Part 5

1.3K 163 24
                                    



   "Kenapa Daddy dan Kak Tera mepet sekali? Apa mobil Daddy kecil?"

   Celetukan Marco langsung menyadarkan Jayeen dan Tera yang awalnya memang duduk tanpa ada jarak sama sekali. Bahkan lengan mereka menempel sedari tadi. Disindir oleh anak sendiri hanya membuat Jayeen melototi anak sulungnya itu.

   "Duduk yang benar, Marc. Kasian suster memangkumu." Balas Jayeen sedikit gugup. Ia melirik Tera disebelahnya, pria itu mencoba menggeserkan posisi duduk mereka yang sangat intim.

   Jayeen mendelik sebentar ke Marco hingga tangannya menahan pergerakan Tera. "Berhenti menyusahkan dirimu sendiri." Kata Jayeen saat Tera berusaha membuat jarak antara dirinya.

   Tera menatap Jayeen nyalang. "Mobilmu lapang, tuan Jayeen." Desis Tera menyindir Jayeen yang masih saja memasang wajah tanpa dosanya.

   Lagi-lagi Jayeen merespon ucapan Tera dengan acuh. Ia malah ikut menggeserkan badannya mengikis jarak antara dirinya dengan Tera.

   "Daddy! Jangan mepet-mepet! Kak Tera tidak suka!" Teriak Marco yang sedari tadi melihat kedua orang dewasa itu yang seperti anak kecil merapikan duduk.

   Tera mendesah nafasnya berat, tatapan kesal ia berikan pada Jayeen. Ia sedikit malu dengan Marco apalagi Suster dan supir yang ikut berada didalam mobil. Biarpun semuanya mematung seolah-olah tidak mendengar dan menyaksikan apapun, tapi tetap saja Tera sangat malu.

   "Mas Jay ini kenapa sih?!" Tanya Tera yang semakin kesal. Jayeen hanya mendengus kesal menatap anaknya.

   Kenapa berisik sekali bocah satu ini!

   "Kau masih sakit, Tera. Aku sudah janji pada Kakek dan orang-tuamu." Jawab Jayeen sekenanya.

   "Demi apa Mas Jay! Kau ini berlebihan sekali, aku sudah sembuh." Tera mencoba menatap Jayeen yang sedang menatap Marco agak sedikit kesal. Apakah Jayeen kesal dengan anaknya sendiri?— Pikir Tera.

   "Marco duduk yang benar, jika kau masih berisik Daddy turunkan disini." Alih Jayeen.

   Tera melotot dan segera memukul pelan lengan Jayeen yang tiba-tiba sudah menggeserkan badannya hingga mepet kearah Tera kembali.

   "Jangan mengancamnya seperti itu, Mas Jay." Desis Tera tidak senang.

   Jayeen kembali mendesah frustasi, tampaknya dirinya sekarang sedang disudutkan, dan serba salah di mata Tera. Jayeen juga bingung ada-apa dengan dirinya? Ah, sudahlah.

*

   "Adek Jenannnn."

   Suara teriakan nyaring Marco terdengar oleh seisi ruangan kala suster baru menurunkan Marco dari gendongan. Marco berlari kearah adiknya yang masih dipasangkan sepatu oleh sang Nenek.

   "Wah, Abang Marco sudah pulang." Kata Sara sambil mengangkat Jenan untuk menyapa Marco yang ingin menyentuh adiknya dengan gemas.

   "Adek Jenan wangi sekali, Marc suka." Puji Kenzo sambil mengelus pelan pipi gembul adiknya. Ia tanpa malu-malu mencium tangan adiknya berulang kali, Jenan hanya tertawa girang melihat Kakaknya. Memperlihatkan gigi kecilnya yang mulai tumbuh.

   "Dimana Daddymu, sayang?" Tanya Sara memperhatikan sekitar namun tidak melihat batang hidung anak sulungnya itu.

   Marco tersenyum semangat, "sedang mengurus Kakak Cantik, Omah. Sebentar lagi kesini." Jawab Marco polos. Mata Sara membelak sempurna, ia terdiam. Untung saja Jenan yang berada digendongannya tidak jatuh.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang