02. Serius?

64 15 6
                                    

Dari sekian banyak hal, mungkin salah satu keputusannya saat ini adalah yang paling disesali Gojo Satoru. Kenapa? Karena terlalu bersemangat ingin mendapat pekerjaan, begitu mendapat selebaran meski bukan dari Nakahara Chuuya, ia langsung pergi dengan scoopay hitamnya menuju alamat yang tertera, meski harus ada acara kehujanan berujung berteduh dihalte dan bertemu seorang bocah.

Sekarang ia menyesal. Sungguh! Ia tidak tahu jika pekerjaan yang dimaksud adalah babysitter untuk anak usia 8 tahun. Gojo bukanlah pemuda yang punya aura kebapak-bapakan, ia suka main dengan anak kecil tapi tidak menjadi babysitter!

Jangankan mengurus anak orang, mengurus keponakannya saja ia tidak becus hingga harus mendapat pukulan sayang dari kakak sepupunya.

Tapi sekali lagi nasi sudah jadi bubur, ia terlanjur tiba dan ia sangat butuh pekerjaan. Persetan dengan bagaimana nantinya, Satoru hanya akan berusaha sebaik mungkin.

Ketika kakinya melangkah masuk ke dalam sebuah gedung 3 lantai dengan interior kaca, hampir seluruh mata memandang kearahnya. Sungguh Satoru tau ia tampan, jadi ia semakin memamerkan senyum sembari mendatangi seorang wanita dengan balutan kemeja navy, rambut birunya terurai jangan lupakan make up tebal yang menghiasi wajahnya.

"Permisi nona," Si putih menyapa ramah.

Wanita tadi sepenuhnya menghadap Satoru. Tiba tiba saja tubuh Satoru bergidik ngeri saat si wanita tersenyum lebar setelah memindai dirinya dari atas kepala sampai ujung kaki.

"Ya tampan, ada yang bisa dibantu?"

Satoru spontan mundur selangkah saat wanita itu menghapus jarak dengannya.

"Ah, saya ingin mengajukan lamaran untuk ini," Si putih menunjukkan selebaran dengan warna cerah tersebut.

Mei-mei, wanita berambut biru itu menatap sesaat selebaran tersebut sebelum akhirnya menegakkan tubuh.

"Saya pikir anda datang untuk jadi model. Baik mari ikuti saya,"

Pada akhirnya Satoru hanya diam namun langkahnya mengikuti pergerakan si wanita.

...

Mungkin jika benar tatapan bisa membunuh, mungkin Gojo Satoru sudah terbunuh sekarang. Bagaimana tidak, sudah hampir 15 menit ia duduk disofa namun hanya tatapan membunuh yang ia dapatkan dari seorang lelaki dengan kemeja biru tua. Jangan lupakan surai blonde yang klimis itu.

Si surai putih ingat, ia hanya diminta untuk duduk sembari menunggu calon bosnya yang sedang ada urusan diluar. Tak berselang lama datanglah lelaki dengan tampang datar tersebut.

Menurut Satoru, sepertinya lelaki ini lebih tua darinya. Dilihat bagaimana wajah yang terkesan dewasa itu. Keheningan terus terjadi sampai suara pintu dibuka terdengar bersamaan dengan masuknya seorang wanita dengan kemeja hitam yang dilipat seperempat lengan, surai hitamnya dibiarkan terurai.

"Nanami?"

Suara yang terkesan jernih itu membuat Satoru mengerjap. Telinganya terasa terberkati.

"Iya mba, maaf lupa memberitahu mu, aku datang mendadak." Ujar lelaki surai blonde itu.

Utahime hanya mengangguk dan beralih menatap sosok pemuda jangkung bersurai putih yang duduk disofa tak jauh dari sang adik ipar. Si putih yang merasa ditatap akhirnya berdiri.

"Selamat siang bu, mohon maaf karena datang se sore ini. Izin memperkenalkan diri, saya Gojo Satoru, mahasiswa yang ingin melamar pekerjaan,"

Mendengar hal itu wanita yang diketahui bernama Utahime ini diam sejenak, seingatnya semua posisi ditoko miliknya sudah terisi, posisi model juga sudah terisi. Ah, tersisa satu, lowongan kerja sebagai teman bermain anaknya.

"Saya ingin melamar sebagai baby sitter bu,"

"Apa?"

Itu Nanami. Keterkejutannya juga dapat dirasakan oleh Satoru yang sekarang semakin ditatap tajam.

"Apa maksudnya ini mba?" Tanya Nanami. Sekarang fokusnya beralih pada sang kakak ipar ah, atau lebih tepatnya mantan kakak ipar mungkin.

"Yuuji membutuhkan teman bermain, dan dia butuh seseorang untuk menjaganya selama aku bekerja," Jawab Utahime.

"Kenapa harus repot? Ada say-"

"Cukup Nanami. Terimakasih banyak untuk segala bantuan mu selama ini, tapi kau juga harus melanjutkan pendidikan mu diluar negeri bukan?"

Setelah itu, tidak ada lagi perbincangan. Si wanita yang diam dan lelaki bersurai blonde hanya bisa mengepal tangan, amarah nya sudah hampir tak lagi mampu dibendung.

Sementara itu pemuda bersurai putih yang terjebak ditengah-tengah perang dingin ini hanya bisa memperhatikan. Mau bicara pun takut salah.

Iris si blonde menatap sendu Utahime. Dari tatapannya Satoru tau, lelaki ini menyukai bos-nya. Dan Utahime Iori tidak bodoh untuk paham akan hal itu.

"Saya akan kembali lagi nanti."

Nanami keluar dari ruangan tersebut. Menyisakan rasa sesak didada si wanita, namun ia masih harus profesional.

"Baik, apa anda punya pengalaman bekerja menjadi babysitter?" Tatapan menyelidik diarahkan si raven pada pemuda yang duduk di sofa.

"Tida-ah, belum ada bu," balasnya Jujur.

"Lantas mengapa melamar kerja sebagai babysitter? Saya butuh orang yang benar-benar bisa menemani, mengurus dan melindungi anak saya,"

Pernyataan tersebut hampir membuat Gojo Satoru goyah. Tapi dia benar benar butuh uang sekarang!

"Saya memang tidak pernah menjadi babysitter, tapi saya punya pengalaman mengurus keponakan saya selama dua tahun. Saya juga seorang pembelajar yang cepat paham, sehingga saya bisa belajar untuk mengurus anak Ibu, karena itu saya harap bisa diterima bekerja disini."

Ada keteguhan dan percaya diri yang luar biasa dari jawaban pemuda didepannya.

"Serahkan CV dan nomor yang dapat dihubungi, jika anda diterima akan ada telfon dari saya paling lambat 2 hari."

Utahime berucap tegas. Bersamaan dengan berdirinya si Putih sambil meletakkan sebuah map coklat diatas meja kerja calon bos barunya.

Si putih tersenyum ramah sebelum pamit undur diri dibalik pintu ruang kerja single parents itu.

...

Bukan sekali Gojo Satoru pulang dalam keadaan kelaparan. Tubuh semampai nya dibawa menuju dapur sederhana. Tangannya ia arahkan menuju lemari pendingin kecil yang pintunya hampir terlepas jika tidak diikat dengan tali.

Deritnya terdengar bersamaan dengan helaan nafas si putih. Kulkasnya kosong, benar benar hanya ada air dalam botol kemasan yang entah sudah berapa hari mendekam di lemari pendingin tersebut.

Pada akhirnya, ia mengambil botol tersebut dan mengikat kembali pintu kulkas dan beranjak ke kamarnya. Ia baru ingat, besok ada presentasi yang sialnya ia dapat kelompok dengan manusia manusia hobi numpang nama. Beruntung bahan untuk membuat, sudah dipersiapkan dari jauh jauh hari oleh si putih.

Ditemani suara berisik token listrik yang isinya hampir habis, Satoru mengerjakan tugas hingga tak sadar terlelap setelah usai menyimpan tugasnya.

.....


BABY SITTER!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang