CHAPTER XV

299 44 0
                                    

Heaven gatherer [3]
[Ingin bermain denganku?]


Cromboloni menemani langkahnya. Melewati bangunan demi bangunan, rumah maupun pertokoan. Angin semilir menerjang. Membawa surai putih itu beterbangan diudara.

Manik Sepphire nya lagi-lagi hanya terpaku pada langit malam. Membiarkan kulit seputih salju milik nya terkena hembusan dingin malam, tetap acuh.

Teon kembali menghabiskan Cromboloni miliknya. Terhitung sudah 3 paket Cromboloni rasa Stawberry telah habis ia makan.

Faktor penyebab kebiasaan menahan rasa lapar, menjadikan Teon tanpa sadar bisa makan apa saja. Ini didukung dengan setiap kehidupan nya dulu. Dikehidupan pertama, Teon terbiasa menahan rasa lapar. Pelayan yang bekerja di mansion Teon setelah orang tua nya meninggal bermalas-malasan dan kebanyakan mencuri.

Teon kecil mengalami kekurangan gizi. Penyebab utama Teon memiliki tubuh pendek. Dikarenakan para pekerja di rumahnya yang tidak bekerja dengan baik. Hanya mempedulikan mulut mereka sendiri, dan jarang memberi Teon makanan layak.

Jika Teon kecil dikehidupan pertama tidak ingin menahan rasa lapar, ia harus diam-diam menyelinap kedapur agar bisa mencuri bahan masak.

Memasak nya sendiri disebuah taman tak terawat dan hampir tak pernah di kunjungi orang-orang Mansion. Walaupun gosong, asin, atau benar benar rasanya tidak bisa dimakan, mau apapun itu. Teon kecil tetap akan memasukkan itu kedalam mulutnya.

Setelah kematian kedua orang tuanya dikehidupan pertama. Makanan remeh seperti Cromboloni, bahkan rasanya seperti mimpi ketika Teon mencobanya.

Dengan tekad. Teon berjanji pada diri nya sendiri, ketika ia telah sampai ke dalam wilayah Archades. Cemilan manis pertama yang akan Teon buat adalah Cromboloni.

Asik dengan pikirannya. Teon tak mengubris para ksatria yang sedari tadi mengikutinya bak mata-mata. Teon terlalu malas untuk ikut bermain dengan anak-anak. Lebih memilih untuk menatap langit dengan tak terhitung jumlahnya benda berkilau bertebaran.

Teon membeli Cromboloni ini dari tempat pertemuan lelang. Tepatnya di sebuah toko kue. Menjadi tempat pertemuan nya acara lelang. Cukup cerdik, setelah pembayaran barang para anggota serikat akan memasukkan nya didalam paket bungkus Cromboloni. Sebagai penyamaran agar barang lelang tidak diketahui oleh orang ramai.

Tergiur dengan Cromboloni, Teon memesannya 4 paket. Namun, pelayan salah mengartikan itu pada awalnya. Untung dengan cepat mereka bisa memperbaiki kesalahpahaman itu sebelum Teon mengamuk. Mengeluar kan hebusan nafas berapi dari mulutnya. (Bayangan para pelayan.)

Sebagai permintaan maaf. Para pelayan memberikan 4 paket Cromboloni betulam secara cuma-cuma. Karena Teon adalah anak yang baik hati dan ramah. Teon menerimanya dengan mata melotot. Masih dendam.

Dan segeranya Teon melangkah kan kakinya menuju bengkel Edward.

Menikmati jalan-jalan ditengah malam sambil memakan Cromboloni memang adalah yang terbaik. Teon pikir-pikir, ia tidak pernah sesantai ini dalam hidup nya.

"Ternyata menikmati hidup jauh lebih mudah ya."

Teon bergumam. Menanyakan pertanyaan yang sangat mudah, namun bagi Teon lebih sulit dari pada berada di medan perang. Teon itu, tanpa sadar selalu berjuang tanpa sebab.

Teon tersenyum. Wajahnya kembali cerah. Tatapan nya tidak terpaku lagi pada langit. Menunjukkan kembali kilaunya, Teon mendapatkan semangat untuk kembali bermain. Dan karena itu sekarang ia bisa dengan mudah mendapat teman bermain. Awalnya niatnya tertuju pada kakek Edward. Tapi karena teman bermain nya yang lebih dulu datang, Teon tidak bisa mengecewakan mereka bukan?

'Ini akan menyenangkan.' Dengan senyum sejuta makna. Teon menyusun skema untuknya bermain dengan para ksatria ini.

Wajah Teon mulai ditutupi kegelapan. Diantara itu manik Sepphire nya bercahaya seperti sebuah lampion di tengah malam.

Dengan gerakan kilat. Tanpa aba-aba Teon berlari, mengelabui mata. Teon dengan cepat mengambil jalan berliku. Memasuki gang sempit. Bersembunyi di celah bayangan. Hingga dengan sekejap ia tanpa sadar sudah berlari diatap rumah warga.

Teon tertawa senang! Tubuhnya memang lemah tidak terlatih. Namun, ternyata boleh juga. Dengan sedikit paksaan tiba-tiba ia menjadi anggota Assasin dengan tema telah ketahuan.

Nampak nya ksatria yang mengejar nya juga tak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan. Mereka dengan cepat tidak lagi menutupi kehadiran dan secara terang-terangan mengejar Teon dari belakang.

Mengintip dari ekor matanya. Teon melihat pria dengan tubuh kekar itu; Cedrick. Mengambil sebuah permata yang nyatanya adalah sebuah alat sihir.

Tidak membiarkan hal itu terjadi. Teon mengambil sebuah jarum jahit. Teon tidak sengaja mendapatkan nya ketika sedang menjalani persiapan melarikan diri dari Mansion. Itu, tidak terlihat mematikan. Namun jangan salah. Barang yang terlihat remah sekalipun dapat menjadi senjata mematikan di tangan yang benar.

Melempar jarum dengan tenaga penuh. Mengendalikan kecepatan angin, dan kecepatan lemparan yang bisa Teon buat. Mengandalkan peruntungan yang tercipta dari kelengahan Cedrick.

Permata itu pecah berkeping-keping. Nampaknya pula Silvia sempat menyadari serangan Teon tadi. Dan memekik kepada Cedrick, namun terlambat karena dengan ketepatan penuh Teon yang memang mengincar alat komunikasi itu telah sampai pada tujuannya.

Teon tersenyum penuh kemenangan. Ia sekarang tidak takut akan dituntut ganti rugi atau semacamnya. Karena apa? Karena Teon kaya!

Teon yang tidak sadar diri tidak mengingat bahwa ia tadi ketakutan seperti seekor kucing yang ketahuan mencuri ikan, hanya karena berfikir akan dipenjara lagi dikehidupan nya yang ini atau yang itu.

Cedrick berdecih. Memberikan code pada kedua rekannya. Menyadari taktik simpel milik ksatria yang mengejarnya. Teon hanya tersenyum, ia ingin melihat para ksatria terlatih milik Archduke ini bisa sehebat apa dalam menghadang nya.

Berpencar. Silvia turun dari atap rumah warga dan berlari dijalanan. Calvin menghilang tidak terlihat keberadaan nya. Cedrick masih fokus mengejarnya di atas jalur atap yang sama. Teon jadi sedikit meringis, membayangkan bila ada warga yang terbangun karena kebisingan di atas atapnya.

Ya intinya, Teon minta maaf.

Cedrick mulai menyusul langkah Teon. Teon tersenyum kembali, ia ingin tahu seberapa bagusnya reflek dan kepekaan Cedrick. Namun, sebelum itu. Teon mengambil tiga jarum jahit. Mengurus Silvia yang akan menjadi sangat merepotkan ketika Teon menunjukkan celah.

Untuk Calvin. Pria berambut Maroon itu bisa diselesaikan nanti. Calvin juga tidak akan mengambil langkah yang begitu ceroboh jika ingin menyergap Teon dari belakang.

Melemparkan jarumnya. Teon mengincar titik buta Silvia. Mengores sedikit bagian pipi dan tangan Silvia membuat nya melambat. Untuk serangan penyempurnaan, melihat syal biru terlampir dileher Silvia membuat Teon tersenyum licik.

Melemparkan jarumnya. Kehilangan kesadarannya dengan adegan yang begitu cepat. Silvia terjatuh kebelakang. Merasa seperti ada benda yang melilit nya untuk jatuh kebelakang. Selama beberapa saat memperoses, Silvia baru menyadari bahwa itu adalah syalnya sendiri.

Teon terkekeh. Melihat reaksi Silvia yang menggerakkan tubuhnya seperti terlilit ular dari belakang.

Mengalihkan pandangan nya. Teon cukup terkejut, seragan dua sisi dari kombinasi arah depan Cedrick dan dari atas Calvin.

Sepertinya Teon tidak bisa menghindari ini.

I Don't Want to Be HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang