4. Selamat Tinggal Gebetan! (2)

32 7 2
                                    

Setelah mengobrol selama nyaris dua jam di taman, kami pun berpisah. Reina dan Edna harus mengerjakan tugas, sedangkan aku memilih mampir ke toko buku sebelum pulang ke rumah. Aku butuh referensi masakan di Eruthalia dari berbagai suku bangsa, dan cukup terkejut saat menemukan buku masakan bangsa Vampir.

Kukira, vampir di dunia ini hanya minum darah atau darah sintesis. Tak disangka, mereka juga makan-makanan manusia. Namun dalam porsi yang lebih sedikit dan tertentu. Tidak semua masakan bisa dinikmati kaum vampir. Ini benar-benar ilmu baru! Hidangan pun dipengaruhi dari wilayah serta kebiasaan dari suku tersebut, sehingga aku mampir ke rak sejarah dan tak sengaja bertemu dia.

Elios Areun!

Pria muda berambut pirang emas pendek dan bermata sebiru lautan. Dia sedang membaca salah satu buku di bagian rak buku sejarah saat aku tiba di sana. Awalnya, aku ingin kabur sebelum dia memergokiku. Namun, sialnya pria muda itu melihatku lebih dulu.

Kami sama-sama diam dan tatapan tajamnya sangat tidak mengenakkan.

Aku sendiri tidak tahu harus menanggapinya bagaimana, sehingga memilih berbalik dan berjalan cepat menuju kasir. Karena terburu-buru, aku sampai tidak sengaja menjatuhkan salah satu buku. Saat akan mengambilnya, ada tangan lain yang sudah mengambilnya lebih dulu.

Elios menyodorkan buku itu padaku.

"E... terima kasih," kataku kikuk tanpa berani menatapnya. Kalau ingat bagaimana berantakannya pertemuan terakhir kami dan kegilaanku padanya, aku merasa sangat malu.

"Bisa kita bicara sebentar?" Suara Elios yang dalam dan penuh wibawa membuat bulu kudukku berdiri. Walau penampilan seperti mahasiswa kebanyakan, dia memakai kemeja kotak-kotak biru dan jaket bertudung berwarna hijau tua, serta celana jeans biru tua.

Tidak mau! Aku ingin menolak, tetapi tubuhku berkata lain. Aku justru mengangguk pelan.

"Setelah membayar ini, ya," ucapku sambil menunjukkan buku-buku yang tadi kuambil.

"Aku tunggu di luar," Elios mengiyakan sembari berjalan keluar dari toko buku.

Setelah membayar buku, aku pun pergi bersama Elios menuju kafe kecil yang ada di seberang jalan. Aku yang dulu pasti senang karena mengira pergi berkencan dengan pujaan hati. Namun, saat ini aku justru dirundung rasa cemas, takut, tidak nyaman, dan keinginan melarikan diri.

Elios memesan kopi, sedangkan aku memilih es teh. Kami duduk berseberangan dalam diam, walau musik yang diputar di dalam kafe membuat suasana di antara kami menjadi sedikit lebih lunak.

"Aku ingin minta maaf atas kejadian di danau waktu itu," ucap Elios. "Maafkan Daisy."

Daisy? Aku bengong mendengar pernyataannya. Kemudian menggali ingatan tentang kejadian di hari aku tercebur danau. Waktu itu, kalau tidak salah aku merundung Daisy di pinggir danau. Aku mencibir, mencemoohnya, yang akhirnya...ah, benar. Yang waktu itu mendorongku ke danau bukan Elios, tapi Daisy. Dia menggunakan kekuatannya untuk mendorong sekaligus mencekikku di dalam danau. Kalau tidak salah, justru Elios yang menyelamatkanku dari danau.

Namun, kudengar dari Leonard, Elios mengakui bahwa itu perbuatannya. Ini pun bisa kumaklumi juga, karena hukuman yang akan diterima Daisy akan jauh lebih berat dari yang diterima Elios. Selain hukuman karena menyerang bangsa manusia, Daisy bisa mendapat hukuman juga dari komunitas Naga. Kejahatan ringan hanya akan membuatnya dihukum fisik, kejahatan berat bisa membuatnya dikucilkan bahkan diasingkan. Elios pasti tidak mau bila Daisy sampai terkucil dalam kaumnya.

"Kau tidak perlu minta maaf," Aku menggeleng pelan. "Ini juga kesalahanku."

Elios balas menatapku.

"Sikapku selama ini buruk pada Daisy, wajar kalau dia sangat marah dan ingin membunuhku. Sementara aku iri padanya yang bisa dicintai semua orang, sedangkan aku tidak," Aku menertawai diriku yang dulu. Padahal aku punya keluarga yang sayang padaku, kenapa aku mencari kasih sayang di luar?

"Aku... juga minta maaf padamu," Aku menatap Elios lekat-lekat. "Selama ini, kau pasti risih dan terganggu dengan perilakuku. Juga... terima kasih sudah bersabar karena tindakanku dulu."

Elios menelengkan kepala. Dari ekspresinya, dia terkesan bingung dan tidak percaya mendengar ucapanku tadi.

"Kalau ada kesempatan, aku juga ingin minta maaf pada Daisy," kataku. "Namun, perundung tetap perundung. Aku sudah banyak melukai hati Daisy, jadi tidak berharap juga untuk bisa bertemu maupun dimaafkan."

"Kau... baik-baik saja?" tanya Elios, terdengar khawatir.

"Aku baik-baik saja," Aku tersenyum. "Hanya saja, dua bulan ini, ada banyak sekali kejadian yang sedang kupikirkan."

"Syukurlah kalau kejadian waktu itu menyadarkanmu," ujar Elios pelan. "Semoga kau benar-benar berubah, bukan hanya sekadar melakukan sensasi."

Tidak akan! Aku tidak akan lagi mengejar-ngejarmu! Sekarang prioritasku adalah bertahan hidup dan membangun bisnis! Aku meringis padanya.

"Kalau boleh kusarankan, sebaiknya kau mengambil buku memasak karangan A. Rachel tentang metode memasak bangsa Naga. Cara memasak bangsa Naga sedikit berbeda dari manusia," Elios berdiri dari kursi, sedangkan aku terbengong menatapnya seperti orang bodoh. "Kulihat tadi kau membawa banyak sekali buku resep masakan dari berbagai suku."

Woa... tajam sekali penglihatannya.

"Terima kasih sarannya," ucapku sungkan.

Tanpa mengatakan apa pun lagi, Elios beranjak meninggalkanku sendirian di kafe.

(Sabtu, 25 November 2023)

==============

Note:

Akhir-akhir ini saya suka mendengarkan lagu spy x family. Yeah..., ketika dengar melodinya, entah kenapa saya merasa itu seperti lagu hidup saya.

Sumbang di beberapa bagian, tapi kerasa cocok dan pas dengan seluruh alunan musiknya. Kedengaran aneh, tapi juga harmonis.

Mungkin saya aja yang lagi melow akhir-kahir ini ya...

btw... Mungkin ini agak sedikit berbeda dengan deskripsi, tetapi sosok Annie dalam imajinasi saya mirip dengan penelope (death ending for villains) dan entah kenapa, Leonard justru mirip seperti Loyd dari spy x family. --"

Jangan lupa vote dan komen yaaa...

Terjebak di Paranormal Fantasy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang