CHAPTER 04. FRIENDSHIP : GAFEL

102 34 19
                                    

Felicia menoleh kesana kemari berharap bisa menemukan sosok lelaki asing itu, tapi hasilnya nihil. Ia sama sekali tidak menemukan lelaki itu.

"Ck, kemana sih perginya? Cepat banget, udah kayak setan aja," gerutunya. Felicia sudah lelah mencari lelaki itu.

"Udahlah, mending gue pulang aja. Ganendra udah lama juga gue biarin tunggu gue. Pasti bakal mengomel, apalagi si Hana bangst, double."

Felicia pun melangkah pergi menuju tempat parkir mobil Ganendra berada, tapi saat berada di sana, mobil Ganendra justru tidak kelihatan sama sekali.

"Lah, kok gak ada mobil Ganendra? Padahal gue yakin mobilnya tadi di parkir di sini." Felicia berdiri disana dengan kebingungan. Gadis itu hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sungguh ia sangat lelah sekarang.

"Apa Ganendra tinggalin gue? Bangst. Lihat aja, gue marah sama lo, Ganendra. Ini juga pasti gegara Hana. Sialan emang." Felicia tampak emosi, terpancar dari aurah wajahnya.

Daripada terlihat seperti orang bodoh berdiri sendiri di sana, Felicia memutuskan pergi dari parkiran.

Dan disinilah Felicia berada, di pinggir jalan. Gadis itu berjongkok di sana sudah seperti anak hilang. Ia sudah sangat lelah berjalan dan rumahnya masih sangat jauh. Ingin pesan ojek online atau taksi pun tidak bisa karena tidak memiliki uang, ingin menghubungi seseorang pun tidak bisa karena poselnya tidak ada.

"Huaa ... gue gimana cara pulangnya. Gue rasanya pengen nangis aja." Mata Felicia tampak berkaca-kaca, ia pun membenamkan wajahnya di kedua lututnya. Ia merasa sangat frustasi, Felicia berharap Ganendra akan kembali menjemputnya, tapi sepertinya tidak mungkin karena lelaki itu sedang bersenang-senang dengan kekasihnya.

"Lo ngapain disitu?" tanya seseorang dengan suara yang tak asing di telinga Felicia.

Gadis itu seketika mendongak menatap sang sumber suara, ia lantas kaget melihat orang itu yang berada di atas motornya sambil menatapnya. Orang itu adalah orang yang sama saat membantunya membayar barangnya tadi, walapun orang itu hanya matanya saja yang dapat Felicia lihat karena memakai helm full face, tapi Felicia tetap dapat mengenalinya, apalagi suara lelaki itu.

Saat ini, Felicia merasa kalau lelaki itu adalah malaikat penolongnya. Buktinya, lelaki itu selalu muncul saat ia berada dalam kesulitan.

Mata Felicia berbinar menatap lelaki itu, tapi lelaki itu justru menatap Felicia aneh sembari duduk di motornya.

Felicia pun kemudian berdiri. "Eh, lo cowok yang tadi di mall kan? Yang bantuin gue?"

"Hm."

"Gue tadi belum sempat ucap makasih sama lo, makasih ya atas bantuan lo, gak tahu deh kalau tadi lo gak bantu gue," ucapnya dengan tulus sembari tersenyum.

"Hm," ucap lelaki itu dengan deheman lagi.

"Sial, baru pertama kali gue ucap makasih sama orang dengan tulus, tapi responnya hanya hm? Yang bener aja? Harga diri gue terluka!" seru Felicia dalam hati. Ia merasa sangat jengkel dengan respon lelaki itu yang seperti tidak peduli atas ucapan terimakasihnya. Tidak tahukah lelaki itu, kalau Felicia jarang mengatakan terimakasih dengan tulus? Bahkan sama Ganendra pun tak pernah.

Felicia pun berusaha menahan rasa kesalnya dengan tetap tersenyum. "Lo sariawan?" tanyanya.

Pertanyaan Felicia membuat lelaki itu heran. "Gak, kenapa?"

Felicia merasa tak tahan lagi menahan kekesalannya. "Ck, lo sadar gak sih dari tadi gue ajak bicara lo cuman balas hm? Makanya gue kira lo sariawan." Akhirnya Felicia mengeluarkan kekesalannya pada lelaki itu.

Bukannya fokus pada penjelasan Felicia, lelaki itu malah salah fokus pada wajah Felicia. "Itu wajah lo kenapa merah?" tanya lelaki itu.

Mendengar pertanyaan lelaki itu lantas membuat Felicia seketika panik. "Hah? Yang bener?" Ia pun langsung mendekat pada lelaki itu dan menatap wajahnya di spion motor lelaki itu. "Sial, wajah gue beneran merah. Ini gegara gue gak pake sunscreen dan malah panas-panasan."

Felicia tanpa malu langsung naik di motor lelaki itu tanpa minta persetujuan pada sang pemilik. "Antarin gue pulang, cepat," suruhnya sambil menepuk bahu lelaki itu.

Lelaki itu lantas menoleh menatap kelakuan Felicia. "Eh, ngapain lo naik di motor gue? Turun gak lo," suruhnya.

"Gak, gue gak mau! Kalau lo Anterin gue pulang, lo bakal dapat pahala, lo gak mau dapat pahala? Masuk surga?" jelas Felicia berusaha membujuk lelaki itu.

"Cerewet banget nih cewek, apa semua cewek itu cerewet?" batinnya.

"Ck, ngerepotin," gumam lelaki itu yang masih di dengar oleh Felicia dan gadis itu tidak peduli.

Lelaki itu pun menyalahkan mesin motornya. "Lo jangan pegangan sama gue ya."

Felicia yang mendengarnya berdecak kesal. "Ck, geer banget lo jadi cowok. Siapa juga yang mau pegangan sama lo. Belakang jok motor lo lebih menggoda untuk dijadikan pegangan daripada badan lo itu!" sewotnya.

Lelaki itu tersenyum smirk mendengar ucapan Felicia, ia pun kemudian menjalankan motornya.

Diperjalanan tidak ada obrolan diantara dua orang yang berbeda jenis itu kecuali saat Felicia menunjukkan jalanan menuju rumahnya, selebihnya mereka fokus dengan pikiran masing-masing.

Mereka sudah masuk di komplek rumah Felicia, saat sudah dekat Felicia lantas menunjuk rumahnya. "Nah itu rumah gue, lo pelan-pelan bawa motornya biar gak kelewat," ucapnya tapi lelaki itu tidak mendengarkan instruksi Felicia.

"Woy, budeg lo ya!" teriak Felicia sembari menepuk pundak lelaki itu.

Cittt

Lelaki itu tiba-tiba merem motornya secara mendadak dan Felicia lantas memeluk lelaki itu karena terdorong ke depan.

Lelaki itu yang merasa rencananya berhasil seketika tersenyum menyeringai. "Katanya badan gue gak menggoda, tapi kok di peluk?"

Felicia seketika tersadar dengan apa yang dilakukannya. Ia langsung menarik tangannya dari badan lelaki itu kemudian turun dari motor. "Lo pasti sengaja kan rem mendadak biar gue peluk lo?" tuduhnya.

"Pikiran lo terlalu negatif, buat apa gue lakuin itu?"

"Ya mana gue tahu!" seru Felicia.

"Lo gak mau terimakasih sama gue? Gue udah capek-capek lho antar lo pulang."

"Makasih," ucap Felicia setengah ikhlas.

•••

Ganendra memasukkan mobilnya kedalam garasi setelah pulang dari mengantar Hana balik ke rumahnya. Sebelum keluar dari mobilnya ia menoleh ke belakang dan alangkah terkejutnya lelaki itu melihat ponsel Felicia yang tergeletak di kursi belakang.

Ganendra lantas mengambil ponsel itu. "Kalau ponselnya disini, terus Felicia pulangnya gimana? Dia kan gak bawa duit," paniknya.

"Ck, harusnya gue gak kemakan ancaman Hana untuk tinggalin Felicia."

Ganendra pun dengan buru-buru keluar dari mobilnya hendak masuk kedalam rumahnya mengambil kunci motor agar ia bisa lebih mudah mencari Felicia. Mungkin saja Felicia sekarang berada di jalanan, pikirnya.

Saat keluar dari garasi, Ganendra tidak sengaja melihat Felicia yang tengah mengobrol dengan seorang lelaki yang sangat asing di matanya.

"Siapa cowok itu?" gumamnya.

•••

TO BE CONTINUED

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 14 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FRIENDSHIP : Ganendra dan FeliciaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang