Pagi hari.
Tepat setelah mentari terbangun dari persamayamannya. Perjalanan dua Kuncoro tersebut berlanjut menuju Alas Tali Jiwo, untuk mencari abdi baru yang dapat membantu mereka membalaskan dendam, dan membalikkan kekuasaan Trah Kuncoro atas Dua Belas Trah Jagad Lelembut. Mereka melakukan perjalanan menuju selatan lereng Gunung Merapi, menggunakan kereta api menuju Stasiun Maguwo. Rute perjalanan mereka persis seperti yang lewati oleh Fikri, dan joko. Yang membedakan hanyalah ketika itu masih sangat jarang rumah penduduk. Hutan belantara, dan penuh kabut.
"Ini, Stasiun apa tempat pembuangan orang, yah. Kok, sepi banget gini. Mana gak ada rumah warga. Alas Kabeh," celetuk Agus sesampainya mereka di Stasiun Maguwo.
"Ya, wajar toh, Gus. Dibalik setiap hal yang menantang, pasti akan selalu ada hal hebat sedang menunggu. Kita sedang mencari abdi yang hebat, yang tidak pernah terkalahkan dalam catatan sejarah. Jadi, jelas perjalanan ini akan sulit.... ini baru awal. Aku aku yakin ada banyak hal luar biasa yang sedang menunggu kita." Balas Sukmo sembari mengedarkan pandangan pada hutan di depannya.
Hujan turun, tidak besar, dan tidak pula kecil. Tapi, angin meniupkannya begitu semangat. Sehingga seolah hujan itu nampak mencekam. Kabut mulai hadir, menutupi setiap rongga kosong pandangan. Kodok-kodok mulai bersahutan mengucap mantra, agar hujan itu awet hingga perjalanan usai. Kedua bersaudara itu mulai menjejakkan kaki mereka, menapaki tanah becek, dengan mantel dan pakaian seadanya membelah hutan belantara menuju Selatan Lereng Gunung Merapi ditemani oleh aroma khas tanah yang terguyur hujan.
"Ini, masih jauh, Kang Mas?" Tanya Agus pada Sukmo, sembari mengusap tetesan air hujan di wajahnya.
"Kalo, dilihat dari peta. Sekitar dua puluh kilometer lagi ke selatan, Gus" jawab Sukmo, menunjuk ke salah satu arah. " Baru dari situ, kita akan menemukan gerbang ghaib menuju Alas Tali Jiwo. Semangat, Gus! Perjalanan kita masih panjang. Ini, baru awal, rintangan yang sesungguhnya sedang menanti kita di balik gerbang ghaib Alas Tali Jiwo," lanjutnya lagi sembari menepuk-nepuk pundak Agus yang sudah kelelahan berjalan selama dua jam.
Perjalanan mereka berlanjut, hingga tiga jam kemudian. Akhirnya, mereka tiba di gerbang ghaib Alas Tali Jiwo. Secara nyata gerbang tersebut hanya terlihat seperti dua pohon beringin yang saling berdekatan seolah-olah nampak seperti membentuk sebuah gerbang, dengan sebuah batu besar di sisi sebelah kanan.
Selamat datang
di Alas Tali Jiwo. Tempat dimana setiap hari yang rusak jiwanya tidak akan pernah kembali.Tunjukkan persembahanmu, bahwa engkau layak memasukinya!!!
Kurang lebih begitu tulisan yang tertera pada besar tersebut. Tidak, sembarangan orang yang mampu membacanya. Hanya, mereka-mereka yang memiliki garis takdir istimewa yang mampu membacanya. Tulisan tersebut berisi sambutan selamat datang, sekaligus peringatan bagi mereka yang memiliki hati yang rusak, dan niat buruk untuk memasukinya. Jika, tidak.... Jiwa mereka akan tertelan oleh Alas Tali Jiwo.
Kuncoro bersaudara tersebut segera melakukan persembahan mereka sebagai syarat membuka gerbang ghaib Alas Tali Jiwo. Mereka menyiapkan bunga umbo rampe. Membakar kemenyan, menetesinya dengan tetesan darah mereka yang mengalir dari luka sayatan belati pada telapak tangan, persembahan selesai.
Hujan berhenti. Kabur mendadak menjadi pekat, hingga Sukmo dan Agus tidak bisa saling melihat satu sama lain. Samar-samar gerbang ghaib mulai terbentuk di balik kabut, dengan tulisan di atasnya "Alas Tali Jiwo". Tapi, tidak lama berselang, muncul aura yang sangat besar hingga membuat paksa kedua Kuncoro itu tertunduk. Peluh mereka mengalir dengan derasnya. Padahal, ketika itu sehabis turun hujan. Tapi, entah mengapa terasa panas, dan seolah mereka kehabisan nafas.
"Siapa Kalian?" Ucap sosok tinggi besar, dengan gada di tangannya yang tiba-tiba muncul di depan gerbang ghaib.
"Ka-kami, Kuncoro bersaudara," balas Sukmo terbata-bata, tapi ia tidak bisa melihat sosok tinggi besar tersebut karena tertutup kabut, yang terlihat hanyalah sebuah siluet hitam besar dengan gada di tangannya.
"Apa hajat kalian? wahai manusia-manusia hina! Aku sarankan pulanglah sebelum jiwa kalian tertelan oleh Alas Tali Jiwo," balas sosok tersebut, suaranya menggema.
"Pulang, katamu?" Jawab Sukmo sembari mendengus kesal. "Setelah semua penghinaan yang dilalui oleh leluhur kami.... Kau, perintahkan kami pulang begitu saja, hah! Lebih baik aku MATI! Ketimbang, harus pulang dengan melanjutkan penghinaan itu," balas Sukmo dengan nada yang mulai meninggi.
Perlahan Sukmo bangkit, sambil mengerang ia melawan aura besar dari sosok tersebut.
"Hmmm, menarik.... Dua manusia hina yang ingin membalaskan dendam penghinaan. Baiklah, aku persilahkan kalian bermain-main dalam Alas Tali Jiwo. Tapi aku peringatkan, nak. Jangan sampai tersesat, apalagi mati.... Atau kalian tidak akan pernah kembali. Masih ada begitu banyak sosok yang lebih kuat dari pada diriku yang menanti kalian di balik gerbang ghaib ini. Dengan auraku saja, kalian nampak seperti ikan yang kehabisan udara. Tapi, kita lihat saja bagaimana nanti, hahaha," sosok tersebut menghilang, pintu gerbang perlahan terbuka.
Sukmo mendengus "Dasar, bangsa Lelembut! Bisanya hanya menghina, dan merendahkan manusia. Lihat saja nanti, setelah kutaklukkan pemimpin mereka, akan kubuat ia bertekuk lutut di hadapanku," ucap Sukmo setelah kepergian sosok tersebut.
"Ingat, jangan sampai tersesat apalagi MATI! Selamat bermain-main di Alas Tali Jiwo, akan kutunggu kalian di Padepokan Naga Sakti," suara sosok tersebut kembali muncul, menggema di udara.
Dua Kuncoro tersebut bangkit setelah aura besar tersebut menghilang. Sukmo menjulurkan tangan pada Agus membantu dirinya bangkit. Mereka memasuki gerbang ghaib Alas Tali Jiwo, memulai perjalanan baru, petualangan baru. Menaklukkan Si Tanpa Nama penguasa Alas Tali Jiwo yang tidak terkalahkan. Akankah mereka berhasil menaklukkannya? Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, termasuk dua Kuncoro bersaudara itu. Tapi, hanya satu yang dapat dipastikan bahwasanya salah keajaiban di dunia ini bukanlah sebuah kesaktian yang ditirakati, otak yang cerdas, atau nasab yang mulia. Melainkan tekad manusia yang kuat dalam menggapai tujuan. Sehingga, dengan tekadnya manusia tersebut mampu membalikkan setiap kemustahilan yang terjadi. Tidak ada keyakinan yang akan tersingkirkan oleh sebuah keraguan.
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
12 Trah Jagat lelembut
Mystère / ThrillerYusi adalah seorang gadis cantik . ia adalah orang yang tidak mudah percaya dengan perkara mistis, tapi apalah daya semua perspektifnya berubah ketika ia mulai menempati rumah singgahnya yang baru. gangguan demi gangguan terus ia alami. hingga ia pe...