiba-tiba ada callingan gitu!"

Tanpa menghiraukan ocehan tak penting itu, Ali segera keluar dari mobil kemudian membukakan pintu mobil kekasihnya.

"Ayok ah masuk!" ajaknya seraya memegang tangan Prilly dan menyeretnya masuk ke dalam rumah.

Sejujurnya bukan hanya Prilly saja yang gugup, Ali pun merasakan hal yang sama. Sebab ini kali pertamanya menghadiri acara keluarga setelah absen dikarenakan sakit selama 4 tahun lamanya.

Apalagi kali ini Ali tidak datang sendirian. Entah bagaimana reaksi keluarganya ketika melihat ia datang bersama Prilly. Terkejut kah atau malah biasa saja? Pasalnya keluarga dari Abanya itu pernah menawarkan sebuah perjodohan konyol, hanya gara-gara ia tak kunjung mempunyai kekasih lagi setelah putus dari Prilly.

***

"Assalamu'alaikum."

Semua orang yang berada didalam rumah mengalihkan atensinya tatkala mendengar salam dari sepasang anak Adam yang baru saja tiba. Raut terkejut dan tak percaya nampak jelas terlihat di antara wajah-wajah itu.

Sadar tengah menjadi pusat perhatian, Prilly menggenggam kuat tangan Ali, yang dibalas dengan genggaman yang tak kalah erat. Seolah-olah sedang saling menguatkan lewat genggaman tangan.

Berbagai macam spekulasi buruk mulai bercokol di pikiran Prilly. Bayangan akan penolakan semakin membuatnya merasa takut. Tetapi semuanya terbantahkan dengan senyuman dan pekikan senang dari semua orang. Bahkan kini Prilly tengah dikerumuni oleh sanak saudara Ali untuk sekedar bertukar sapa dan saling melepas rindu dengan sebuah pelukan.

"Gila, gue gak nyangka ternyata Ali beneran balikan sama lo, Pril. Gue kira dia cuma halu doang."

Ali berdecak kesal mendengar pernyataan menyebalkan dari kakaknya. Sedangkan Prilly hanya tertawa kecil.

Our StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang