Chapter 4

101 24 23
                                    

-Sekolah khusus wanita-

Kehadiran Loey Park yang tengah berdiri di depan gerbang sekolahan Irene mampu menarik perhatian beberapa siswi disana.  Loey menunjukkan seringaian lucu saat ia melihat seorang wanita muda yang tengah menyeret sepedanya dari jauh. 

Dia tampak mengobrol bersama teman-temannya.

Cara berjalan wanita itu yang anggun dan sopan membuatnya dapat dengan mudah mengenalinya. Tidak hanya karena itu, tapi wajahnya yang penuh dengan eskpresi dan gerakan tubuhnya yang lembut dan anggun, membuatnya sangat mengangumi keberadaanya.

Setelah pertemuan mereka di musim panas, di bawah naungan pohon, hubungan pertemanan mereka berlanjut sampai saat ini.

"Irene!"

 Irene memincingkan matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya. Ia lalu mengembangkan senyumannya saat menyadari siapa laki-laki yang saat ini tengah berjalan mendekatinya.

"Kenapa datang kesini lagi? akan lebih nyaman untukmu jika bertemu di rumah"

"Umm.. aku sedang perjalanan pulang" kebohongan itulah yang dikatakan oleh Loey Park kepada Irene. Sebenarnya dia meninggalkan teman-teman klub basketnya untuk pulang lebih cepat bersama Irene.

Jadi, untuk masalah meninggalkan klub basket, itu akan ia selesaikan besok saja. Yang penting ia bisa menghabiskan waktu yang berharga bersama Irene.

Di perjalanan, Loey dan Irene berjalan berdampingan sambil membeli es krim di persimpangan jalan. Irene mengungkapkan keinginannya untuk mampir ke toko buku. 

Di perjalanan mereka, Loey Park mengamati wanita muda yang berjalan di sampingnya. Irene itu selalu tertawa. Loey yakin selain paman Yunho, dialah satu-satunya orang yang mengetahui seberapa sering Irene tertawa.

'Aku tidak punya waktu untuk bermain basket atau yang lain'

Saat mereka sudah di toko buku dan Irene tampak melihat-lihat buku disana. Loey pun terus mengamati sosok Irene dengan pandangan lembut dan penuh kegaguman.

"Jadi buku yang kau maksud adalah buku tentang burung?" tanya Loey sambil mengintip dari arah belakang Irene.

"Iya, burung-burung mulai berimigrasi, jadi aku berencana mencatat burung apa saja yang akan kembali ke hutan"

Loey mendengarkan semunya sambil membuka buku yang ia pegang, "Kau memang sangat menyukai burung ya ternyata"

Loey melirik kearah Irene lagi. Dia terus mengamati sosok Irene yang tampak serius membaca. Tanpa sadar, ia menutup buku yang baru saja ia buka dan terus mengamati Irene.

'Hari ini...haruskah aku menyatakan cintaku padanya?'

Irene yang merasa di perhatikan pun menoleh ke Loey di sampingnya.

'Aku.. sangat menyukaimu'

Irene tampak bingung melihat Loey yang terus menatapnya dengan tatapan kosong. "Loey, apa ada yang ingin kau katakan?"

Loey Park tersadar dari lamunannya dan ia salah tingkah sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

"Umm.. tidak" katanya sambil meletakkan buku yang ia pegang di rak. "Apa kau sudah memilih buku dan melihat-lihat yang lain?"

"Aku hanya membeli ini" kata Irene sambil menutup buku yang tadi ia baca. "Mari kita pulang"

'Ini belum saatnya'

Angin semakin kencang saat mereka memasuki jalan wilayah Arthdal. Loey memperhatikan dengan cermat wajah wanita disampingnya. 

Ini belum waktunya mengungkapkan perasaanya pada Irene. Ia tidak ingin hubungan yang mereka jaga selama ini sebagai teman membuat Irene tidak nyaman. Tentu saja ia merasa tidak sabar saat melihat Irene yang semakin cantik setiap harinya, tapi ia akan bersabar demi melihat senyuman Irene dalam waktu yang lama.

Arthdal (Cry, Beg, and Smile)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang