Chapter 9

123 22 27
                                    

Irene kini sedang mengintip di depan paviliun. Tidak mungkin... 

Irene menggeleng kepalanya seolah itu hanyalah pikiran gilanya saja. Duke tidak punya alasan untuk menyembunyikan kacamatanya. 

Dengan bahu terkulai, Irene berbalik.

Dia mengutuk dirinya sendiri karena tidak kembali dengan cepat untuk mengambil kacamatanya hanya karena takut bertemu duke. 

Lalu pandangan Irene tertuju kerah dahan pohon dimana disana ada burung gagak yang bertengger. Burung itu tampak memiringkan kepalanya beberapa kali sebelum terbang jauh kearah hutan. 

Irene teringat dulu waktu kecil jepitan rambut hadiah dari paman Yunho hilang bagitu saja karena burung gagak mengambilnya padahal itu adalah hadiah ulang tahunnya yang ke 13 tahun. Tentu saja hal itu membuat Irene kecil menangis dan merasa sedih hingga beberapa hari, dan karena kejadian itu pula Irene sangat membenci burung gagak.

Irene mengepalkan tangannya dan mengambil langkah besar. Ia akan kembali ke rumah paman Yunho dulu, sarapan, dan memikirkan cara untuk mencari kacamatanya yang hilang.

Tentu saja pencuri kacamatanya adalah salah satu dari mereka. Burung gagak, atau duke.

----

Sepeda yang digunakan Loey itu meluncur begitu saja keluar dari rumah keluarga Park.

Loey dengan panik mengayuh spedanya menuju ke rumah paman Yunho. Loey khawatir saat ini. Itu adalah kacamata yang Irene beli dari hasil kerja kerasnya.

Hatinya sakit memikirkan Irene yang bekerja sangat keras untuk menghasilkan uang dengan membuat selai dan menjualnyasemata-mata karena takut menjadi beban paman Yunho. 

"Eoh, Loey?"

Irene yang sedang menjmur pakaian tampak kaget saat melihat kedatangan Loey.

"Hey, bagaiamana apa kacamatanya ketemu?"

"Belum" kata Irene dengan wajah mulai murung.

"Aku akan membelikanmu yang baru" seru Loey karena tidak ingin melihat Irene sedih.

".. kenapa Loey?" Irene tampak bingung. "Tapi terima kasih Loey, aku tidak bisa menerimanya" lanjutnya sambil tersenyum lembut kearah Loey.

"Aku akan menemukan kacamataku" kata Irene dengan mata yang tegas, kontras dengan bibirnya yanng tersenyum.

Itu adalah mata Irene, si wanita ulet dan pantang menyerah apapun yang terjadi.

"Aku pasti menemukannya"

-----

Irene telah menjelajahi hutan selama berhari-hari. Loey, putra dokter juga membantunya.

Sean pura-pura tidak memperhatikan upaya keras mereka untuk menemukan kacamata itu. Karena.. cukup menarik melihat mereka yang mencari sarang burung yang sama sekali tidak bersalah.

'Apa dia benar-benar tidak tahu? atau hanya pura-pura tidak tahu?'

Sean menghentikan langkahnya saat menaiki anak tangga paviliun dan mengamati hutan yang luas di sepanjang sungai. 

Sean hampir bosan dengan kebodohan mereka. Ia juga sudah lelah untuk datang ke paviliun selama beberapa hari terakhir ini hanya untuk menertawakan upaya pencarian mereka yang sia-sia di tengah jadwalnya yang dapat. 

Sean meniki tangga, menyapu rambutnya ke kebelakang. Daniel, mengikutinya dari belakang, dan dnegan hati-hati membuka pintu lalu mundur selangkah.

Sean berjalan ke ruang tamu. Dia bersandar di jendela dan melihat hutan, tapi.. 

Arthdal (Cry, Beg, and Smile)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang