بسم الله الرحمن الرحيم
اللحم صل علي سيدنا محمد
Mau bagaimanapun gus menolak saya, kalau kita memang berjodoh gus bisa apa?
-Zahra-
..
.
Sesampainya di kamar keheningan terjadi diantara mereka, Zahra hanya diam duduk di tepi ranjang, ia tau gus Faizan tidak menginginkan pernikahan ini, pernikahan tanpa di dasari rasa cinta, pernikahan yang terjadi karena perjodohan, apalagi gus Faizan pribadi yang tidak mudah dekat apalagi cinta pada wanita, dia selalu bersikap dingin dan acuh pada perempuan apalagi yang bukan mahramnya.
Gus Faizan sedang sibuk dengan dirinya sendiri, ia mengganti baju pengantinnya dengan kaos putih polos berlengan pendek dan sarung motif berwarna hijau army, kini penampilannya terlihat sangat santai namun tetap terlihat tampan. Gus Faizan tak dapat berbohong bahwa dirinya memang sangat lelah, terlebih lagi sebelum hari ini terjadi pikirannya sangatlah kalut dan berat.
"Saya pikir kamu sudah tau bahwa pernikahan ini bukanlah keinginan ataupun kehendak saya" ucap gus Faizan dengan nada dingin
"Enggeh gus, saya ngerti" balas Zahra
"Saya gak minta banyak dari kamu, kamu pasti tau saya mau melakukan pernikahan ini karena ummi, saya minta kamu menjaga sikap di depan abi dan ummi seolah hubungan kita baik baik saja, saya hanya tidak mau menyakiti hati ummi" lanjut gus Faizan, pria itu masih sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa melirik Zahra sedikit pun.
"Kita memang akan tidur sekamar, tapi tidak satu ranjang, saya akan tidur di sofa, saya harap kamu mengerti" lanjut gus Faizan tanpa memikirkan perasaan Zahra sedikitpun.
Tanpa diminta pun air mata Zahra luruh membasahi pipinya, ia sudah menduga bahwa ai tidak akan bahagia menikah dengan gus Faizan, ia sangat mengenal betul bagaimana gus Faizan, ia tidak akan bisa membangun rumah tangga impiannya dengan gus Faizan, tapi ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, mau tidak mau ia harus rela memenuhi permintaan seseorang yang sudah sangat berjasa dalam hidupnya.
"Dan kamu dengar baik baik, disini tugas kamu cukup melayani ummi dan abi, tidak perlu melayani saya, tidak perlu berusaha untuk menjadi istri saya selayaknya seorang istri, karna ini kemauan orang tua saya bukan keinginan saya" tegas gus Faizan
"Saya tau gus Faizan memang tidak menginginkan pernikahan ini, tapi apakah gus Faizan tidak bisa menghargai perasaan saya, kalau bukan sebagai seorang istri, setidaknya hargai saya sebagai seorang perempuan" balas Zahra dengan suara bergetar, bagaimanapun dia tetaplah seorang wanita yang hatinya lembut, perempuan mana yang tidak sakit hati di perlakukan seperti itu sekalipun perempuan itu tidak mencintai si pria.
"Dan asal gus Faizan tau, tak pernah ada sedikitpun keinginan saya untuk menjadi istri gus Faizan" lanjut Zahra penuh penekanan
"Zahra!!" gertak gus Faizan sedikit membentak namun masih bisa di kontrol
"Apakah dengan gus Faizan berbicara seperti itu tadi gus Faizan tidak memikirkan perasaan saya?" tanya Zahra yang di balas bungkaman oleh gus Faizan, kini keduanya saling tatap dari jauh dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Terletak dimanakah hati nurani gus Faizan?" lanjut Zahra lirih sambil menundukkan kepalanya, perlahan gus Faizan mulai melangkahkan kaki hendak meninggalkan Zahra, pikirannya sangat kalut saat ini, namun langkahnya di ambang pintu terhenti karena suara Zahra yang kembali terdengar.
"Mau bagaimanapun gus menolak saya, kalau kita memang berjodoh gus bisa apa?" Ucap Zahra, setelahnya gus Faizan pun berlalu dari sana, meninggalkan Zahra di kamar seorang diri, Zahra kembali menumpahkan air matanya setelah kepergian gus Faizan dari kamar.*
*
*
Hallo readers!!!
Gimana bab 2?
Siapa yang greget sama gus Faizan?
Semoga kalian suka ya!!!
HAPPY READING!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ice Gus
Spiritual⚠️ADA BAIKNYA FOLLOW DULU SEBELUM BACA⚠️ Mungkin sudah bisa di lihat dari judulnya, bahwa cerita ini mengisahkan tentang seorang Gus yang dingin datar dan cuek. Namun setiap es yang dingin pasti, bisa di cairkan, namun siapakah yang akan b...