Di sebuah sekolah menengah di pinggiran kota, hiduplah seorang siswi bernama Dita. Dita adalah gadis yang selalu ceria, meskipun wajahnya selalu tersembunyi di balik kacamata dan jilbab yang ia pakai setiap hari. Bersama dengan sahabatnya, Dian, mereka selalu menemukan cara untuk membuat hari-hari mereka lebih menyenangkan.
Hari itu, Dita dan Dian sedang asyik bermain permainan papan favorit mereka saat kelas kosong. Tapi takdir berkata lain, Dita kalah dalam permainan itu. "Hei, Dita, kamu kalah! Sekarang kamu harus menerima hukumannya," ucap Dian sambil tertawa.
Dita mengangguk dengan senyum. "Baiklah, aku siap menerima hukuman apa pun yang kamu berikan, Dian."
Dian tersenyum puas. "Oke, besok kan ada pelajaran olahraga, nah kamu terus pakai seragam olahragamu seharian sampai pulang sekolah."
Dita mengangkat alisnya. "Seharian? Tapi kan besok ada pelajaran lain?"
Dian mengangguk cepat. "Ya, itulah yang membuatnya lebih seru! Jadi kamu harus memakainya dan tidak boleh melepasnya sepanjang hari sampai pulang sekolah. Biar gak ganggu pelajaran lain, kamu harus memakai seragam olahraga didouble dengan seragam putih abu."
Dita menghela nafas. "Baiklah, hukuman diterima. Tapi aku rasa itu akan membuatku sangat kegerahan."
Besoknya, Dita melangkah masuk ke sekolah dengan seragam olahraga dan seragam putih abu yang menutupi tubuhnya. Wajahnya sudah mulai berkeringat hanya dari berjalan sebentar dari rumah ke sekolah. Saat masuk ke dalam kelas, tatapan heran dari teman-temannya menyambutnya.
"Dita, apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu berkeringat banget?" tanya salah satu temannya.
Dita tersenyum kecut. "Oh, ini hukuman dari Dian karena aku kalah dalam permainan kemarin. Dia bilang aku harus memakai seragam olahraga double dengan seragam putih abu sepanjang hari."
"Woi, gila bener!" ujar temannya sambil tertawa.
Pelajaran olahraga pertama dimulai, dan Dita merasa semakin gerah saat harus berlari-larian di lapangan dengan seragam olahraga yang membuatnya mudah berkeringat. Dia merasa risih dengan sensasi basah dan lengket di tubuhnya, dan aroma keringatnya sendiri mulai tercium oleh hidungnya.
Setelah pelajaran olahraga selesai, Dita kembali ke kelas dengan tubuh yang masih lembab oleh keringat. Teman-temannya masih terkejut melihatnya tetap memakai seragam olahraga dan malah merangkapnya dengan seragam putih abu.
"Dita, kamu gak kepanasan pakai seragam itu?" tanya salah seorang temannya.
Dita menggelengkan kepala. "Iya sih, agak kegerahan, tapi aku harus mematuhinya sampai akhir hari."
Saat pulang sekolah, Dita merasa lega karena akhirnya bisa melepas seragam olahraga yang membuatnya gerah sepanjang hari. Tapi sebelum itu, dia harus menemui Dian. "Hei, Dian, hukumanmu sudah selesai. Aku sudah memakainya sepanjang hari," ucap Dita sambil tersenyum.
Dian tersenyum puas. "Bagus, Dita! Aku tahu itu tidak mudah bagimu. Tapi kan seru, kan?"
Dita mengangguk setuju. "Ya, seru juga sih, meskipun aku hampir mencair karena kegerahan. Tapi aku senang bisa menyelesaikan hukuman ini dengan baik."
Dian tertawa. "Kamu memang luar biasa, Dita! Sekarang ayo, mari kita lupakan hukuman itu dan pulang bareng!"
Dita tersenyum lebar. Bersama dengan Dian, dia tahu bahwa tidak ada hukuman atau tantangan yang bisa mengalahkan semangat persahabatan mereka. Mereka siap untuk menjalani petualangan baru yang menunggu di hari-hari mendatang.