Part 2

1.8K 207 12
                                    



   Berita yang baru saja diliris sekitar setengah jam yang lalu menjadi topik hangat dikalangan media maupun masyarakat.

   News! Mobil dari cucu satu-satunya Bramana meledak dipinggir jalan!

   Anak dari Darmawaga menjadi pahlawan dengan menyelamatkan nyawa dari cucu satu-satunya keluarga Bramana. Ada hubungankah? Begini cuplikannya.

   Dan puluhan artikel maupun video yang telah menyebar di dunia maya. Yang paling terpukul atas musibah tersebut siapa lagi kalau bukan Bramana, orang yang paling mencintai Tera melebihi apapun.

   Jantungnya tiba-tiba melemah saat mendengar cucunya itu terperangkap dalam mobil pemberian Bramana, ulang tahun Tera yang ke 20. Untung saja, dokter pribadi Bramana bergerak cepat saat pria paruh baya tersebut terduduk lemas.

   Kini ia sudah berdiri didepan pintu kamar rawat cucunya. Setitik air mata menetes begitu saja, seumur hidupnya belum pernah menyaksikan Tera tergeletak di ranjang rumah sakit.

   "Tuan Bram, silahkan masuk." Beberapa perawat memberi akses jalan untuk Bramana melihat keadaan cucunya yang masih tidak sadarkan diri.

   Ia melirik pria yang masih setia mengendong anak kecil. Pemuda itu menunduk hormat ketika Bramana memasuki ruangan.

   "Daddy, kenapa diluar sana orang ramai sekali?" Tanya Marco sambil menunjuk kearah luar yang memang ramai. Kehebohan didepan membuat seluruh pengunjung toko bergegas keluar.

   Jayeen yang masih menunggu Kasir mengambalikan kartu debit dan langsung mengendong Marco. Hatinya mendadak tidak tenang melihat keadaan sekitar yang sangat riuh, apakah ada kebakaran?

   "Ayo keluar! Dia cucu Bramana bukan?"

   Teriakan tersebut membuat tubuh Jayeen menegang, benar saja mobil putih yang terpakir didepan toko sudah mengeluarkan asap hitam dan bau tidak sedap.

   Jayeen melihat pemilik mobil tersebut dengan jelas. Tera, pria yang ia temui di toko tadi berada dalam mobil yang sebentar lagi akan meledak. Jayeen langsung menitipkan Marco kepada pramuniaga yang saat itu berdiri disampingnya dan tanpa pikir panjang mendekati kearah mobil putih.

   "Tera, dengarkan saya! Tutup mulut dan hidungmu menggunakan tisu." Teriak Jayeen dari luar. Tera sama sekali tidak mendengarkannya, Tera telah menangis ketakutan didalam membuat Jayeen semakin kalang kabut.

   Tangan Jayeen membuka pintu secara paksa dengan sekuat tenaga. Melihat Tera yang meminta tolong dari dalam semakin membuat Jayeen cemas.

   "Mundur! Saya akan memecahkan kaca." Teriak Jayeen  kembali dan wajahnya telah merah. Namun ucapan Jayeen sama sekali tidak didengar dari dalam membuatnya mengusap wajah dengan frustasi.

   "Sebentar lagi akan meledak!" Teriak orang yang menonton kejadian. Suara riuh semakin terdengar dan mulai mundur ketakutan. Jayeen masih berusaha membuka pintu mobil secara paksa.

   "Pak Jayeen mundur!" Semuanya meneriaki Jayeen untuk segera mundur. Mobil sudah mengeluarkan asap hitam dan api kecil.

   Perintah tersebut sama sekali tidak di indahkan oleh Jayeen. Ia masih berusaha harap-harap pintu terbuka dan dalam hati berdoa. Benar saja setalah sekuat tenaga, pintu terbuka dengan Tera yang terjatuh hingga keluar dari mobil tersebut.

   Jayeen langsung mengangkat Tera untuk menjahui mobil tersebut. Baru saja Jayeen menghentikan langkahnya mobil putih Tera meledak dengan kuat dan membuat seluruh orang memekik.

   Jayeen melirik Tera yang kini sudah berada di gendongannya. Dia selamat! Jayeen menghembuskan nafas lega, setidaknya nyawa pria ini tidak ikut melayang bersama mobilnya. Wajah pucat Tera begitu kentara hingga membuat Jayeen kembali khawatir .

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang