Typo.
Vote dulu, gan,matursuwon._____________________________________
Selamat membaca.
_____________________________________Dirgantara tersentak kaget saat ada seorang yang tiba-tiba menyodorkan minuman kaleng padanya. Ia pun mendongak dan mendapati Baskara.
"Buat lo, nih. Sebagai tanda terimakasih gue ke elo kemarin malam, cuma itu aja yang bisa gue kasih." Baskara pun mengambil duduk di samping Dirgantara.
Dirgantara hanya diam saja sembari memperhatikan Baskara sampai anak itu kembali berucap lagi.
"Kayaknya kalau kemarin gak ada lo, udah ternodai guenya, bjir!" Ujar Baskara dengan kesal."Mereka preman pasar, kan?" Tanya Dirgantara.
"Iya, yang suka godain cewek cakep bin montok. Kecuali si Juna tua itu, demen sama gue, shibal! Geli banget gue, bangsat!" Ujar Baskara disertai umpatan.
"Udah tau digodain mulu, kenapa gak pindah tempat kos aja?" Tanya Dirgantara, lagi.
"Belum nemu yang murah kayak kos yang gue tempati, gaji gue gak akan cukup kalau mahal-mahal. Belum lagi bayar spp kuliah," ujar Baskara sembari meneguk fruit tea kalengnya.
"Orangtua lo?" Pertanyaan yang dilontarkan Dirgantara itu membuat Baskara meneguk minumannya dengan kasar.
"Udah gak ada sejak gue umur 7 tahun." Kali ini Dirgantara yang dibuat terdiam oleh jawaban Baskara.
"Kita sama," balas Dìgantara yang langsung membuat Baskara menoleh padanya.
"Maksut lo?" Tanya Baskara.
"Orangtua gue udah gak ada sejak gue umur 8 tahun. Gue gak punya keluarga lain, orangtua gue semuanya anak tunggal dan berakhir gue dititipin ke panti asuhan," ujar Dirgantara.
"Lah, sama dong. Gue juga tinggal di panti asuhan. Aslinya bokap gue ada saudara, cuma om gue malah ngebuang gue ke panti asuhan dan dia nikmatin harta bokap. Gue curiga dia yang ada niatan bunuh orangtua gue." Ucapan Baskara membuat Dirgantara mengernyit.
"Orangtua lo meninggal kenapa, emang?" Tanya Dirgantara.
"Kecelakaan, waktu itu kita satu mobil berlima. Gue, kembaran gue, orangtua gue sama supir. Gue gak tau jelas kejadiannya, tiba-tiba aja mobil udah nabrak sisi jalan. Cuma gue aja yang waktu itu masih sadar. Gue lihat mas Bagas mukanya udah banyak darah, mama gue juga posisinya kehimpit kaca, posisi mama gue tangannya hampir putus juga. Habis itu gue pingsan," ujar Baskara panjang lebar, hatinya terasa berdenyut kala mengingat kejadian itu.
"Kehidupan lo gak jauh beda sama gue, Bas. Orangtua gue meninggal karena dibantai, harta orangtua gue dirampas sama orang itu," balas Dirgantara dengan tatapan teduh memandang Baskara yang berhasil membuat si empu terpaku sejenak.
"Kehidupan gue itu kelabu, Bas." Dirgantara mengalihkan pandangannya, mendongak menatap langit.
"Gak ada warna sama sekali kecuali hitam sama putih." Dirgantara kembali menatap Baskara, kali ini dengan seulas senyum hangatnya.
"Tapi gue harus tetep hidup buat cari pembunuh orangtua gue dan rebut kembali apa yang harusnya jadi milik gue," ujar Dirgantara. Kemudian ia menghela napasnya dan berdiri dari duduknya.
"Gue duluan ya, ada kelas lagi. Lo ambil kelasnya pak Imron, gak?" Tanya Dirgantara.
"Kagak, gue ambil kelasnya mas Nur. Cuma reschedule. Emm......." Baskara nampak ingin berbicara kembali dengan Dirgantara.
"Kenapa?" Tanya Dirgantara.
"Gue ada tawaran, gimana kalau kita ngekos berdua? Itung-itung hemat biaya. Itu kalau lo mau, sih. Lo bisa pikirin lagi, gue kagak maksa," ujar Baskara, jika bisa satu kos dengan Dirgantara kan dirinya hanya membayar setengah saja perbulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDRAMAWA KELABU✔
Teen FictionEND. [Revolusi Indomilo] Aruna Harsa Dirgantara dan Baskara Sandhyatama. Kedua pemuda yang menjadi akrab karena suatu kejadian yang menimpa Baskara dan sama-sama hidup sebatang kara. Bagi Dirgan, tidak ada warna di kehidupannya setelah matahari ter...