CHAPTER I

1.5K 107 2
                                    

The beginning
[Awal mula kehidupan yang baru]


"Paman, apakah anda masih menyewa kereta kuda ke Archades?"

Dedaunan tertiup angin, meratap tanah. Para kuda memakan rerumputan segar di bawah kakinya, beberapa pria paruh baya dengan peluh keringat membasuh para kuda dengan air segar dari sungai.

Salah satu pria dengan perawakan gagah dan tegas bagai ksatria membalikkan tubuhnya, ketika netra nya melakukan contact eyes dengan seorang pemuda dengan perawakan tertutup. Pria bernama Carlos itu mengernyitkan dahinya.

"Maaf, tuan. Tapi sepertinya anda tidak tau." Pria itu berdiri dari duduknya, seketika kursi kayu di belakang nya berderit. "Jalan menuju Archades harus melewati wilayah En, dan wilayah itu ditutup karena dampak perang."

Menglangkah, Carlos mempersempit jarak ketika kepalanya harus menunduk dengan lebih. Itu nampak seperti pemandangan seorang raksasa yang berdiri dihadapan seekor kelinci putih.

Namun, pemuda itu tak berkutik di bawah tudungnya.

"Aku tau."

"Karena itu bisakah anda mengantarkan saya sampai ke perbatasan Equero?" Pemuda kembali bertanya.

Carlos semakin memperdalam kerutan di pelipisnya. Bertanya-tanya dalam hati apakah pemuda mencurigakan ini sudah gila, dan Carlos pasti sudah gila jika menerima tawaran dari orang asing ini. Melipat kedua lengannya, Carlos memperhatikan penampilan pemuda aneh dihadapan nya.

Tatapan nya penuh selidik, tak menghiraukan apakah tatapan nya akan membuat risih atau tidak.

Itu seperti ia sedang menyelidiki kasus berantai yang melibatkan kematian istri nya.

Carlos berfikir, memang pasti banyak orang ingin pergi Archades untuk menghindari perang yang semakin panas. Karena wilayah Archades sendiri adalah wilayah netral yang memiliki perjanjian keamanan untuk setiap kehidupan didalamnya. Namun, bukankah ini sudah gila?

Bukankah pemuda ini ingin pergi ke Archades untuk menyelamatkan diri? Mengapa ia malah mempertaruhkan hidupnya dengan nekat diantar sampai perbatasan Equero?

Perbatasan Equero adalah perbatasan yang menghubungkan wilayah Canders dengan wilayah En. Perbatasan itu di dominasi sebuah hutan lebat yang menjadi habitat alami Elemental Beast tipe kegelapan, bagaimana mungkin? Itu karena lapisan energi tercemar spirit yang menyebar menutupi wilayah itu. Membuat banyak Elemental Beast kehilangan akal pikirnya.

Elemental Beast disana sudah tidak bisa disamakan lagi dengan hewan buas.

Berdiri disana, sama saja dengan menyembahkan diri sendiri untuk menjadi santapan monster-monster hilang akal itu.

Mungkin, Carlos tak akan terlalu peduli jika aura pemuda didepannya itu tak nampak seperti bangsawan terpelajar. Etiket yang sudah mendarah daging di tubuh bangsawan itu sendiri, membuat Carlos berfikir dua kali agar tak terseret masalah.

Pemuda itu nampak melihat reaksi penolakan Carlos, dengan cepat tersenyum penuh rencana secara diam-diam.

Merogoh tas kulit yang ia bawa, membuat mata Carlos terbelalak. Mata Hazel milik Carlos memantulkan cahaya kekuningan, dari sebuah koin-koin berwarna emas yang tertampung dalam sebuah kantung kusam yang tak terpikirkan. Kantung itu sebesar telapak tangan pria dewasa.

Walaupun begitu, satu dua koin nampak jatuh dari kantung nya, saat tali pengikat kantung itu ditarik perlahan.

Terdengar sunggingan senyum angkuh, "Tenang saja aku masih memiliki beberapa kantung lagi tersisa."

Itu menyebalkan, Carlos bisa saja memukul pemuda dihadapan nya ini. Namun, koin emas dihadapan Carlos tidak bisa membuatnya berkedip.

"Jadi..." dengan gerakan gesit kantung itu tertutup. "Bagaimana? Ini tidak terlalu buruk bukan."

Kau punya uang kau punya kuasa. Sepertinya itu bukan hanya sebuah bualan tidak berguna, buktinya wajah garang Carlos berubah begitu ramah hingga terlihat menakutkan saat berhadapan dengan gemerlip uang.

"Tentu, dengan senang hati saya akan mengantarkan anda tuan."

Pemuda itu membuka tudungnya, rambut putih melebihi bahu terikat sebuah pita berwarna hijau tua terlihat acak-acakan. Manik berwarna Sepphire jernih nampak indah terpoles.

Senyumnya semakin lebar hingga menampilkan gigi berbentuk taring sedikit tumpul. Senyum kemenangan di wajah bak boneka itu tampilkan, entah kenapa...

Carlos, merasa terhina. Namun, demi uang sebanyak 10 kantong dari pemuda aneh ini Cerlos rela menjadi anjing sekalipun. Memang uang adalah segala nya.

"Tuan, tuan tak perlu terlalu formal dengan saya. Anda bisa memanggil saya Carlos." Carlos berucap, dia tak cukup nyaman dengan pembicaraan formal karena dia bukan orang yang menjujung etiket seperti bangsawan.

Pemuda itu nampak mengambil sesuatu dari sakunya. "Baiklah-baiklah."

Itu adalah sebuah jam pasir yang terus berputar menyelesaikan siklus berulang nya. "Aku akan memanggilmu paman mengerti? Tolong jangan protes karena peman lebih tua dariku. Asal paman tau aku adalah anak muda yang sangat menghormati orang yang lebih tua."

"Namun sebelum itu, bisakah paman memberitahu ku toko terdekat untuk membeli beberapa senjata?"

Carlos sempat terdiam sebentar, rupanya pemuda ini tidak begitu gila.

Carlos menunjuk pusat pasar. "Disana, ada sebuah bengkel pandai besi dengan papan bertuliskan Edward. Mungkin itu nampak seperti bengkel reot tua yang busuk di dalam gang, namun pemilik nya adalah seorang Dwarf dan anda pasti tau keunggulan ras tersebut dalam membuat senjata."

Pemuda itu masih tidak bergeming. Namun Carlos lirih mendengar pemuda itu bergumam. "Kakek Edward."

"Tuan mengenalnya?" Pertanyaan itu membuat pemuda itu tersentak. Carlos mengernyit bingung.

"Ah..tidak juga" pemuda itu menjawab ragu. Dan Carlos hanya merespon dengan angukan ringan tidak peduli.

Pemuda itu membalikkan pandangan nya, menatap Carlos yang menunjukkan wajah cuek. "Aku, akan berangkat besok siang. Aku harus memenuhi beberapa kebutuhan ku."

Carlos hanya tersenyum, begitu ramah. Rasa-rasa jiwa tempramen miliknya mencuat, dalam batinnya dia mengumpat kepada pemuda dengan rambut penuh uban sejak dini itu. Jika ia berangkat besok, kenapa harus memesan kereta kuda sekarang?

Apakah ia tidak berfikir bahwa kusir nya juga butuh tawaran kerja lain?

Carlos menghela nafas, ekspresi nya datar. Ia berjalan dan kembali duduk di samping kudanya, tengah memakan rerumputan di tepi sungai. Banyak pasang mata melirik kearah pemuda itu, entah apa yang dipikirkan oleh para kusir lain namun Carlos merasakan bahwa hal buruk dengan bermacam bentuk tengah bersarang diotak mereka.

Ini membuat Carlos cukup risih, karena bagaimana pun pemuda itu adalah kantung uang nya.

Carlos melirik pemuda itu kembali, ia telah memakai kembali tudungnya dan sekarang tengah berjalan santai menuju pasar seperti yang ia katakan tadi. Namun, langkahnya berhenti itu menarik perhatian Carlos.

Carlos melihat pemuda itu berbalik dan mengatakan sesuatu tanpa suara. Di bawah pohon oak yang tak jauh dari tempatnya duduk.

"Teon, namaku Teon"

Sampai akhirnya pemuda yang menyebut dirinya Teon itu pergi meninggalkan tempat itu, tak terlihat lagi walaupun Carlos menyipitkan matanya sekecil mungkin dan tanpa sadar membentuk senyum kecil.

Carlos akui ada rasa familiar seperti bertemu adik laki-laki di musim panas saat bersama pemuda itu. Mungkin pemuda itu memang memiliki aura menyenangkan. Membuat Carlos yang terkenal sebagai pria batu dapat berinteraksi dengan makhluk hidup lain terutama sesama ras nya.

Pojok penulis✍️

Hope you like it♡

Ini cerita pertama. Karena plot yang lumayan lambat pada awalnya mungkin banyak yang akan lompat chapter karena kesal atau bosan. Namun, hanya satu yang kuharap. Semoga cerita ini bisa membuat nyaman dan disukai oleh kalian.

I Don't Want to Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang