Jakarta, 2024
Weekend kali ini Ali memutuskan untuk mengajak Prilly ke acara khitanan putra Baja, sepupunya. Selain untuk menghadiri acara, Ali juga ingin memperkenalkan Prilly kepada keluarga besarnya dari pihak Ayah. Walaupun dulu sudah pernah dikenalkan, tetapi rasanya tetap berbeda. Apalagi sekarang anggota keluarganya sudah bertambah banyak, salah satunya Hanan yang merupakan istri Baja.
Dari minggu lalu, Hanan terus mendesaknya untuk mengajak Prilly, katanya ingin berkenalan. Berhubung jadwal mereka kosong, ia pun menyempatkan untuk hadir. Lagi pula ia juga sudah lama tak bertemu dengan Haidar, keponakan tampannya yang tidak tahu menurun dari siapa. Padahal menurutnya Baja tak begitu tampan, apa karena tertolong gen Hanan ya? Ah entah lah.
Setelah menunggu cukup lama, akhirnya yang ditunggu pun tiba.
"Hai!"
Ali menyapa Prilly yang baru saja masuk ke dalam mobil dengan setelan abaya hitam dan kerudung pashmina yang berwarna senada. Hatinya membuncah gembira ketika bisa melihat perempuan kesayangannya lagi setelah satu minggu tidak bertemu, diakibatkan jadwal padat mereka.
"Kenapa nunggunya gak di rumah aja sih?" tanya Prilly kesal.
Siapa yang tidak kesal, Ali berjanji menjemputnya pukul 10 pagi. Tetapi ia datang 2 jam lebih awal dengan alasan takut macet. Alhasil Prilly yang belum siap pun harus mempersiapkan diri dengan terburu-buru dan serba kilat. Hal yang paling menjengkelkannya lagi ialah Ali tidak mau masuk ke rumah dan memutuskan untuk menunggunya di mobil. Sekali lagi, Prilly tidak mengerti dengan Ali dan pikiran randomnya.
Alih-alih menjawab, Ali malah membawa tubuh kekasihnya itu ke dalam pelukannya. Memeluknya dengan erat untuk menyalurkan rasa rindunya yang tak bisa ia ucapkan dengan kata-kata.
"Cantik banget sih kamu," Ali berujar pelan diantara ceruk leher Prilly.
"Ih aku nanya apa, dijawabnya apa," ucap Prilly seraya mengurai pelukan.
"Jangan marah-marah mulu neng, masih pagi juga." Jawab Ali sembari memasangkannya seat belt.
"Ya gimana gak marah-marah, orang kamu hobinya bikin orang kesel mulu." Gerutunya kesal.
"Utuk-utuk pacal aku malah ya? Maaf ya pacar, gak lagi-lagi deh."
Enggan meladeni kejahilan Ali lagi, Prilly memilih untuk mendengarkan musik saja. Pilihannya jatuh pada lagu berjudul Sabry Aalil yang dinyanyikan oleh Sherine. Entah kenapa belakangan ini Prilly suka mendengarkan lagu Arab, apalagi lagu-lagunya Sherin dan Nency Ajrim.
Ana la gaaya oulak erga esma alashan ana sabry aaleel
Kollimara tehrab arab ala eeh entam saharnel leel
Khadti meny roohy omry yahli we sayebny be albaaleel
Yalla hobak entam ghalebny ma'azebny mewareeny el weel
Ali yang sedang fokus menyetir memandang heran kekasihnya yang sedang asyik mendengarkan lagu, dan sesekali ikut bernyanyi juga. Lagu tersebut terdengar sangat asing di telinganya, tetapi yang membuatnya heran adalah sejak kapan Prilly suka mendengarkan lagu Arab? Daripada terus diselimuti keheranan, ia pun memutuskan untuk bertanya, "tumben dengerin lagu Arab?"
"Lagi suka aja sama lagu Arab." jawabnya singkat.
"Beneran cuma karena suka aja? Gak ada alasan tertentu gitu."
Prilly memandangnya sinis, "ya lagi suka aja, emang gak boleh ya?"
"Alah bilang aja lagi latihan jadi istri orang Arab, sok-sok an lagi suka lagu Arab. Kamu udah gak sabar mau aku halalin ya?" godanya semakin menjadi-jadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Story
RomantizmAku suka ngayal dan ngehaluin nih anak dua. Daripada dipendam sendiri, lebih baik dishare aja disini kali ya. Walaupun alay dan lebay, tapi gak papa haha. Ini ceritanya random banget, alurnya bakal maju mundur juga, dan update sesuka hati. Jadi jang...