Bukan Hujan Tahun Baru (Part 1)

87 12 0
                                    

"Mindahin hujan?" Kobo menatap bergantian Moona-senpai dan Reine-senpai yang tengah duduk di sofa ruang tamunya.

Masih ada satu tamu lagi, tapi Kobo berusaha mengabaikan seorang Bapak-bapak berkumis tebal dengan bentuk seperti huruf "S" itu. Kumisnya meronta-ronta, seolah berteriak, "Tolong! Bunuh aku! Aku sudah tidak sanggup menderita!" Jadi, Kobo akan memanggilnya Pak S.O.S.

Pak S.O.S mengangguk. "Tepat. Kami sudah mengecek prediksi BMKG. Di lokasi acara kami akan terjadi badai dahsyat pada malam pergantian tahun baru. Ditakutkan hal itu dapat merusak peralatan yang sudah kami siapkan demi menunjang penampilan idol Hololive Indonesia."

"Bisa, kan, Bo?" Alis Moona-senpai berkerut. Jelas terlihat cemas. Bagaimanapun ini acara penting baginya. Karena, diundang ke acara televisi merupakan pencapain hebat bagi talent-talent Hololive, salah satu agensi idol virtual di Youtube.

Selain menyanyi dan menari selayaknya idol di dunia nyata, para talent Hololive juga melakukan streaming. Ada yang bermain game, menggambar, menyanyi, memasak, dan lain-lain tergantung bakat dan keinginan talent yang bersangkutan. Kobo pribadi suka menyanyi sambil memainkan alat musik, coding, dan bermain game bersama talent Hololive lainnya.

Karena basis penampilan Hololive berada di Youtube, audiens yang di gapai terbilang masih terbatas. Hanya golongan anak-anak muda, wibu bau bawang, anime lovers, dan kaum sejenisnya yang menyukai budaya Jepang. Sangat jarang menemukan masyarakat umum yang tahu keberadaan Hololive sebagai agensi idol, biasanya mereka lebih dikenal sebagai agensi komedian.

"Ini kesempatan bagus untuk menggemakan keberadaan kita ke khalayak." Reine-senpai mencondongkan tubuh. "Kami harap, kamu menerima pekerjaan ini. Kami mengandalkanmu, Kobo."

"Tapi kenapa harus pakai pawang hujan?" Kobo bertanya, pertanyaan wajar. Jika ingin menampilkan idol Hololive, penataan panggung harusnya sudah dipersiapkan matang-matang. Secara mereka bukan idol biasa yang bisa tampil di lapangan terbuka dengan mudah. Banyak melibatkan tetek bengek teknologi virtual reality yang Kobo sendiri nggak terlalu mengerti cara kerjanya. "Nggak bisa, ya, acaranya di ruangan tertutup saja?"

"Tidak bisa," jawab Pak S.O.S. "Acara kami mengundang berbagai lapisan masyarakat. Pesta pergantian tahun baru. Anda bisa bayangkan antusiasme mereka. Belum nanti ada pertunjukkan kembang api dan drone. Masa masyarakat disuruh menonton langit-langit?"

Kobo menopang dagu. Masuk akal. Nggak ada alasan yang bersinggungan dengan syarat dan ketentuannya sebagai pawang hujan. Acara ini juga untuk para senpai. Jika acaranya sukses, Hololive Indonesia bakalan semakin terkenal dan mendapat apresiasi lebih banyak dari rakyat Indonesia.

Namun, ada satu masalah. Kemampuan mengendalikan hujan Kobo belum sempurna. Dan ia merahasiakan ini dari semua orang. Bahwa, Kobo bisa memindahkan hujan, tapi nggak bisa memilih ke mana hujan itu dipindahkan. Takutnya auto pick ke tempat yang paling sering ia pikirkan.

Sebenarnya itu bukan masalah besar. Hanya saja, bagaimana kalau salah-salah hujannya malah pindah ke kantor Hololive Indonesia? Oh no! Pesta tahun baru Kobo bersama gen mate-nya bisa gagal total!

Jadi, kemarin Kobo, Zeta, dan Kaela sudah mengatur rencana. Mereka mendiskusikan berbagai hal, mulai dari kegiatan apa saja yang dilakukan, waktunya, sampai hitung mundur detik-detik pergantian tahun.

Menerima pekerjaan ini berisiko. Kobo harus menolak, tapi dengan cara halus. Nggak boleh sampai ketahuan Moona-senpai atau Reine-senpai. Telinga mereka cukup sensitif. Salah ngomong dikit aja, rencana gen 3 pesta tahun baruan di kantor bisa ketahuan. Terus senpai di gen 1 dan gen 2 bakal cepuin mereka ke M-chan yang lagi rapat di Jepang. Nggak mau! Kobo nggak mau kena bonk M-chan lagi!

"Maaf sepertinya saya nggak bisa melakukannya." Selesai Kobo mengatakan itu, ketiga tamunya nampak heran.

"Tapi, bukankah kata mereka Anda pawang hujan?" Bapak-bapak S.O.S menatap Moona-senpai dan Reine-senpai. Yang ditatap malah pura-pura nggak lihat sambil bersiul.

"Reine, coba lihat di sana ada foto kita!" Moona menunjuk foto keluarga besar Hololive Indonesia yang tergantung di dinding. "Lihat lebih dekat, yuk!"

"Yuk! Yuk! Yuk!"

Moona-senpai dan Reine-senpai kabur. Wajah Pak S.O.S nampak kebingungan. Wajar, sebab Kobo pun juga bingung sama apa yang barusan keluar dari mulutnya.

Kobo berjalan menuju jendela. Langit cerah, sih. Mau ngasal nyerocos kalo malam ini pasti nggak bakalan hujan sabi kali, ya?

Kobo menggeleng. Pemali. Mama selalu berpesan. Keluarga pawang hujan bisa mengendalikan hujan, tapi tetap tidak bisa mendahului takdir Tuhan. Jika nggak hujan, maka nggak bakalan hujan sebanyak apapun mana yang dikerahkan. Jika memang hujan, maka nggak jadi cuan, begitu kata Mama.

Kobo menarik napas dalam. Udara pagi memasuki paru-parunya. Segar. Ia terlalu banyak menghabiskan waktu di depan komputer, sampai lupa ada alam yang mampu memberi rasa nyaman dan perasaan menenangkan.

Kobo menemukan kata-kata. "Maaf, Pak. Permintaan Anda bertentangan dengan prinsip pawang hujan. Hujan adalah rahmat. Kita sebagai makhluk yang membutuhkan rahmat tidak berhak semena-mena menolak kedatangannya. Bapak ingin acara tahun baru yang diadakan stasiun televisi bapak berjalan lancar, tapi apakah Bapak pernah berpikir bukan hanya Bapak yang memiliki acara tahun baru?" Sontak, Zeta dan Kaela muncul di benak Kobo. Tersenyum bangga padanya. "Tahun baru bersama orang-orang tersayang. Yang telah berjuang meneteskan keringat dan air mata bersama. Selama satu tahun. Mimpi, harapan, serta cita-cita mereka sangat berarti. Itulah yang saat ini tengah saya perjuangkan, Pak. Sekian terima gaji."

Pak S.O.S terisak. "Saya terharu. Sepertinya saya telah salah menilai Anda. Oleh sebab itu, izinkan saya undur diri dan membawa koper-koper berisi uang ini."

"Eh? Bentar, Pak."

"Sayang sekali, uang dengan jumlah yang tak seberapa ini tak akan sebanding untuk ditukar dengan prinsip Anda, bukan?" Pak S.O.S membuka tiga buah koper yang isinya dipenuhi oleh lembaran-lembaran uang berwarna merah. Saking penuhnya sampai meluber ke mana-mana.

Kenapa nggak bilang dari tadi, sih?!

"Maksud saya itu, Pak. Saya bersedia memindahkan hujan dari lokasi acara Anda," ralat Kobo cepat.

"Katanya tadi nggak bisa?"

Kobo tersenyum rakus seraya menggosok-gosokkan telapak tangan. Hidungnya kembang-kempis. "Selagi ada cuan, semua bisa dibicarakan."


-bersambung

(883 kata)

Bukan Hujan Tahun Baru [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang