-AWAL-

0 0 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللحم صل علي سيدنا محمد
Happy reading!!!
.

.

.

"Qobiltu nikahaha...."
"Watazwijaha...."
"Bil mahril madzkur...."
"Hallan!"
           Dengan satu tarikan nafas gus Faizan berhasil mengucapkan ijab qabul. Ada rasa lega sekaligus sesak yang tak dapat ia ungkapkan.
        "Alhamdulillah..... bagaimana para saksi sah?" tanya si penghulu
        "SAH!!!" teriak serempak semua orang yang menghadiri acara sakral tersebut. Semuanya tersenyum bahagia, lain halnya dengan si pengantin pria yang hanya memasang wajah tanpa ekspresi, tak ada seorang pun yang dapat mengetahui arti dari ekspresi wajahnya, sulit bagi orang lain mengetahui isi hati dan perasaannya.
          
            Seusai penghulu membacakan do'a, seorang wanita bercadar dengan pakaian serba putih yang tak lain adalah mempelai wanita di tuntun menuju plaminan oleh mertuanya, Ummi Zida, untuk menyandingkannya dengan mempelai pria.
         "Ayo ndhuk salim ke suaminya" titah ummi Zida pada sang mempelai wanita, Zahra.
         "Enggeh ummi", Zahra pun mengulurkan tangannya untuk menyalimi tangan seorang pria di depannya yang sekarang sudah sah menjadi suaminya. Gus Faizan pun juga ikut mengulurkan tangannya untuk disalimi, namun baru saja punggung tangan nya di cium oleh Zahra gus Faizan segera menarik tangannya kembali hingga membuat Zahra sedikit terkejut.
         "Di do'akan istrinya Zan" titah ummi Zida pada gus Faizan, dengan berat hati gus Faizan mengangkat sebelah tangannya ke puncak kepala wanita di hadapannya yang sekarang menyandang status sebagai istrinya lalu membacakan do'a untuknya.
   
     "Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."     

      "Artinya: Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kebaikan dirinya dan kebaikan yang Engkau tentukan atas dirinya."
             Selesai membacakan do'a gus Faizan segera menarik tangannya dari puncak kepala Zahra.
          "Di cium keningnya Zan, masa semuanya harus umminya yang nuntun" ucap ummi Zida, suara dari ummi Zida membuat gus Faizan kembali mengurungkan niatnya untuk membuang muka dari Zahra, mau tidak mau dengan berat hati ia mulai menangkup wajah wanita yang saat ini telah sah menjadi istrinya, lalu ia mendekatkan bibirnya dengan dengan kening Zahra kemudian mengecupnya singkat, sangat singkat. Sebelum menjauhkan wajahnya dari wajah Zahra gus Faizan berbisik di telinga Zahra.
           "Saya melakukan ini karna ummi jadi kamu jangan beranggapan lebih" bisik gus Faizan dingin, setelahnya ia menjauhkan wajahnya dari wajah Zahra. Zahra yang mendengarnya hanya bisa tersenyum getir di balik cadarnya.
              Acara pernikahan putra tunggal dari kyai Munir sebagai pengasuh pondok pesantren Darul mukarromah itu dilaksanakan dengan sangat meriah, banyak kyai-kyai besar yang menghadiri acara sakral tersebut untuk mendoa'akan pernikahan mereka. Tidak hanya itu semua santriwan dan santriwati yang menimba ilmu di pondok pesantren Darul mukarromah pun juga ikut serta merayakan pernikahan gus Faizan.
              Ada beberapa persembahan dari pondok pesantren yang cukup memukau para tamu undangan, persembahan tersebut juga bertujuan untuk memperkenalkan keunggulan dan beberapa ekstrakurikuler pondok pesantren Darul mukarromah. Persembahan tersebut diantaranya ada khitobah, shalawat Al-Banjari, Tilawatil kitab, pencak silat dan terdapat juga persembahan tari Zapin. Sungguh pernikahan meriah yang di dalamnya terdapat barokah dari do'a para kyai-kyai, pernikahan impian banyak orang namun tidak bagi kedua pengantin yang kini tengah duduk di pelaminan yang tengah sibuk dengan pikirannya masing-masing.
            "Ya Allah.... Jika ini memang garis takdir yang Engkau tuliskan untuk hamba, hamba pasrahkan semuanya pada Mu ya Allah...."  batin Zahra sambil memejamkan mata, setelah mendapatkan bisikan dari gus Faizan tadi ia semakin yakin bahwa gus Faizan memang belum bisa ikhlas menerima pernikahan ini.
             "Ya Allah.... hamba tidak tau apa yang sedang Engkau rencanakan dan apa yang akan terjadi selanjutnya, hamba memang belum bisa menerima pernikahan ini, tapi hamba yakin Engkau adalah sebaik baiknya perencana" batin gus Faizan sambil menghela napas berat.
               Urutan acara demi acara telah selesai di laksanakan, sekarang hanya tersisa beberapa tamu undangan yang baru datang, sejak tadi pun kedua pengantin tidak berhenti menyalami tamu tamu yang datang.
            "Faizan!" Panggil ummi Zida sambil menghampiri gus Faizan
            "Iya mi?" Sahut gus Faizan
            "Kamu istirahat dulu saja dengan istrimu, kalian pasti capek dari tadi berdiri nyalamin tamu, mumpung masih ada waktu sebelum shalat dhuhur, kasian juga istrimu kayaknya dia capek banget apalagi dia kan pake hells tinggi gitu pasti kakinya lecet juga" ujar ummi Zida pada gus Faizan
             "Enggeh ummi" balas gus Faizan lalu pandangannya beralih ke Zahra yang juga menatapnya, gus Faizan memberikan kode untuk menuruti titah ummi.
            "Enggeh ummi, Zahra sama gus Faizan istirahat dulu" sambung Zahra, keduanya pun menyalimi tangan ummi Zida kemudian berlalu pergi dari sana dan menuju kamar yang sudah di siapkan.

HALLO READERS!!!
Gimana bab pertama?? Semoga kalian suka ya. Udah berapa hari puasa Rajabnya? Hayooo siapa yang masih punya hutang puasa ramadhan?? Cepat di qodho' ya, sebentar lagi udah mau sya'ban terus Ramadhan, Sekedar mengingatkan. Makasih udah mampir kesini. HAPPY READING!!! _⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_•⁠‿⁠•_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_⁠_
          

My Ice Gus Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang