"Jadi benar kamu yang menolong cucu Bramana dari ledakan itu?" Pertanyaan yang sudah Jayeen dengar puluhan kali dari mulut ibunya.Lagi-lagi jawaban Jayeen tetap sama yaitu mengangguk pelan. Ia sudah letih seharian penuh yang membuat badannya terasa letih dari atas hingga bawah.
"Tapi seperti bukan kamu Jayeen." Ujar Sara, ia berulang kali menonton video yang sudah beredar di sosial media memastikan jika itu memang benar anaknya.
"Terserah Mama, ini badan Jay sakitan semua." Kata Jayeen sambil memijat lengannya yang seakan-akan ingin lepas. Namun tampaknya Sara belum juga puas dengan pengakuan Jayeen.
"Kalau begitu anak Mama superhero dong?" Teriak Sara semakin tidak jelas. Jayeen langsung berdiri dari sofa meninggalkan sang ibu yang masih sibuk dengan pemikirannya sendiri.
"Abang Jayeen, Jjanng!" Jayeen dibuat terkejut dengan kedua adik perempuannya yang berdiri ditangga sambil memberikan jempol kepada Jayeen.
Ini apalagi! Jayeen melirik memalas dan melewati kedua adiknya yang masih heboh meneriakinya. Bukankah terlalu berlebihan, Jayeen hanya membantu Tera adik tingkatnya, itu saja. Sesama manusia diminta untuk saling tolong menolong, bukan?
"Mam, lihat deh abang viral banget sekarang. Pada muji-muji semua." Adik Jayeen yang terakhir tak kalah hebohnya dengan sang Mama.
"Anak Mama gituloh, kemarin viral karena prestasi sekarang karena sifat kemanusian tinggi. Aduh bentar-bentar Mama ngelahirin manusia atau malaikat sih?" Senyuman bangga seorang ibu tercetak jelas kini, tidak ada seorang ibu yang tidak bangga melihat anaknya menjadi pahlawan ditengah musibah yang menimpa seseorang.
Apalagi ini cucu dari keluarga Bramana! Ah Sara yakin bahwa anaknya memang keluar dari rahimnya, lihatlah betapa mulia hati sang buah hatinya itu. Jayeen sangat terkenal akan ketidakpedulian terhadap sekeliling. Namun lihatlah, di video yang berdurasi 3 menit 24 detik itu terlihat jelas jika hanya Jayeen yang berusaha mengeluarkan Cucu Bramana saat mobil milik keluarga Bramana akan meledak. Catat Jayeen anaknya!
"Mam! Tidak usah berlebihan. Aku menolong cucu Bramana hanya karena sedang berada di sekitar sana. Stop berlebihan! Minta Jake untuk men-takedown video itu." Kata Jayeen dengan raut wajah yang tidak senang. Melihat tingkah ibunya yang Jayeen anggap sangat berlebihan, jujur saja ia sedikit risih dengan reaksi keluarganya dan terutama media yang ikut membesar-besarkan.
"Tidak bisa dihapus dong! Malahan Mama akan share ke-group keluarga. Ini cucu Bramana yang satu-satunya itu loh Jay, bahkan Mama sudah lama tidak bertemu lagi dengannya. Apakah dia masih cantik seperti dulu?" Tanya Sara kembali membuat Jayeen hampir saja tersedak air ludahnya sendiri.
"Mam!" Seru Jayeen memperingati.
"Baik. Mama cuma penasaran. Lalu cucu Mama kemana? Tidak kamu tinggalkan di kantor-kan Jayeen?" Mata Sara menyipit curiga menatap Jayeen yang menghembuskan nafasnya berat.
Jika dia bilang yang sebenarnya, apa reaksi Sara akan semakin berlebihan lagi. Melihat video yang baru saja ia tonton sudah membuat Jayeen risih, bagaimana jika Jayeen mengatakan jika anak sulungnya tidak mau pulang dari rumah sakit alias tidak ingin berjauhan dengan pria manja yang baru saja ia tolongi itu.
"Marc dirumah sakit." Jawab Jayeen pelan. Malas melihat reaksi sang ibu yang sangat berlebihan, Jayeen yang sedari tadi masih berdiri di anak tangga hanya berdengus kesal apalagi kini mata Sara semakin melotot mendengar penuturan Jayeen tentang keberadaan Marco.
"Marc sakit? Kenapa kamu nggak bilang Mama, Jay?!" Teriak Sara dengan wajah khawatir. Ia bangkit dari sofa menuju kearah Jayeen.
"No, Mam. Cucu Mama tidak mau pulang." Jawab Jayeen cepat agar sang ibunya tidak khawatir berlebihan. Mengingat jika Marco tidak sakit melainkan—ahsudahlah! Bocah itu benar-benar buat kepala Jayeen semakin sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Life
FanfictionBak pangeran kerajaan dari lahir, Tera terlahir sebagai anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat. Hanya bermodalkan kredit card tanpa batas dari sang Kakek, Tera sudah bisa berkeliling dunia. Tera berbeda dari anak orang kaya diluar sana, j...