Lomba Lari 1: Permulaan

656 5 1
                                    

Dita dan Dian melangkah keluar dari gerbang sekolah dengan langkah yang ringan, meski tubuh mereka terasa berat setelah latihan paskibra yang panjang. Keduanya tersenyum lebar, wajah mereka masih berseri meski keringat telah membasahi seragam olahraga mereka.

"Phew, hari ini latihannya lumayan berat ya, Dian?" ujar Dita sambil mengusap keringat di dahinya.

Dian mengangguk setuju sambil tertawa, "Iya, tapi seru kan? Lagipula, latihan paskibra itu selalu jadi momen favoritku setiap minggu."

Mereka melangkah bersama, mengikuti trotoar yang ramai oleh kendaraan dan pejalan kaki. Matahari masih terik di langit, menambah rasa gerah mereka setelah latihan yang melelahkan.

**Tantangan Muncul**

"Tapi, hei, Dita," seru Dian tiba-tiba, "bagaimana kalau kita berlomba pulang? Siapa yang sampai di rumah dulu, dia yang menang!"

Dita memandang Dian dengan pandangan ragu, namun akhirnya ia tersenyum setuju. "Baiklah, tapi ada hukuman untuk yang kalah, ya? Apa menurutmu?"

Dian tersenyum licik, "Aku punya ide! Yang kalah harus memakai seragam olahraga yang kita pakai sekarang, besok, dari jam pertama sampai jam terakhir sekolah!"

Dita terkejut mendengar saran itu, "Tapi, Dian, seragam kita sudah sangat kotor dan berbau!"

Dian menggeleng, "Itu bagian tantangannya, Dita. Kamu takut kalah, ya?"

Dita merasa tersinggung, "Tentu tidak! Ayo, kita lihat siapa yang benar-benar menang!"

**Perlombaan Dimulai**

Mereka berdua berdiri di gerbang sekolah, siap untuk memulai perlombaan. Dengan tegas, Dita mengangkat tangan dan memberikan sinyal untuk memulai. Mereka berlari secepat kilat, menyusuri jalan yang dikenalnya begitu baik.

Di persimpangan, mereka berpisah, tetapi tetap berlari dengan semangat yang sama. Dita merasa napasnya terengah-engah, namun tekadnya tidak goyah. Dia ingin menang.

**Kemenangan dan Hukuman**

Saat Dita akhirnya tiba di gerbang rumahnya, dia merasa lega dan puas dengan dirinya sendiri. Namun, sebelum dia bisa meraih gagang pintu, teleponnya berdering. Dian muncul di layar, tersenyum lebar.

"Aku sudah sampai duluan, Dita! Kamu kalah!" seru Dian dengan riang.

Dita menghela nafas, "Ya, ya, kamu menang. Tapi jangan terlalu bersemangat, besok aku akan menghadapi hukuman itu dengan gagah perkasa!"

Dian tertawa, "Aku tunggu untuk melihatnya, Dita! Sampai besok!"

Dita menutup teleponnya, merenungkan hukuman yang akan dihadapinya besok. Meskipun sedikit cemas, dia tetap bertekad untuk menghadapinya dengan kepala tegak. Karena baginya, kekalahan dalam perlombaan bukanlah akhir dari segalanya.

**Mencium Seragam Olahraga**

Sambil merenung, Dita mendekatkan wajahnya ke seragam olahraga yang masih menempel di tubuhnya. Dia mencium bagian ketiak dan dada seragam itu,

"Buset bau banget ini seragam" ujar Dita berteriak

Tapi apa boleh buat, mau tidak mau Dita harus melaksanakan hukuman tersebut.

Short Story: Dita dan DianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang