Sensasi Jogging

791 5 0
                                    

Hari Minggu pagi yang cerah menyambut Dian dengan hangat. Gadis remaja itu bernama Dian, seorang siswi yang selalu ceria dengan jilbab dan kacamata sebagai ciri khasnya. Kali ini, dia bersemangat untuk melakukan jogging menggunakan seragam olahraga sekolahnya lengkap dengan kaos kaki dan hijab sport.

Namun, Dian memiliki ide iseng di benaknya. Dia ingin mencoba jogging dengan kondisi mulutnya tertutup lakban. "Apa ya rasanya jogging sambil mulut dilakban?" gumamnya sambil tersenyum kecil. Tanpa berpikir panjang, Dian segera mengambil saputangan dan memasukkannya di mulutnya, kemudian menutupnya dengan rapat menggunakan lakban dan memakai masker agar tidak terlihat. "Ini harus seru," pikirnya sambil tertawa kecil.

Dengan semangat, Dian berangkat menggunakan angkot menuju taman kota tempat dia biasa jogging. Namun, di dalam angkot, Dian merasa deg-degan. Dia takut ada yang ingin mengajaknya ngobrol dan mengetahui bahwa mulutnya dilakban. Setelah beberapa menit perjalanan yang cemas, Dian akhirnya turun dari angkot dengan lega. Saat hendak membayar, terima kasih yang seharusnya keluar dari mulutnya hanya terdengar sebagai "mmmmpphh" karena mulutnya masih tertutup lakban. Beruntung, sang sopir angkot tidak menyadarinya.

Tiba di taman kota, Dian mulai berlari-lari kecil sambil menikmati udara segar. Namun, tubuhnya mulai berkeringat dengan deras, membuatnya agak tidak nyaman. "Hmm, mungkin ide jogging dengan mulut dilakban ini kurang cerdas ya," gumam Dian sambil mencoba menyesuaikan napasnya. Dia tetap berusaha menikmati latihannya meskipun badannya sudah basah kuyup oleh keringat.

Setelah setengah jam berlalu, Dian memutuskan untuk pulang. Seragam olahraganya sudah basah oleh keringat dan mulai mengeluarkan aroma yang tidak sedap. "Ah, aku tidak ingin bertemu siapapun dalam keadaan begini," pikir Dian. Dia segera memesan ojek online untuk pulang.

Selama perjalanan pulang, Dian hanya bisa diam. Meskipun ingin bercerita kepada pengemudi ojek mengenai eksperimennya yang konyol ini, namun mulutnya masih tertutup rapat oleh lakban. "Mungkin ini pelajaran bagiku untuk tidak bermain-main dengan lakban lagi," gumam Dian dalam hati.

Sesampainya di rumah, Dian langsung menuju kamarnya. Tanpa mengganti seragam olahraganya yang basah kuyup oleh keringat, Dian terlalu lelah dan akhirnya tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Lakban masih menutup rapat mulutnya, menambah kesan konyol dari kejadian pagi itu.

Setelah tertidur pulas, Dian terbangun dengan keringat dingin. Saat melihat lakban yang masih menempel di mulutnya, dia hanya bisa tertawa kecil mengingat kejadian lucu yang baru saja dialaminya. "Mungkin aku harus lebih berhati-hati dengan ide-ide konyolku selanjutnya," ucap Dian sambil membuka lakban dari mulutnya dan mengeluarkan saputangan dari mulutnya.

Short Story: Dita dan DianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang