SICK (CHAPTER 4)

497 37 6
                                    

     "Hei...kau! mengenai cerita itu, benar? wah..ternyata sepupuku sangat tega!!". decak Victoria. "Yoong, apakah Chanyeol oppa sudah tau? Akankah kau memaafkannya? Dia akrab dengan jungkook? Atau..hh" Sooyoung melontarkan pertanyaannya yang bertubi-tubi. Membuat Yoona yang tengah memijit pelipisnya itu melayangkan death glare-nya kepada kedua sahabatnya itu.

    Mungkin Yoona salah menjadikan mereka sebagai tempat curahan hatinya - dan menceritakan masa lalunya tentang Luhan, serta masalah yang dia hadapi sekarang. Tidak, ini tidak berguna mereka tidak memberi jawaban atau solusi mereka malah balik bertanya. Seharusnya dia pergi ke rumah Yuri.

   "Entahlah." Satu kata jawaban dari Yoona yang mewakili beribu pertanyaan mereka, membuat mereka memajang wajah masam itu. Ayolah, mereka tak suka adik kecil mereka-Im Yoona, mulai memasang tampang menyebalkan layaknya remaja labil yang diputuskan cinta sepanjang hari. Pasti mereka akan merindukan candaan dan tawa Yoona yang menggelegar. Namun sekarang? Sepatah kata saja sulit.

    "Aigoo, hidupmu benar-benar rumit yoong!" Celetuk sooyoung. Victoria pun hanya mendelik kesal, "wanita ini, bukannya menasehati kau malah menambah-nambah, apakah ini efek samping dari pengantin baru?" Ujar victoria, yang hanya dibalas decihan oleh sooyoung.

      Yoona menatap layar ponselnya,

'Deer, cepat ke rumahku, disini sangat sepi!'

- yeolli-

        Yoona mengacak rambutnya frustasi, sedangkan kedua makhluk itu hanya membulatkan mata seolah bertanya 'ada apa?'. Gadis cantik itu pun melesat mengambil kunci mobilnya, "chanyeol, dia ingin aku menemaninya, aku pergi dulu".

A few minutes later

        Yoona duduk di pangkuan chanyeol, lelaki itu memeluk yoona sambil sesekali memainkan rambut gadisnya. "Yeol..." panggil yoona. "Hmm?". "Kemarin, jungkook hilang, luhan membawanya ke apartemen, kami berdebat, dia memintaku untuk kembali kepadanya tapi...-"

Chanyeol menempatkan telunjuknya di bibir yoona.

          "Kau mencintainya?" Tanya
chanyeol sambil menatap lekat manik gadis tersebut. "Aku....akan melakukan apapun untuk kebahagiaanmu, meskipun itu berarti harus melepasmu, aku tak peduli. Yoong, jika kau merindukannya, jika kau mencintainya, maka pergilah, kembalilah, sungguh, aku tak apa. Aku tak butuh dikasihani, jika dengan bersamaku kau masih memikirkannya, jika itu menyakitimu...maka kembalilah, aku tak apa, kau tak perlu memikirkan perasaanku, kebahagiaanmu kebahagiaanku juga. Tetapi, jika kau benar-benar melupakannya, dan tulus padaku, maka aku percaya padamu, kau tak perlu khawatir, sebab kau benar-benar mencintaiku, kau tak akan mungkin lari kepadanya, aku percaya. Kecuali...jika sebaliknya, maka aku rela membiarkanmu pergi. Yoong, keputusannya ada di tanganmu." Lirih chanyeol.

       "Yeol.." oh tuhan, yoona tak sanggup berkata-kata lagi. Chanyeol, pria ini terlalu baik. Yoona tak bisa, yoona masih kecewa terhadap luhan dan seohyun. Yoona masih tak bisa memaafkan mereka. Yoona ingin bahagia bersama chanyeol. Yoona ingin belajar mencintai chanyeol dengan tulus, yoona tak ingin kehilangan pria baik sepertinya. Namun gadis itu sadar, dia tak kan pernah merasakan kebahagiaan bersama chanyeol seperti saat bersama luhan dulu, dia tidak pernah merasakan debaran bersama chanyeol seperti saat bersama luhan dulu, dia....tak akan pernah mencintai chanyeol seperti saat dia sangat mencintai luhan dulu.

      Dia membenci Luhan, tapi dia tidak bisa menyelewengkan bahwa dia masih merasakan debaran aneh tersebut sampai sekarang, dia kerap bernostalgia tentang kenangannya bersama luhan. Dia selalu berharap seandainya dulu Yoona bisa berbahagia dengan Luhan tanpa seohyun. Dia kadang merasakan rindu kepada luhan, dia kadang masih berdebar-debar terhadapnya, tetapi, dia selalu menyanggah perasaan tersebut. Namun, seberapa banyak pun dia menyanggah, dia tidak bisa menyelewengkan bahwa dia merindukan luhan. Bahwa lelaki itu masih ada di hati kecilnya.

SickTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang