CW // BXB, 🔞 for Harsh words , Drugs , Blood , Murdering
"Selayaknya Yin & Yang, aku membutuhkanmu dalam gelapku"
"Daripada putih, aku bahkan merasa jika dirikulah gelap yang sesungguhnya"
And this is how it started..
Langit mendung ditemani dengan rintik hujan di pagi hari semakin membuat banyak orang bermalas-malasan untuk melakukan aktivitas. Namun tak jarang pula bagi segelintir orang masih dengan semangat membara untuk melakukan rutinitas pagi mereka. Seokjin termasuk dalam segelintir orang itu.
"What a lovely morning" Seokjin tersenyum memandang langit mendung di atasnya. Tangannya menengadah ke langit, guna merasakan rintik air yang turun membasahi bumi.
Seokjin suka hujan-ralat-dia cinta hujan dan langit mendung. Meski harus terkena flu atau badan menggigil karena hujan, tanah yang dilewatinya menjadi becek pun dia tak peduli. Baginya hujan dan langit mendung adalah hal baik. Rintik hujan membawa suatu ketenangan sendiri terhadapnya.
Trotoar sedikit lengang karena tidak banyak pejalan kaki di waktu hujan seperti saat ini, Seokjin berjalan santai dengan payung hitam ditangan kirinya sedang tangan kanannya menenteng tas kerja. Mulut bersenandung kecil mengikuti alunan lagu yang terputar melalui earphone miliknya.
SPLASHHHH
"YAKKK!! BAJINGANNN!!!" Seokjin refleks mengumpat karena sebuah mobil yang seperti dengan sengaja mencipratkan genangan air hujan yang ada di pinggir jalan ke arahnya. Baju Seokjin total basah apalagi tas kerjanya, dia dapat merasakan darahnya yang naik hingga ke ubun-ubun seketika.
Beruntung beberapa meter di depan adalah traffic light. Mobil pelaku pencipratan air berhenti tepat ketika traffic light berubah menjadi merah. Dengan sedikit tergesa, Seokjin berlari ke arah mobil itu.
★★★
Dering ponsel berbunyi nyaring membuat si empunya segera mengangkat panggilan itu.
"Ya?"
"Hallo Boss, maaf mengganggu. Saya hanya ingin melaporkan jika Jackson sudah siuman. Dokter bilang jika ia sudah bisa diajak berkomunikasi"
"Good, aku akan segera kesana. Jaga dia baik-baik"
"Baik, boss"
Pria dengan setelan parlente itu memasukkan ponsel ke dalam saku miliknya setelah mematikan panggilan telepon. Dengan suara tegas menitahkan kepada anak buahnya untuk bergegas pergi ke rumah sakit.
Pria itu bernama Kim Namjoon. Ketua kartel mafia paling disegani seantero Korea yang berbasis di Seoul.
Hujan gerimis pagi hari mengiringi perjalanan Namjoon, ia terfokus pada layar ponselnya yang menampilkan laporan dari beberapa anak buahnya yang lain hingga Namjoon merasakan mobilnya berhenti karena traffic light yang berganti warna.
Tuk
Tuk
Tuk
Seseorang mengetuk kaca mobilnya dengan tidak sabaran membuat Namjoon harus membuka kaca jendela mobilnya.