Malam ini Khael lembur dan baru pulang sekitar jam 1 malam. Seingat Khael sih, tadi pagi sebelum kerja, dia sudah mematikan semua alat elektronik di apartemennya. Tapi entah kenapa ada suara berisik yang keluar dari TV ruang tengah apartemennya. Dia tiba –tiba parno, soalnya dia belum pernah mengalami kejadian spritual.
Tapi semua rasa parnonya itu lenyap saat melihat tubuh seseorang yang sudah sangat familiar rebahan di sofa berbentuk L miliknya ditemani selimut tebal yang juga miliknya
"Kay?" panggil Khael yang kini tengah mengusap pipi perempuan itu pelan. Mencoba membangunkan Kaia dari tidurnya dan berhasil, Kaia menyipitkan matanya menyesuaikan berkas cahaya yang masuk ke matanya sebelum mendapati Khael yang duduk bersila dilantai. Tersenyum hangat padanya.
Khas Khael sekali.
"Kapan datang lo ?"
"Barusan. Gue kira apart gue ada hantunya soalnya TV nyala. Ternyata lo." Jawab Khael masih setia menatap Kaia yang terlihat masih mengantuk, tangannya secara alamiah menyingkirkan beberapa anak rambut berantakan yang mengganggu dirinya untuk dapat melihat wajah Kaia.
"Jam berapa nih ?" Tanya Kaia lagi
"Hampir setengah 2 pagi. Kenapa?" Tanya Khael balik kini ia melipat tangannya dan menaruh dagunya dilipatan tangannya.
Dia suka aja ngelihat Kaia yang kayak sekarang. Kayak berasa kembali ke masa lalu saat mereka masih berada di bangku SMP dan SMA.
Dimana hanya ada dirinya dan Kaia.
Semua terasa sederhana saat itu.
Dulu mereka cuman tahu belajar terus main dan kalau bosen dengan dua aktivitas itu ya mereka jalan-jalan. Ngambil liburan ke luar kota atau luar negeri.
Jika dibandingkan dengan sekarang tentu rasanya sangat menyenangkan hal yang mereka lakukan dulu. Sekarang mereka udah gak bisa sebebas itu. Karena mereka udah punya pekerjaan yang gak bisa ditinggal seenak jidat.
"Nanya doang. Mandi gih, abis itu tidur" suruh Kaia, Khael terkekeh lalu mengacak rambut Kaia.
"Pindah ke kamar. Nanti sakit badan lo tidur di sofa" ujar Khael.
"Iya. Ribet deh lo. Oh ya, kemarin lo bilang mau ngomong serius sama gue. Mau ngomong apaan?" Tanya Kaia yang kini sudah duduk menatap Khael yang tepat didepannya. Dia sudah sepenuhnya sadar. Matanya terasa begitu segar karena sudah tertidur beberapa jam yang lalu.
Khael terdiam. Tadinya dia sudah mau ke kamar mandi. Tapi mendengar pertanyaan Kaia, dia mengurungkan diri.
"Kay"
"Hm?" Balas Kaia yang kini tersenyum jenaka.
Perempuan itu lalu mengambil beberapa rambut Khael dan menyelipkannya kebelakangan. Rambut Khael udah terlalu panjang pikir Kaia. Jarang banget dia bisa ngelihat Khael versi gondrong seperti sekarang.
"Kenapa gak dipotong ?" Tanya Kaia. Kaia soalnya tahu betul kalau Khael gampang gerah. Dan biasanya dia akan memotong rambutnya pendek namun masih stylish.
"Kay, gue- I found someone" Kata Khael tanpa menjawab pertanyaan Kaia sebelumnya. Setelah itu keduanya terdiam. Tangan Kaia yang tadinya ingin kembali menyelipkan anak rambut Khael terhenti sebentar.
"Kay?"
"Hm ?" Balas Kaia yang sekarang sudah kembali normal. Ia lalu menarik tangan Khael dan menggenggamnya
"I'm glad, El. Gue senang lo udah punya seseorang yang lo sukai." Kata Kaia ditambah dengan senyuman lembut dan terkesan hangat.
Sejak lulus kuliah, Kaia tahu kalau Khael selalu menahan diri untuk membuka hati pada orang lain. Kaia tak tahu alasan jelasnya tapi kalau menurut Kaia mungkin karena Khael merasa iba pada dirinya yang masih gak bisa move on dari hubungan terakhirnya, walaupun sudah hampir tiga tahun. Dia jadi merasa bersalah tapi gak bisa mengungkapkan karena Khael juga gak pernah terang-terangan mengatakan alasan dia mau menjomblo selama itu. Tapi sekarang setelah tahu Khael sudah mulai membuka diri-
KAMU SEDANG MEMBACA
Somewhere Only We Know
FanfictionKhael dan Kaia adalah soulmate. But soulmate aren't just lovers, right? Photo Credit : Pinterest and respected owner.