Sick (Chapter 1)

1.5K 69 6
                                    


-Sick-

Desiran angin membuat rambut gadis itu beterbangan. Dia bisa mendengar suara ombak yang seolah-olah memanggilnya. Dia-Im Yoona, melangkahkan kakinya perlahan dan meninggalkan jejak di pasir putih itu. Jejak yang terhapus oleh ombak. Seolah-olah dunia membencinya. Seolah-olah dia tak ada. Jejak kaki yang terhapus oleh ombak membuktikan bahwa dia tidak diinginkan untuk berpijak di dunia ini.

Dia-Im Yoona, menangisi hidupnya. Air mata yang jatuh perlahan dan menyatu dengan ombak. Seolah-olah, dunia selalu ingin membuatnya menderita. Seolah-olah dunia ingin melihatnya menangis.

Dia-Im Yoona, meratapi kepergian Xi Luhan, dunianya sendiri. Hanya kata 'Maaf' dari Xi Luhan membuat Yoona kehilangan dunianya. Seolah-olah dunia ini terasa seperti neraka. Seolah-olah dunia ini meninggalkannya.

Yoona pergi menjauh dari ombak yang memanggilnya. Kakinya terasa gontai, kepalanya terasa pusing, tubuhnya terasa dingin, dan hatinya... ah, benar dia tak punya hati lagi. Hatinya telah dicuri oleh Xi Luhan. Luhan telah menghancurkan hati Im Yoona berkeping-keping. Namun dari dalam lubuk hatinya Yoona masih mencintai pria itu bersama keping-kepingan yang telah dihancurkannya

Yoona masuk ke mobilnya. Yoona membuka kaca jendelanya. Dia bisa merasakan dinginnya malam yang menusuk..yang bahkan membuat hatinya beku. "Seandainya jika aku sakit, akankah kau melakukan hal yang sama untukku? Akankah kau tetap disisiku?" Tuturnya sambil memegang stir mobil itu. "Atau..haruskah aku mati, agar kau bisa mengenangku selamanya?" Sambungnya.

Flashback

"Luhan, aku tahu...kau meninggalkanku demi Seohyun..ha-hanya karena dia mengidap anemia, kan?" Tanya Yoona kepada Luhan. "Kau, aku tau..kau masih mencintaiku" sambungnya.

"Yoona, perasaanku kepadamu mulai menawar. Aku..mencintainya" ucap Luhan sembari menghapus liquid bening yang mulai keluar dari mata Yoona.

"Luhan, jika seandainya aku sakit..akankah kau tetap disisiku?" tanya Yoona. "Aku bertanya kepadamu" ulangnya. Luhan mematung mendengar perkataan Yoona. "Tentu saja tidak, namun..jika seandainya aku benar-benar sakit, jangan datang kembali kepadaku.." isak Yoona.

"Dan aku tak peduli, Seohyun sakit atau tidak...jika aku berada di posisimu aku akan memilih setia. Aku tak memandang cinta atas kekayaan atau kemiskinan, sempurna atau cacat, aku tak pernah peduli. Kau. Aku. Kita. Kita saling mencintai. Tapi tidak bisa bersatu. Hidup ini sangat mudah. Namun kita yang membuatnya susah. jika seandainya...a-aku benar-benar sakit..." Yoona menatap Luhan dalam-dalam. "Aku tidak berharap kau akan kembali kepadaku" sambungnya.

"Aku...aku masih mencintaimu, aku ingin kau tau." Ucap luhan sambil mencium kedua tangan Yoona. "Tapi, aku tak ingin dikatai pria brengsek yang menyakiti seorang gadis yang hidupnya tidak lama lagi. Kasihan Seohyun." sambung Luhan.

Luhan menghembuskan nafasnya. Udara begitu dingin. Rasanya dia ingin pergi dari tempat ini, pergi ke tempat yang lebih hangat...meninggalkan suasana dingin ini. Seolah-olah udara tak mengizinkan mereka bersatu.

"Aku tak pernah bertemu..dengan wanita yang selalu memarahiku ketika aku membuang botol minuman yang ada, wanita yang menghias kamarku dengan botol bekas. Atau wanita yang tergila-gila kepada andy sehingga membuatku frustasi. Wanita yang selalu menaruh susu coklat di depan pintu rumahku...tepat jam 6 pagi. Wanita yang menelponku pada pagi hari hanya untuk membangunkanku dan meneriakiku pemalas. Wanita yang selalu membantuku melukis sehingga wajahnya ternodai dengan Pylox. Dan..wanita yang telah membuatku jatuh cinta. Aku hanya ingin wanita itu tau, selama aku masih bernyawa..aku akan selalu mencintainya. Entah bagaimana menjelaskannya, ketika bersamamu aku lupa bagaimana caranya bernafas, namun ketika tanpamu, itu terasa seperti aku kehilangan oksigen. Karena kau ada di antara milyaran manusia, dan aku memilihmu. Namun aku seperti tidak diperbolehkan untuk memilikimu. Kau, aku, kita...saling mencintai. Kau, aku, kita...tak bisa bersatu. Kau, aku, kita...inilah takdir." Tutur Luhan sambil menatap lekat iris madu itu.

SickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang