prolog

49 9 5
                                    

Assalamua'laikum guys....
Sorry banget nih !!! Aku mau kasih tahu bahwa aku mau rombak ulang cerita ini...
Tandain typo!!!!

~HAPPY READING~


"Ka, kamu mau kan?" suara Zaki terdengar pelan, tapi cukup menusuk ke telinga Azka.

Azka langsung mengernyitkan alis, merasa tak mengerti. "Mau apa, Bi?" tanyanya, nada suaranya penuh kebingungan.

Zaki menarik napas sebelum menjawab. "Laksanain keinginan papanya Aya."

Azka terdiam. Apa? Abinya nyuruh dia buat melaksanakan keinginan papanya Aya? Kedengarannya aneh. Bahkan lebih dari itu-ini gila. Abi tahu kalau Azka sudah punya seseorang di hatinya.

"Tapi kan, Bi... Aka nggak suka, bahkan nggak kenal sama sekali dengan Aya!" tolak Azka dengan nada meninggi. "Lagian, Azka sukanya sama Ara! Sedangkan Aya itu sahabatnya Ara, Bi! Masa Aka harus nikahin sahabatnya sendiri?!"

Pikiran Azka terasa berkabut. Dadanya sesak membayangkan kemungkinan yang bahkan tak ingin dia pikirkan. Dia dan Ara sudah punya rencana, sudah menggenggam harapan, lalu sekarang semuanya harus dihancurkan begitu saja?

Tapi Abi dan Umi sama sekali tidak terlihat goyah.

"Ka... benar kata Abimu. Kamu nggak kasihan sama papanya Aya?" suara Umi, Tazkia, terdengar lembut, tapi menyimpan ketegasan. "Allah itu Maha Mengasihani, Nak. Bahkan Nabi pun mencontohkan kasih sayang. Lagipula, Ara pasti ngerti keadaan kamu."

Azka menggigit bibirnya. Kasihan? Lalu siapa yang kasihan sama dia? Siapa yang peduli sama perasaannya? Apa Abi dan Umi nggak lihat gimana perasaannya saat ini? Apa kebahagiaannya nggak ada harganya buat mereka?

Tapi kemudian...

Sebuah suara lain menyelinap ke telinganya, menghancurkan seluruh benteng pertahanannya.

"Iya, A..." suara itu lirih, penuh ketulusan yang menyakitkan. "Bener kata Abi sama Umi. Kasihan papanya Aya. Kamu laksanain aja keinginan papanya Aya... Ara ikhlas kok."

Azka menoleh, matanya memburu wajah Ara. Gadis itu tersenyum-senyum yang dipaksakan, senyum yang menyembunyikan luka. Kepalanya tetap menunduk, tapi kata-katanya menancap di hati Azka tanpa ampun.

"Lagian... kalau Aya bahagia, Ara juga ikut bahagia," lanjutnya, kali ini suaranya bergetar.

Azka merasakan sesuatu remuk di dalam dadanya.

"Ara... kamu..." suaranya tercekat.

Ara menarik napas dalam, lalu mendongak sedikit. Matanya yang bening menatap Azka dengan penuh kepasrahan.

"Mau kan, A?"

***

Holla guyss....

Ma'af ya alurnya sedikit aku ubah ulang....
Jangan lupa votmentnya ya kawan-kawan...

Bubayyyy👋👋👋

Rombak ulang
2025-03-07
Tbc.

DibelakangmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang