Tokyo
18 Juni 2018Pandanganku gelap, dapat kurasakan pusing mendera dan nyeri pada tubuhku. Perlahan membuka mata, aku menatap langit-langit untuk beberapa saat sebelum menutup mataku kembali dan menghela nafas. Masih teringat dengan jelas olehku apa yang terjadi sebelumnya.
Mereka... mencoba membunuhku. Aku hanyalah sebuah ancaman bagi mereka. Aku dijebak, untuk dibunuh.
Kembali membuka mata, aku terus menatap langit-langit. Sampai akhirnya sebuah suara menginterupsi.
"Kau sadar, ya?"
Menoleh ke samping, netraku menangkap seorang perempuan berambut coklat dengan jas dokter berdiri di ambang pintu. Kantong matanya terlihat menyedihkan. Tapi di sisi lain aku bersyukur, berarti aku telah di selamatkan dari sekolah jujutsu. Dan sekarang ada di tangan seorang dokter.
"Syukurlah. Gojo sangat khawatir saat melihatmu tidak sadarkan diri waktu di Kyoto," ucap sang dokter sambari menghampiriku.
Alisku mengerut. Gojo? Bukankah ia yang memaksaku masuk ke dunia jujutsu? Itu artinya... ia juga terlibat dalam rencana pembunuhanku, 'kan? Khawatir katanya?
"Tunggu... Gojo kau bilang? Bukankah ia juga berniat membunuhku? Semua orang di dunia jujutsu? Aku adalah ancaman bagi mereka. Dan Gojo menjebakku untuk masuk ke sekolah itu untuk dibunuh." Aku menatap sang dokter tajam. Lalu menghela nafas dan tersenyum lega.
"Setidaknya aku telah selamat sekarang. Mungkin ia hanya mengatakan itu sebagai alasan untuk selamat dari interogasi polisi. Apakah saat diinterogasi ia mengaku sebagai keluargaku? Dia berbohong! Kalian harus meringkus ulang kasus ini. Ini pembunuhan berencana," ucapku. Berusaha menjelaskan pada dokter bahwa kasus ini harus diselesaikan dengan baik. Aku menatap penuh harap pada dokter di depanku. Namun, ia hanya menatapku datar.
"Apa maksudmu? Polisi? Kasus?" Tanyanya. Wajahnya datar namun dari nada bicaranya sangat ketara bahwa ia bingung. Ia lalu menghela nafas. "Kurasa kau masih belum sepenuhnya sadar."
Giliran aku yang menatapnya bingung. Apa maksudnya? "Tunggu, dokter! Aku telah diselamatkan, kan? Dari sekolah jujutsu dimana aku akan dibunuh? Apakah kau tidak tahu pasienmu ini korban pembunuhan berencana? Aku sekarang di rumah sakit untuk dirawat dari lukaku, kan?" Tanyaku bertubi-tubi. Alisku berkerut, ingin rasanya aku bangun dan meneriaki dokter ini. Tapi rasa sakit pada tubuh membuatku mengurungkan niat. Mungkin ia masih mengantuk, terlihat dari matanya. Sungguh kasihan sekali dokter ini. Ia pasti sudah banyak bekerja keras.
"Kasihan sekali," lirihnya. Lalu ia menepuk kepalaku pelan. Aku menatapnya dengan bingung.
"Dengar. Kau saat ini ada di sekolah jujuts-"
"Apa?!" Ucapan sang dokter terpotong karena aku refleks berteriak. Aku segara bangun dari posisi telentangku. Menahan rasa sakit ditubuhku karena secara tiba-tiba mengubah posisi menjadi duduk dan mengcengkram lengan sang dokter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Time [Jujutsu Kaisen X Reader]
Fanfiction"Masalah yang datang dari kesalahan pertamaku, membuatku terseret ke dunia penuh kutukan." Bisa dibilang, ia adalah seorang perfeksionis. Semua hal akan ia lakukan dengan sempurna, tanpa ada kesalahan. Prinsipnya adalah lakukan semua dengan sempurna...