🍫 Coklat 4

56 38 5
                                    

"Asam lambungnya naik. Tubuh mas Tara ini terlalu diforsir jadi kurang istirahat dan pola makannya juga tidak terjaga. Untuk saat ini saya sarankan memakan sesuatu yang lembut seperti bubur dan jangan dulu makan yang pedas dan berminyak. " Ujar dokter yang memeriksa Tara.

Dokter itu adalah dokter yang bekerja di gereja. Ia ditugaskan untuk memperhatikan kesehatan pastor atau anak keturunan pastor jika sedang sakit.

Tadi sehabis sholat tahajjud, Haura menelpon pos satpam yang berjaga di perumahan tempat tinggal Tara. Ia meminta satpam itu untuk memeriksa keadaannya.

Kata si satpam, rumah Tara dalam keadaan terkunci. Haura meminta si satpam untuk mendobrak pintunya. Setelah berhasil masuk, satpam itu memanggil manggil nama Tara tapi tidak ada sahutan dari si empunya nama. Satpam itu pun pergi ke kamar Tara dan menemukan laki-laki itu pingsan di lantai kamarnya. Tara ditemukan dalam keadaan demam tinggi.

Haura baru bisa mendatangi rumah Tara sehabis subuh ketika matahari sudah muncul. Ia tidak berani keluar tengah malam apalagi ketika langit masih gelap.

Ketika Haura datang, Tara sudah sadar tapi laki-laki itu terlihat begitu lemah. Satpam yang menemukan Tara sudah memanggil dokter gereja dan 5 menit setelah Haura datang, dokter itu juga datang.

Dokter yang memeriksa Tara membuka tasnya. Ia mengeluarkan 5 obat kemasan aluminium strip yang berbeda-beda dengan masing-masing berisi 10 kaplet obat kemudian menuliskan resep penggunaan dan menyerahkannya kepada Haura. Gadis itu menerima obat dari si dokter dan mengucapkan terimakasih.

"Kalau begitu saya pamit dulu. Mas Tara, semoga cepat sembuh. " Ujar si dokter berpamitan kemudian pergi keluar kamar Tara dan disusul oleh Haura. Tapi baru saja selangkah, tangan lemah Tara menarik lengan Haura, menahan gadis itu agar tidak pergi.

"Mau kemana? " Tanya Tara parau.

"Kesono, nganterin dokter keluar. " Jawab Haura sambil menunjuk ke arah pintu. Gadis itu agak bingung dengan pertanyaan Tara. Seharusnya tanpa bertanya pun Tara tahu apa yang akan dilakukannya.

Tara menggeleng lemah.

"Ngga usah. Lo disini aja. Dia tau kok jalan pulangnya lewat mana. " Sahut Tara.

Haura mengangkat satu alisnya, heran dengan ucapan Tara.

"Please disini aja temenin gue. " Ujar Tara seolah mengerti dengan maksud dari tatapan Haura.

Haura menghembuskan nafasnya pelan. Ia mengalah. Melihat keadaan Tara yang seperti ini, gadis itu tidak tega menolak permintaannya. Toh hanya minta ditemani tidak yang aneh aneh.

Haura menarik sebuah kursi dan duduk di sebelah kasur Tara. Tara tersenyum lemah ke arah Haura yang dibalas senyum pula oleh gadis itu. Laki-laki itu tidak bisa bergerak bebas karena tangannya masih terhubung dengan selang infus. Tara yang terbaring lemah seperti ini sama sekali tidak terlihat seperti Tara yang dikenal oleh Haura. Ia lebih mirip seperti bayi yang begitu takut ditinggal pergi oleh ibunya.

"Ra, tadi gue udah ngabarin bokap ama nyokap lo tapi mereka belum bisa kesini. Mereka lagi di Jerman katanya ada acara kelahiran anak temen nyokap lo. Mungkin minggu depan baru balik. Lo ngga pa pa kan? " Ujar Haura hati hati, takut membuat Tara sedih.

Tara tersenyum getir. Sorot matanya menunjukkan kekecewaan. Sebenarnya Tara sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini. Dia memang anak tunggal tapi hidupnya tidak seperti anak anak tunggal lainnya. Sejak kecil, ia sudah sering ditinggal pergi oleh orang tuanya. Bapaknya itu, meskipun sudah tidak lagi menjabat sebagai pastor, tapi ia masih sering mendapat undang acara acara. Kadang di luar kota, kadang di luar negeri. Tara lebih sering dititipkan kepada pengurus rumah. Bisa dibilang, Tara bisa benar-benar berkumpul bersama keluarganya hanya ketika natal saja. Di luar itu, ia sibuk dengan kegiatannya sendiri.

HIDDEN LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang