Mobil Kayra berhenti di sebuah rumah mewah berlantai tiga. Banyak para penjaga yang berjaga di depan rumah itu. Kayra turun dari mobilnya lalu langsung masuk ke dalam rumah mewah itu. Saat kakinya ingin menaiki anak tangga menuju kamarnya yang ada di lantai atas langkahnya harus terhenti karena suara seseorang.
"Darimana aja kamu?"
Kayra membalikkan tubuhnya menatap seorang laki-laki yang duduk di sofa ruang keluarga. Laki-laki itu menatap Kayra tajam sedangkan Kayra hanya menatapnya datar tanpa minat.
"Bukan urusan lo." Ucap Kayra dingin.
"Kamu juga bagian urusan aku." Ujar laki-laki itu yang membuat Kayra tersenyum miring.
"Urusan lo? Nggak salah denger gue?" Tanya Kayra,
Kayra menatap laki-laki itu sinis saat melihat laki-laki itu hanya diam tak berkutik. "Stop bersikap seakan-akan lo peduli sama gue."
"Karena kita bukan kita yang dulu lagi." Kayra kembali menaiki anak tangga menuju kamarnya sedangkan laki-laki itu hanya diam menatap punggung Kayra yang semakin menjauh.
"Kamu benar, Kayra. Kenapa kita menjadi sejauh ini sekarang?'
Kayra kembali menutup pintu kamarnya. Gadis itu meletakkan tasnya di atas ranjangnya lalu Kayra langsung merebahkan tubuhnya. Gadis itu menatap langit-langit kamarnya, tatapan dingin nya berubah menjadi sendu saat memori masa lalu nya kembali terputar seperti kaset rusak. Kayra mengepal kedua tangannya, ia tidak ingin menjadi dirinya yang sekarang tetapi keadaan lah yang merubah Kayra. Dunia ini terlalu kejam untuk gadis rapuh seperti dirinya. Kayra butuh sandaran, Kayra tempat bercerita, tetapi itu semua tidak bisa ia dapatkan.
Hanya karena ia selalu memakai topeng dan bersikap seolah kehidupan nya selalu baik-baik saja.
Kayra sangat merasa bersalah pada kekasihnya itu karena telah membohongi nya. Rumah yang ia singgahi bersama Cesar tadi merupakan rumah yang ia sewa selama ini, Kayra sengaja menyewa rumah itu agar Cesar berpikir ia tinggal di rumah itu dan percaya bahwa ia merupakan anak dari keluarga sederhana. Kayra tau latar belakang kekasihnya yang sangat jauh darinya, Kayra tidak ingin membuat Cesar merasa rendah darinya, Kayra ingin mereka selalu terlihat sama tanpa ada perbandingan. Sudah dua tahun ia berbohong pada Cesar dan selama itu juga Kayra harus mengubur identitas nya yang sebenarnya.
Kayra tau apa yang ia lakukan itu merupakan sebuah kesalahan yang akan menjadi bom waktu untuk dirinya kelak tetapi Kayra melakukan itu semata-mata hanya untuk kebaikan hubungan nya bersama Cesar sekarang. Karena kebohongan nya itu Kayra tidak bisa bercerita banyak tentang kehidupan nya pada Cesar, Kayra tidak bisa berkata sebenarnya tentang apa yang sedang ia lalui dan ia butuhkan. Cesar hanya tau Kayra memiliki keluarga yang hangat dan harmonis, Cesar hanya tau Kayra memiliki kehidupan yang penuh dengan cinta dan kebahagiaan walaupun kenyataan jauh dari kata bahagia.
Cesar tidak tau Kayra rapuh.
Cesar tidak tau Kayra hancur.
Cesar tidak tau Kayra broken home.
Cesar tidak tau Kayra selalu menangis.
Kayra tersenyum kecut, "Katanya habis sedih bakal di datangin kebahagiaan, tapi kok kayaknya itu semua nggak berlaku sama gue, ya?"
"Gue salah apa sih? Kenapa semesta selalu menyiksa gue dengan takdirnya?"
Kayra menatap dua bingkai foto yang ada di atas meja belajarnya. Kayra tersenyum tipis menatap bingkai foto itu. Satu bingkai berisi foto ia bersama orang tuanya saat Kayra berusia lima tahun, saat itu mereka sedang berlibur ke Singapura dan satu bingkai lagi berisi foto ia bersama seorang bocah laki-laki, foto itu diambil saat mereka berusia sepuluh tahun.