Mobil mewah berwarna hitam mengkilat itu melaju dengan kecepatan sedang di antara bisingnya kendaraan yang memenuhi jalanan Seoul. Hening dalam mobil menemani perjalanan Taehyung dan bos besarnya.
Tanpa mengurangi fokusnya pada kemudi, Taehyung melirik melalui rear-view mirror pada pria bersetelan mahal yang duduk dengan gagah di kursi penumpang belakang. Raut wajah sang ketua klan paling disegani seantero Seoul itu tidak terbaca.
"Kau akan langsung menemuinya bos?" Taehyung mulai bertanya saat melihat bosnya yang hanya diam saja.
"Menurutmu, apa yang dia mau sebenarnya? Kenapa pula dia kembali mengusikku?"
Bukan jawaban yang diterima oleh Taehyung, melainkan pertanyaan beruntun tak terduga yang terlontar dari pria dengan netra naga itu.
Tak banyak yang tahu tentang hubungan sang bos besar dengan pria pucat bermarga Min itu. Para musuh maupun sekutu mereka sebagian besar bahkan tak pernah melihat interaksi kedua ketua klan tersebut. Hanya Taehyung dan beberapa orang tertentu saja yang tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara dua petinggi klan itu.
Taehyung tak bisa berkata banyak. Ia jelas tahu jika sedikit saja ia salah berucap maka hal itu bisa memperburuk keadaan. Maka yang ia lakukan hanya sedikit memberi saran yang menurutnya bisa sedikit berguna bagi kelangsungan hubungan dua orang itu.
"Kurasa ada baiknya untuk memikirkan hal ini dengan kepala dingin. Bagaimanapun kau lah yang paling mengenal saudaramu" tukas Taehyung. Ya, saudara.
Saudara tiri lebih tepatnya. Namjoon dan si pucat Min adalah saudara tiri.
Hening kembali menyelimuti perjalanan mereka. Memikirkan kembali bagaimana awal mula keretakan hubungan keluarga diantara keduanya membuat Namjoon mendecih pelan.
"Saudara ya?"
Tuk
Tuk
Tuk
Tangan lentiknya dengan lihai menggunakan pisau dapur untuk memotong wortel menjadi bagian kecil berbentuk seperti dadu, lalu memasukkannya ke dalam panci berisi air mendidih di atas kompor. Sedikit mengaduknya serta menambahkan beberapa sayuran segar tak lupa dengan beberapa bumbu dapur sebagai penyedap kuah makanannya.
Ia sedikit tersentak ketika merasakan sepasang lengan kekar tiba-tiba memeluknya dari belakang, disertai wangi parfum beraroma mint segar yang merasuk indera penciumannya. Adukannya pada kuah sup itu berhenti, tangannya berganti mengusap pelan lengan pria yang masih setia memeluknya.
"Astaga, kau membuatku terkejut, Joon"
Pria di belakangnya terkekeh kecil, malah semakin mendusalkan kepalanya ke dalam ceruk leher Seokjin.
"Apa yang sedang kau masak, sayang?"
"Aku sedang ingin makan sesuatu yang berkuah. Jadi aku membuat sup ayam untuk makan malam kita. Kuharap kau menyukainya"
Umumnya orang memasak sup ayam di pagi hari. Tapi karena suaminya saat ini sedang hamil, jadi Namjoon paham mungkin Seokjin sedang mengidam. Kehidupan mereka saja jauh dari kata normal, jadi ya biarkan saja.
"Apapun yang kau masak aku akan memakannya, tapi aku lebih tertarik untuk memakanmu" kalimat terakhir itu diucapkan Namjoon dengan berbisik dan mengulum daun telinga suaminya. Total membuat Seokjin sedikit berjengit dengan wajah merah padam.