Content warning ‼️
BXB, Mpreg, Murdering
Tulisan disini murni hasil pikiran saya yang terinspirasi dari beberapa movie dan imajinasi saya sendiri. So please do not copy paste or plagiat anything. Thank you and happy reading, love~Kalian pasti pernah mendengar tentang Yin dan Yang.
Dua elemen yang saling melengkapi untuk menciptakan sesuatu yang biasa kita sebut dengan keseimbangan dalam hidup. Warna putih dari elemen tersebut dianggap melambangkan sesuatu yang baik, murni dan suci, atau 'good sides'. Sedangkan warna hitamnya dianggap melambangkan 'bad sides'.
Padahal jika ditelaah lagi, tidak semua yang putih itu suci dan tidak semua yang gelap itu merupakan sesuatu yang buruk. Dibalik sesuatu yang putih pasti ada hitam yang mengikuti, begitupun sebaliknya. Selayaknya bayangan yang selalu mengikuti cahaya, serta titik-titik terang yang menghiasi langit malam. Itulah yang dinamakan 'keseimbangan' di dunia ini.
Debur ombak yang menghantam sisi-sisi kapal tak mengganggu aktifitas yang terjadi di atasnya. Beberapa orang berpakaian serba hitam menatap siaga ke segala penjuru untuk memastikan jika tidak ada kecurangan di antara mereka. Terlihat sebuah tato crossbow di tengkuk beberapa orang diantaranya, sebagai simbol klan mereka.
Beberapa koper berisi uang tunai serta beberapa box kontainer berukuran sedang tersaji di hadapan tiga orang pria dewasa yang sedang bernegosiasi.
"Barang-barang dari kalian selalu memuaskan. Tak takut jika dia tau?" Pria bersetelan hitam dengan usia sekitar tiga puluhan itu bertanya.
"Tenang saja, aku sudah terbiasa melakukan semua ini. Tidak akan ada yang curiga selama kau tidak membocorkan bisnis kita" jawab salah satu lawan bicaranya dengan yakin.
Pria muda yang menjadi lawan bicaranya hanya mendengus sebagai jawaban, lalu memerintahkan anak buahnya untuk mengambil box berisikan senjata yang telah ia beli untuk dibawa masuk kedalam kapal.
Setelah urusannya selesai, pria itu masih betah berlama-lama menatap air laut yang terlihat mencekam di kegelapan malam. Angin malam menerpa wajah pria itu dan menerbangkan helaian rambutnya.
"Dasar bodoh" ucap pria itu lalu mendengus pelan.
"Selamat sore, dokter Kim" beberapa perawat baik lelaki maupun perempuan yang berpapasan dengannya menyapa dengan ramah. Seokjin tersenyum seraya membalas sapaan mereka semua dengan tak kalah ramahnya. Bibirnya bersenandung pelan, kaki jenjangnya melangkah dengan ringan memasuki ruang kerja bername tag 'Dr. Seokjin Kim Sp. B' yang tertempel di depan pintunya.
Mendudukkan diri di atas kursi kerja setelah melepas snelli, tangan Seokjin mengelus pelan perut buncitnya dari balik kemeja berwarna biru laut miliknya. Ia pandangi ruang praktek yang telah ia huni beberapa tahun terakhir ini dengan senyum teduh. Hari ini adalah shift terakhirnya disini sebelum mengambil cuti panjang untuk melahirkan.
Kandungannya sudah menginjak hampir 9 bulan, dengan usia kehamilan setua itu seharusnya memang Seokjin sudah diam dirumah. Namjoon tentu saja sudah menjadi orang pertama yang membatasi kegiatan Seokjin, bahkan ia sempat mengancam akan merobohkan rumah sakit tempat Seokjin bekerja apabila terjadi sesuatu pada suami cantiknya itu.
Namun Seokjin tetaplah Seokjin, ia tidak bisa meninggalkan tugasnya begitu saja meski sang suami telah melarang. Ia lebih baik menghabiskan waktunya untuk mengobati pasien-pasiennya daripada harus berdiam diri dirumah karena Namjoon pasti akan memperlakukannya seperti orang sakit yang tidak boleh melakukan ini itu. Kadar keprotektifan pria itu meningkat berkali lipat lebih lebih lebih tinggi dari sebelumnya. For God sake! Ia hanya sedang hamil! Suaminya itu selalu saja khawatir berlebihan.