PROLOG

12 2 0
                                    

Jehwa benci kembali ke rumah sudah tujuh tahun berlalu sejak dia tidak lagi menginjakkan kaki di kediaman Senopati. Saat ini Jehwa sudah bisa berdiri sendiri dengan kakinya sendiri setelah tidak lagi tinggal di sana.

Hari ini merupakan hari yang melelahkan untuk Jehwa. Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya hari ini Jehwa memutuskan untuk pergi ke sebuah restoran di mana ia akan melakukan makan malam. Namun sebuah pemandangan tiba-tiba beranda tepat di depannya membuatnya nunggu terkejut, di mana ada adeknya beserta keluarganya yang dulu sempat mengagungkan dirinya.

Sepertinya keputusan kali ini untuk makan malam di sana membuatnya cukup menyesali hal itu. "Bagaimana bisa kalian begitu mudahnya merupakan Jehwa semudah itu?" batin Jehwa-Ace kepribadian lain yang sekarang menetap di tubuh Jehwa, menatap keluarga harmonis di depannya itu.

Setelah sekian lama Jehwa tidak pulang kerumah karena memang tindakan ini adalah bukan untuk pertama kalinya ia kembali hanya untuk kembali. Lebih tepatnya Ace yang tidak ingin Jehwa untuk kembali ke kediaman Senopati yang bagaikan iblis berwujud manusia.

Lebih tepatnya tempat itu bukanlah lagi bisa di sebut rumah untuknya. Setelah kejadian yang terjadi pada lima tahun yang lalu tepat disaat Jehwa melakukan pertamakali kesalahan yang membuat seorang pria paruh baya yang di sebut papa mulai berubah perilakunya terhadapnya kala itu.

Papanya kala itu melihatnya dari jauh karena sedang menelpon dengan orang yang berada di seberang sana, melihatnya mendorong seperti mendorong adiknya-Akasia Lylian Senopati. Namun hal itu tidak disangka malah membuatnya masuk ke dalam sebuah mala petaka yang terjadi hingga saat ini.

Kejadian yang terjadi lima tahun lalu, kejadian dimana ia tidak melakukan hal seperti dibayangkan oleh kepala keluarga Senopati pada kala itu.

Tiga tahun sebelum menerima perlakuan kasar dari papanya-kepala keluarga Senopati. "Papa kapan kita bisa jalan-jalan?" tanya jehwa kecil yang saat itu berusia sebelas tahun. Pada saat itu juga ada Lylian yang mendengarnya membuat gadis mungil itu ingin ikut dengan kakaknya itu.

"Lyli ikut," ucapnya dengan menatap papa dan Jehwa dengan tatapan memohon.

Mau tidak mau mereka pergi, namun disaat mereka berada di sebuah taman bermain di pusat kota. Jehwa yang mengawasi adiknya yang kini berjalan menuju jalan raya yang tidak jauh dari taman itu membuat Jehwa kelimpungan karena kaki kecilnya dan juga jarak adiknya yang begitu jauh serta papanya yang sibuk dengan pekerjaannya pada saat itu.

Membuat Jehwa merasa bahwa kejadian kali itu merupakan kesalahan terbesar dirinya karena mengajak adiknya ikut. Karena tidak setelah itu sebuah mobil melaju dari arah berlawanan menuju ke arah adiknya tersebut hingga tidak bisa dari mobil itu mana mbak tubuh adiknya yang saat itu berada di pinggir jalan dengan cepat Jehwa berlari menuju ke arah adiknya tersebut.

Namun naasnya papanya melihat kejadian itu hanya melihat sekilas tangan Jehwa yang terulur di depan dengan posisi berlari seperti mendorong adiknya untuk tertabrak mobil yang melaju dengan kencang pada saat itu.

Setelah kejadian itu barulah seluruh kehidupan Jehwa berubah ketitik dimana paling terendah Jehwa berada saat itu. Hari-harinya yang kini di penuhi dengan memar dan luka di sepanjang tubuh akibat pelampiasan dari kepala keluarga Senopati.

Hari itu tepat dua tahun setelah menerima perlakuan yang tidak pantas dan hari dimana ketika ia diusir dari kediaman Senopati, kejadian sebelum jehwa diusir oleh keluarganya itu. Jehwa saat itu tidak sengaja berada di satu tempat yang sama dengan Lylian.

Saat ini Jehwa berada di ruang pribadi milik ayahnya yang di sana ada ayahnya yang tengah menyiksanya dengan memukulinya menggunakan besi.

"Sa-sakit..." rintih Jehwa didepan ayahnya yaitu Abimana Senopati.

"Ini belum seberapa anak SIALAN!!!" teriak di sertai makian dari Abimana. Jehwa yang mendengarkan itu seketika hatinya berdenyut sakit.

CTAKKK!

CTAKKK!

CTAKKK!

BRUKKK!

Pukulan demi pukulan masih tetap Jehwa terima namun kali ini tanpa rintihan dan tanpa air mata lagi. Tatapan yang berubah menjadi gelap dengan seringai yang terpatri di bibir Jehwa menandakan bahwa yang sekarang bukanlah Jehwa lagi melainkan sesuatu yang ada di dalam dirinya.

"Sebaiknya anda berhenti dari sekarang atau anda akan menyesal." dengan nada dingin yang mengintimidasi Jehwa pergi tanpa merasakan rasa sakit di punggungnya akibat pukulan-pukulan keras itu.

"Sekarang bukan kamu lagi yang akan menanganinya, lebih baik kita bertukar." batinnya yang terhubung dengan jiwa asli Jehwa.

Setelah kejadian itu Jehwa atau lebih tepatnya Jehwa yang di kuasai oleh Ace di coret dari kartu keluarga keluarga Senopati itu dengan tanpa membawa uang sepeser pun dan hanya membawa bajuyang melekat di badannya saja.

Bukannya memohon atau berharap tidak di coret malah tidak merespon apapun dan tetap memiliki untuk keluar dari rumah neraka itu.

»»»Jehwa Aldelaras Senopati»»»




"Sebaiknya jangan pernah melewati batasan itu sebelum masalah besar terjadi," dengan tatapan dingin. Ancaman Jehwa kepada Abimana tidak main-main setelah sampai kesana.

Saat itu Jehwa mendapatkan perlakuan yang tidak pernah dirinya dapatkan. Pelukan sang ayah selama belasan tahun lamanya. Pelukan itu membuat jiwa dan batin Jehwa tersentak kaget dengan perlakuan itu.

Jehwa langsung mendorong Abimana menjauh dan mengancam dirinya. Setelah itu ia memilih kembali menyeret kopernya masuk. "Sebaiknya kamu sadar diri! Tidak ada seorangpun yang mengharapkan mu kembali," tiba-tiba suara itu mendominasi ruangan menatap Jehwa dengan tatapan remeh.

Jehwa bukan lawan buat anak kemaren sore seperti didepannya ini sekarang. Jehwa lebih unggul sekarang walau tanpa dukungan oleh mereka yang mematung di ruangan itu. Hahahaha tatapan apa itu? Kenapa hanya tatapan syok dan tersirat penyesalan? Apa anak di depannya ini tidak memuaskan mereka lagi?

Padahal sejak dulu merekalah yang mengagungkan putri kecil itu. Layaknya seorang putri kerajaan yang sangat di sayangi oleh para rakyat yang di butakan oleh tipu muslihat. "Sepertinya kamu lupa! Semua hak yang ada di rumah ini adalah milikku. Lebih tepatnya wasiat kakek dan nenek adalah harta milik SENOPATI seluruhnya adalah milik Jehwa Aldelaras Senopati," dengan nada rendah dan meremehkan gadis kecil di depannya dan membalas tatapan remeh itu dengan tatapan merendahkan.

Setelah itu tidak ada lagi gangguan untuknya memasuki kediaman lama Senopati yang tidak berubah sama sekali walaupun kamarnya sekarang berubah karena gadis tadi sudah menghancurkan bahkan mengganti kamarnya menjadi miliknya. Jehwa tertawa keras dalam hatinya dengan masih menampilkan wajah datar.

Baiklah lakukanlah semua mu saja gadis kecil.

Memiliki memasuki salah satu kamar lain asal bukan kamar bekas anak kecil bau ingus itu. Memiliki membereskan semua barang-barangnya dan berakhir membersihkan diri dan tidur. Biarkan lah melewatkan jam makan malam, karena ia tidak bernafsu makan ketika berkumpul dengan mereka.




 Biarkan lah melewatkan jam makan malam, karena ia tidak bernafsu makan ketika berkumpul dengan mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ONLY YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang