One

79 7 1
                                    

Prangg

Suara piring jatuh memekakkan telinga siapa pun yang mendengar. Ketegangan tercipta di dapur rumah keluarga Bagaskara.

Pertengkaran dua orang berbeda kelamin itu sudah biasa terlihat oleh mata semua manusia yang bertempat tinggal di sana.

Dari arah pintu, seorang wanita paruh baya mengintip di sela - selanya. Bi Ratih, pembantu rumah itu tak berani berkutik lagi melihat pertengkaran kedua anak keluarga Bagaskara.

Si anak cowok terlihat duduk santai di kursi ruang makan sedangkan si cewek berdiri di sampingnya dengan gestur marah.

"Berisik, Ze!" Tegur si laki - laki yang berusia hampir delapan belas tahun.

"Lo yang berisik," balas Zea, kembarannya.

"Mau sampai kapan sih lo ikut campur mulu di kehidupan gue, Zi?"

"Gue cuma jawab jujur pertanyaan Ayah, apa itu salah?" Ucap Zion dengan santainya.

Nada bicara Zion membuat amarah Zea semakin tak terbendung lagi.

"Oh, selain manja sekarang lo jadi tukang ngadu juga?" Sindir Zea secara terang - terangan.

"Sekarang gue tanya serius dulu. Lo bolos les cuma demi bareng sama pacar tuh emang bukan kesalahan? Terus salah gue juga kalau ayah nanyain keberadaan lo?"

Zea mencengkram erat kerah leher Zion yang posisinya lebih rendah.

"Udah gue bilang, gue kerkom. Bukan cuma pacaran, lo gak akan ngerti!"

"Gue bilang ke ayah kalo ngelihat lo pergi sama si Dean - Dean itu. Abis itu terserah ayah mau mikir kayak gimana, itu hak dia. Gue juga nggak bisa ngontrol isi otaknya yang akhirnya gak percaya sama alasan yang lo kasih ke dia."

Zion melepas paksa cengkraman kedua tangan Zea dari kerah bajunya. Setelah itu, tangannya terangkat untuk membenarkan kekusutan yang terbentuk.

"Waktu belajar gue kebuang sia - sia cuma buat ngeladenin lo sama temperamen lo itu."

Cowok yang lahir sepuluh menit lebih awal daripada kembarannya itu berdiri dari kursinya dan pergi ke tangga yang menghubungkan dengan kamar tidurnya yang berada di lantai dua.

Zea menatap punggung kembarannya dengan tatapan benci dan Zion sadar akan hal itu.

******

"Buset, Ze. Kusut amat itu muka kayak gak pernah disetrika," celetuk Kara, teman sebangku Zea yang melihat kedatangannya di kelas.

"Muka lo sini gua setrika," sahut Zea tak terima.

"Berantem sama si ganteng lagi ya?" Tanya temannya yang lain.

Karena kursinya berada di depan Zea dan Kara, gadis bertubuh jangkung itu membalikkan badannya ke belakang untuk melihat apa yang terjadi.

"Si ganteng siapa, Dean?"

Kara yang otaknya sedikit lemot menjadi sangat susah connect, apalagi di saat pagi hari seperti ini.

"Elah, si ganteng Zion lah. Lagian Zea tuh kok mau - mau aja sih sama cowok modelan pantat panci kayak Dean. Udah gak modal, ga pinter - pinter amat, mukanya juga pas - pasan. Curiga dikasih pelet."

"Udah?" Tanya Zea dengan mata lelahnya yang menatap pada Wilka, gadis yang barusan berbicara.

"Masih ada banyak sebenernya, tapi durasi gak cukup."

Double ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang