Masa lalu?

315 33 16
                                    

"Selamat pagi Humaira!" sapa Faris ketika melihat mata Aneesha yang terbuka secara perlahan.

Aneesha terduduk, matanya mengedip berkali-kali mencoba untuk memulihkan daya tahan tubuhnya. Aneesha melirik ke arah ponselnya yang masih menyela, di sana Aneesha dapat melihat Faris yang sedang memakai sarung. Sepertinya Faris baru saja selesai sholat subuh.

Aneesha menguap seraya merenggangkan otot tubuhnya. "Selamat pagi juga Habibi!" ucap Aneesha pelan.

Faris tersenyum mendengarnya, "Sholat subuh dulu gih!"

Aneesha mengangguk. "Iya, di matiin gak?" tanya Aneesha.

"Terserah kamu aja."

"Ck, yaudah!" Aneesha berdecak pelan, kemudian turun dari ranjang dan segera menuju ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Dirinya melaksanakan sholat subuh terlebih dahulu, sesudahnya dirinya langsung mengambil Al-Qur'an miliknya dan kembali menghubungi Faris. Seperti biasa Faris dan Aneesha akan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an secara bergantian.

"Assalamualaikum ya Habibati."

"Waalaikumsalam Habibi," balas Aneesha dengan senyuman manis.

Aneesha membuka Al-Qur'an dan meletakkannya di atas bantal, begitu juga dengan Faris.

"Kamu dulu yang mulai atau aku?" tanya Faris.

"Kamu aja dong Hubbie! Cewek itu harus ngalah, makanya cowok duluan," balas Aneesha tak nyambung.

Faris memutar bola matanya malas, dia ingin sekali mencubit pipi istrinya. Selalu banyak alasannya ketika di suruh untuk membaca Al-Qur'an.

"Mau surah apa?" tanya Faris, yang sudah membolak-balikan halaman.

"Surah An Nas aja!" seru Aneesha dengan riang.

Faris menepuk keningnya. "Yang bener Humaira, keburu pagi nih," tegur Faris lembut.

Aneesha merengut, "Al Furqan aja deh, boleh kan?" tanya Aneesha dengan mata yang berbinar.

"Boleh, terserah kamu. Aku ngikut aja," balas Faris.

Faris memulai pembukaan surah, dan di lanjutkan oleh Aneesha, begitu juga seterusnya hingga selesai. Faris juga sesekali mengamati Aneesha dan pengucapan Aneesha yang masih salah.

"Shadaqallahul adzim."

Faris mendongak sembari merapikan Al-Qur'an miliknya dan begitu juga dengan Aneesha. Dia mencari hijabnya karena ingin keluar dari kamar.

"MasyaAllah," ucap Faris ketika istrinya itu memilih untuk menggunakan hijab saat keluar dari kamar. Itu artinya Aneesha sudah ada kemajuan, Faris menyukai hal itu.

Aneesha merona, "Tabarakallah!" sambung Aneesha.

Faris tertawa lagi, "Iya iya, maaf aku salah." Faris mengulum senyuman.

"Ck, yaudah aku matiin ya Habibi?"

Faris mengangguk, kemudian dirinya mengucap salam dan di balas dengan lembut oleh istrinya. Faris mematikan sambungan telponnya.

---

Dor!

Aneesha cekikikan saat melihat Kahfi yang terkejut karena dirinya, dengan santainya dia justru duduk di samping Kahfi dan memeluk tubuh pria paruh baya itu dari samping. Aneesha menelusupkan kepalanya ke dalam dada Kahfi.

Kahfi mengusap rambut Aneesha dengan lembut. Memang putrinya ini suka usil, tetapi juga suka manja kepadanya. Kahfi tak mempermasalahkan itu, dirinya justru benar benar menyayangi Aneesha.

Living With Mas Santri [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang