Five

35 5 0
                                    

Sesampainya Zea dirumah ia tak melihat siapun didalam rumah ini kecuali ART nya yang sedang berada di dapur entah tengah melakukan apa. Zea langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Sesampainya dikamar, Ia langsung mengganti seragamnya dengan baju santai.
Kemudian mendudukkan dirinya di kursi meja belajarnya yang berada di pojok ruangan.

Matanya melirik sebentar kearah jam dinding di atas rak bukunya. Sekarang ini menunjukkan pukul 11.30 berarti masih ada waktu 3 jam 30 menit lagi untuk menunggu pengumuman elegible akan diumumkan. Ia semakin cemas. Sambil menghilangkan rasa cemasnya Ia membuka drawbooknya, mencorat - coret buku tersebut untuk menggambar, karena bagi Zea menggambar dapat merilekskan pikirannya.

*****

Tak terasa kini waktu sudah menunjukkan pukul 14.15, dan 45 menit lagi Web sekolah akan menampilkan pengumuman elegible. Zea terus saja menatap jam yang berada dikamarnya itu, suara dentingan jam mendominasi kamar yang sunyi, suara dentingan jam tersebut mengiringi pikiran Zea yang sedang berkecamuk, tak mau berlarut - larut Zea mengalihkan rasa takutnya dengan buku dihadapannya. Ia bahkan sudah tidak mempunyai tenaga untuk membuka ponsel dan laptopnya.

Waktu terus berjalan, Zea tak bisa fokus dengan buku yang ada di depanya ia terus saja mengamati jam yang berada di rak bukunya itu.

Tok tok tok

Tiba - tiba terdengar suara ketukan dari luar.

"Ze, lo tidur? Ayah minta kita buat turun." Terdengar suara Zion memanggilnya. Tangannya sedikit bergetar karena rasa takutnya. Jantungnya semakin berdegub kencang saat Kembarannya menyebutkan bahwa yang memintanya turun adalah Sang Ayah.

"Ayah mau kita buka Web sekolah bareng - bareng Ze," imbuh Zion yang semakin membuatnya tambah lemas.

"Zi, gue.. takut", se kasar apapun sifat Zea, dan sebenci apapun Zea terhadap Zion nyatanya mereka hanyalah sepasang saudara yang sama - sama membutuhkan untuk saling menguatkan.

"Tenang Ze, ada gue"

Sejenak kata tersebut mampu untuk menengkan Zea.

"Gue juga sama takutnya kaya lo kok Ze, jadi ayo kita hadapin ini bareng -bareng, kita udah sama - sama berjuang semampu kita buat dapet nilai terbaik, jadi lo gak usah ngerasa sendiri Ze, masih ada gue." Kata Zion yang mencoba menenangkan Zea.

"Lo duluan aja, ntar gue nyusul."

Zea sejenak memejamkan matanya, menengadahkan tangan sambil berdoa semoga ia tak mengecewakan Sang Ayah, atau dia akan mendapatkan caci maki, dan bentakan dari mulut Ayahnya jika Zea tak dapat memenuhi ekspektasi Ayahnya.

Zea lekas menuruni anak tangga dengan perlahan. Zea dapat melihat semua anggota keluarganya sudah berada di ruang keluarga termasuk bundanya yang masih menggunakan Setelan Kemeja Dokter, dengan dihadapan mereka ada sebuah laptop yang sudah menyala.

"Sini Ze! Tiga menit lagi pengumumanya keluar."

"Iya Zi." Sambil berjalan perlahan untuk duduk di samping Zion.

Tepat pukul 15.00 krusor di laptop tersebut digerakkan untuk membuka pengumuman elegible yang sudah muncul,satu kali tap dan keluarlah sebuah daftar nama dan jumlah nilai serta urutan rangking satu angkatan, dan yah seperti perkiraan Arzion Bagaskara tertulis rapi pada urutan pertama dengan perolehan total nilai 7520, dan Zea sekali lagi harus menelan pil pahit bahwa dirinya berada di bawah urutan Zion, nama Arzea Bagaskara tertulis di urutan ke lima dengan perolehan nilai total 7000 pas.

"Bagus Zion, kamu memang pantas untuk menjadi penerus Bagaskara," ucap sang ayah sambil menepuk pundak Zion.

"Selamat sayang, bunda bangga sama kamu."

Double ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang