Epilogue

414 49 9
                                    

Kaia suka banget sama taman. Taman apa aja pokoknya. Sebenarnya dia lebih suka ada space atau spot buat bengong. Soalnya dia suka bengong.

Mikirin apa aja, yang gak penting pun dia pikirin.

Dari sekian banyak taman yang ia pernah jadikan tempat bengong. Taman komplek perumahan Khael adalah favoritnya. Soalnya di dekat taman itu ada minimarket yang buka 24 jam. Jadi dia bisa jajan kapan aja.

Atau sebenarnya dia suka berada disini karena kenangannya dengan Khael banyak dari mereka kecil.

Mereka sering lari kesini kalau Ibunya Khael lagi marah karena mereka gak makan dan tidur siang. Main ayunan sama makan es krim pakai uang Khael hasil malak bapaknya.

Mengingat hal itu lantas membuat senyum Kaia mengembang.

"Kenapa senyum-senyum? Jangan bilang lo kesambet" ujar Khael yang tiba-tiba datang sambil bawa dua cone es krim buat mereka.

"Gue keinget pas kita masih bocil. Kita sering banget kabur kesini kalau dimarahin nyokap lo"

Khael ketawa, akhirnya dia juga nostalgia deh. Sama seperti Kaia, taman ini punya cerita manisnya sendiri.

Taman ini selalu berkaitan dengan Kaia pokoknya.

"Kayak taman ini gak banyak berubah dari kita kecil sampai sekarang" tambah Kaia.

"Mau main ayunan? Gue dorongin" tawar Khael yang lagi ngunyah es krimnya.

Duh, apa gak ngilu itu gigi?

Kaia mengangguk mudah. Dia emang lagi beneran mau nyoba banyak hal yang dulu ia lakuin dengan Khael malam ini.

Khael lalu dengan sigap membantu Kaia untuk bangun dari duduknya dan berjalan bersisian menuju ayunan yang dulu menjadi tempat favorit mereka.

"Setelah gue pikir-pikir. Gak usah di dorongin deh. Lo duduk disebelah gue aja. Kita ngobrol santai" ujar Kaia yang sudah duduk nyaman di ayunannya.

"Oh ya?"

"Hm. Udah duduk sana" suruhan Kaia dituruti Khael tanpa banyak omong.

Mereka akhirnya sudah di ayunan masing-masing namun tak ada percakapan yang terjadi.

Keduanya nyaman dalam suasana hening ini.

"El"

"Hm?"

"Do you happy now?"

"...."

Pertanyaan Kaia itu serasa sulit untuk dijawab. Soalnya bagi Khael, dia tak paham dengan perasaannya.

Dibilang sedih enggak, dibilang senang enggak juga.

Dia merasa harinya begitu biasa.

Tapi itu patut disyukuri, kan?

Daripada dia merasa sedih, Khael lebih memilih seprti sekarang.

"Happy. Gue senang" jawab Khael akhirnya setelah lama berpikir.

Senyum terbit dibibir Kaia, dia kini mendongak. Menatap langit bertabur banyak bintang.

"Selamanya gak akan ada yang berubah dari kita"

"Kalau memang nyatanya gak berhasil juga gak masalah"

"Gue mau hubungan ini berhasil, Kay"

Jika Khael senang, maka itu cukup untuk Kaia.

"Bagus deh. Berarti usaha lo berhasil. Gue lega!" Balas Kaia yang turut senang dengan apa yang dirasakan Khael.

Somewhere Only We KnowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang