Zea kembali duduk di bangku yang sebelumnya ia duduki. Melipat tangannya di atas bangku dan menyembunyikan kepalanya ke dalam lipatan tangan.
Pikiran dalam kepala Zea berkecamuk. Memikirkan berbagai hal yang terjadi padanya akhir - akhir ini. Satu persatu orang - orang terdekatnya menjauh darinya, dan semua ini dimulai karena ekspektasi tinggi dari sang ayah.
Di balik lipatan tanganya itu, Zea memejamkan mata. Terus mengatur nafasnya, menenangkan pikiran dan emosinya yang kapan saja siap untuk meledak.
Drrttt Drrtttt
Ponsel Zea tiba - tiba bergetar, yang menandakan ada telepon masuk, dia merogoh saku seragamnya dan melihat siapa yang menelepon. Tertera nama Kara di sana.
"Halo, Ra. Kenapa?"
"Oh ada guru. Oke, gue balik ke kelas sekarang."
Dengan berat hati, Zea beranjak dari bangku yang didudukinya kemudian melangkahkan kaki ke arah kelasnya berada.
Saat melewati kelas 12 MIPA 1, dimana kelas kembarannya berada, ia berusaha memelankan langkah. Melihat saudara kandungnya berdiri di depan pintu kelas, yang kini juga sedang melihat ke arahnya.
"Hai Zea geulis. Sendirian aja, dari mana nih?" Sapa teman Zion kepada Zea yang kini berhenti di depan kelasnya.
"Dari belakang. Gue duluan, El."
"Lah, kok malah pergi? Kirain mau ngobrol dulu tadi. Kalian lagi berantem apa gimana, kok cuma tatap - tatapan doang?"
"Not your bussines," kata terakhir yang diucapkan Zion sebelum kembali memasuki kelasnya.
El yang bingung akan dua anak kembar itu memilih mengikuti Zion memasuki kelas.
Sesampainya Zea di kelasnya, Dia langsung masuk setelah mengucapkan salam, kemudian berjalan ke depan kelas untuk menyalami wali kelasnya yang sedang berdiri di depan kelas.
"Dari mana saja kamu Zea?" Tanya Bu Susi.
"Maaf bu, tadi saya dari taman belakang."
"Oh, baiklah kalau begitu. Berhubung semua nya sudah lengkap, Ibu akan mengumumkan pengumuman penting."
"Ze, lo kenapa, kok keliatan lemes banget gini?" Tanya Kara saat melihat Zea yang baru datang terlihat sangat tidak bertenaga.
Mendengar ucapan Kara, Wilka langsung berbalik menatap Zea yang baru saja duduk.
"Eh iya, lo sakit Ze? Lo gapapa?" Ucap Wilka dengan kalimat yang sedikit terlihat khawatir.
"I'm okay guys, udah dengerin Bu Susi mau ngasih pengumuman tuh," ucap Zea berusaha meyakinkan teman - temannya. Ia tak mau mereka khawatir karena dirinya.
"Baik saya mulai, pengumuman yang pertama adalah hari ini akan diadakan pengumuman kuota elegible siswa. Berhubung akreditas sekolah kita sudah A, oleh karena itu kita diberi kuota sebanyak 40 persen dari jumlah siwa keseluruhan. Kemudian yang kedua, pengumuman elegible akan diumumkan hari ini."
Sontak suasana kelas menjadi riuh dengan suara - suara murid.
"Mampus, gue bakal masuk gak ya? Kalo rangking gue di bawah banget malu lah dilihatin anak seangkatan," panik Wilka.
"Yaelah, santai aja kali. Lagian orang - orang pada sibuk nyari nama mereka sendiri - sendiri. Lo ngga perlu sepanik itu," tukas Zea.
"Haduh Ze, lo mah enak pasti masuk elegible malah palingan masuk sepuluh besar juga. Gak kayak kita - kita ini."
"Enak lo kata? Ga inget siapa Ayah gue? Dia selalu menuntut anaknya untuk menjadi orang pertama, pasti abis ini gue bakal dibentak abis - abisan sampe rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Double Z
Teen FictionZion dan Zea seperti dua kutub magnet yang sama. Karena lahir dari rahim yang sama, wajah mereka lumayan mirip tetapi tidak dengan perangainya. Bagi Zea, Zion dan keberadaannya adalah masalah sedangkan bagi Zion, Zea adalah manusia lemah yang harus...