9. Lintang Adalah Annie, Annie Adalah Lintang

27 4 0
                                    

Satu tamparan keras di pipi membuatku terkejut, hingga menangis.

"Manusia bodoh! Sudah kubilang, aku mau duduk di sini! Pindah ke belakang!" Gadis itu berkacak pinggang di samping mejaku dan memasang ekspresi kesal.

"Tapi aku yang datang di sini lebih dulu! Aku berhak di sini!" Aku tak mau mengalah begitu saja, meski menangis karena tamparannya.

"Melawan ya?!" Gadis berambut perak dan bermata abu-abu gelap itu mendecih lalu menjentikkan kedua jarinya.

Seketika, aku nyaris tidak bisa bernapas, seakan-akan udara keluar begitu saja dari paru-paruku. Mulutku buka tutup beberapa kali, sementara dia tertawa-tawa bersama kawan-kawan sekelas yang lain, melihatku kesulitan bernapas. Setelah itu, dia menjentikkan jari lagi dan aku baru bisa bernapas dengan lega.

"Masih mau melawan?" Dia menatapku keji, yang langsung kusambut dengan gelengan kuat-kuat.

Setengah ketakutan dan gemetaran, aku langsung membereskan buku dan pensil di meja dan segera pindah ke kursi paling belakang. Di sana, aku hanya bisa terisak-isak sambil menghapus air mata, sedangkan si gadis berambut perak duduk di kursiku sambil mendengkus bangga. Beberapa anak mengerubungi dan menyanjungnya karena sudah bisa mengendalikan kekuatan saat usia kami baru enam tahun.

Itu adalah pengalaman mengerikan pertama yang kurasakan saat masuk sekolah dasar campuran. Di sekolah ini bukan hanya anak-anak manusia saja yang bersekolah, melainkan juga anak-anak dari ras lain. Yang tadi menginginkan bangkuku adalah Glodia yang berasal dari ras Naga. Walau pun kami sudah berulang kali diingatkan untuk tidak memakai kekuatan untuk menindas yang lain, tetapi itu masih saja terjadi.

Aku menjadi salah satu anak yang dirundung oleh anak-anak ras Naga. Entah karena alasan apa, aku tidak tahu, tetapi Glodia paling sering menggangguku. Bahkan ketika aku mencoba mengadukannya pada Ayah dan Ibu, mereka berpikir, ini hanya perkelahian anak-anak biasa. Leonard bersekolah di tempat yang berbeda, sehingga aku tidak bisa meminta pertolongannya. Selama enam tahun di sana, aku merasa seperti di neraka dan selalu menantikan kelulusan sekolah dasar secepat mungkin.

Walau pun beberapa kali minta pindah sekolah, orang tuaku keberatan karena Ayah dan Ibu sibuk dengan urusan kantor. Ayah sering pergi dinas keluar kota dan masih di tahap awal merintis nama, sedangkan ibu sedang sibuk melakukan pengujian tanaman, karena beliau adalah ahli botani. Ada masanya, kami tidak bertemu selama berminggu-minggu. Kadang di rumah hanya ada aku dan kakakku saja, tetapi kakakku kadang juga sibuk dengan teman-temannya.

Aku sendirian.

Saat ibu melahirkan si kembar, kukira keadaan akan berubah. Mungkin Ibu atau Ayah akan memperhatikanku, tetapi perhatian mereka lebih banyak tercurah pada si kembar, sampai di satu titik, aku tidak lagi mengharapkan perhatian mereka semua. Pada waktu masuk jenjang sekolah berikutnya, aku bersikeras masuk ke sekolah khusus manusia. Mulanya orang tuaku enggan, karena sekolah tersebut kurang bagus, tapi aku ingin masuk ke sana. Setidaknya, selama tiga tahun kehidupanku damai tanpa gangguan dari ras mana pun.

Setelah lulus dari sekolah Menengah Awal, Ayah menuntutku masuk ke sekolah campuran lagi. Aku menolak keras dan kami bertengkar hebat. Leonard pada waktu itu sudah kuliah dan tinggal di Nixmare, sehingga tidak tahu kondisi kami. Aku dan Ayah sempat bersitegang selama berminggu-minggu, sampai Ayah memasukkan berkasku sendiri ke sekolah campuran dan aku diminta masuk.

Aku marah, kesal, benci pada tindakan Ayah. Di sekolah menengah itu, aku bertemu lagi dengan para perundungku dulu. Mulanya aku sudah memiliki niatan untuk membalas atau pun melawan apa pun yang akan mereka lakukan padaku, tetapi Tuhan dengan baiknya mengenalkanku pada Edna dan Reina. Mereka yang menolongku dari gerombolan Glodia.

Terjebak di Paranormal Fantasy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang