AUTHOR POVBaekhyun tengah menyeruput kopinya, menatap kagum seorang noona yang baru saja dikenalnya 20 menit yang lalu, --Seo joo hyun tengah memalingkan pandangan ke jendela kaca di cafe itu, nampak tersenyum-senyum melihat anak-anak yang tengah bermain di luar sana. Aduhai, perlahan-lahan hati Baekhyun tersenyum mengagumi setiap pahatan yang terbentuk sempurna di wajah wanita di hadapannya ini.
Entahlah, sinting atau apa...yang pasti, mereka langsung menemukan kecocokan saat bertemu di toko buku tadi, sempat berbincang-bincang dan akhirnya berakhir di cafe ini. Menurut Baekhyun, Seohyun merupakan gadis yang unik. Dia suka keroro, hobi membaca novel pada pukul 7 pagi, orang yang anehnya menyukai pelajaran Matematika.
Selain itu, mereka memiliki banyak kesamaan. Kecintaan mereka pada komik misalnya. Atau musik klasik, musim salju, entah film A walk to remember, a letter from juliet, atau apapun itu. Entahlah, mereka saling menatap manik masing-masing--kerap tertawa serta sungguh excited dan penasaran dengan cerita masing-masing. Semuanya terasa menyenangkan.
"Jadi, kau baru pertama kali, ke jepang?" Tanya Seohyun merapihkan rambutnya kebelakang, menaungkannya di telinga. Baekhyun yang melihatnya pun lantas tertawa kecil lalu menjawab "begitulah, noonaku tinggal disini". Seohyun mengangguk-ngangguk dengan matanya yang berbinar-binar seolah menyatakan 'benarkah?'.dimana baekhyun merasa itu sangat lucu dan menggemaskan.
"Siapa namanya?" Tanya Seohyun yang tengah memegang cangkir di jemari lentiknya sembari menatap tehnya itu. "Im Yoona" sahut Baekhyun bangga. Mendengar nama itu, seolah ada yang menghantam hatinya. Perasaan bersalah masih menghantuinya. Dia menyesal kehilangan sahabatnya. Dia menyesal telah mengubah Yoona menjadi sosok yang dingin, cuek, dan angkuh. Dia menyesal membuat mata Yoona yang selalu tersirat sedih dan gelap. Dia menyesal telah memberi Yoona luka yang dalam. Dia menyesal telah menyakiti sahabatnya.
Detik itu juga, Baekhyun sadar bahwa gadis itu tengah menatapnya dengab tatapan yang dalam dan penuh arti.
Meanwhile at the restaurant
Luhan hanya tersenyum miring menanggapi perkataan Chanyeol. Mengalihkan pandangannya dari Yoona yang kini tengah menunduk sembari meremas dressnya tersebut. "Begini saja, tuan Park daripada kita memperdebatkan kekasihmu alias mantanku yang nyatanya terlalu cantik malam ini. Sebagai relasi binis, ayo kita bicarakan tentang kerja sama kita dulu".
Chanyeol pun mengangguk angkuh disitu. Sedangkan Yoona tengah mengontrol detak jantungnya saat ini. Perasaan itu kembali datang. Perasaan hangat, bahagia, dan nyaman bersama Luhan. Entahlah, sesuatu seolah menyelimuti dadanya. Namun di samping itu, berbarengan dengan sebuah belati yang seolah-olah diam-diam menyusup menancap hatinya perlahan-lahan. Memori pedih itu kembali berputar-putar, berdebat dengan egonya.
Kini, kedua pria itu sedang membicarakan masalah-masalah bisnis, saham-saham dan beberapa hal penting yang tak Yoona mengerti. Gadis itu hanya mendengar mereka, tak berkutik. Hening memeluk ketiadaan. "A-aku, ingin keluar sebentar, boleh kan?". Tanya Yoona sembari menarik-narik lengan jas Chanyeol. Chanyeol pun hanya tersenyum mengangguk.
Yoona berlari-lari kecil meninggalkan kedua lelaki itu.
Dan disinilah ia.
Duduk di bangku berdiam diri. Restoran mewah ini memang bukan main. Ada air mancur disana. Ia tak tahu. Ia tak memikirkan apapun selain Luhan. Mengapa? Mengapa hidup harus seperti ini?. Mengapa ia ditakdirkan untuk bertemu kembali dengan Luhan?.
"Jangan genggam terlalu erat, jangan lepas terlalu bebas. Begitulah prinsip cinta bekerja...." gumam seseorang. Yoona mendongak, memutar badannya. "Lalu?" Tanyanya.
"Mana Chanyeol?" Sambung Yoona. "Cihhh..." jawab Luhan. "Jangan mengalihkan pembicaraan, aku ingin bertanya. Apakah sesungguhnya cinta itu adalah kesedihan atau kebahagiaan?" Tanya Luhan.
Yoona memutar bola matanya. "Ketika kau tertawa, saking bahagianya, air matamu keluar. Namun, ketika kau menangis...kadang itu karena haru bahagia. Entah. Kupikir, ketika jatuh cinta, kita harus siap jatuh air mata, juga tersenyum dan tertawa. Kisah cinta ialah tawa dan air mata...."
"Jadi....apakah kau memaafkanku?" Tanya luhan. "Jika kau benar telah lupa padaku, menganggapku masa lalu, pastinya kau tak kan begini. Apa kau masih punya rasa?" Sambungnya.
Alis Yoona mengkerut. "Baik. Aku memaafkanmu....memang, aku harus membuktikan apa...hingga kau percaya bahwa sebenarnya aku telah lupa padamu?" Tantang Yoona.
Luhan mengulurkan tangannya. "Ikut aku". Sedangkan Yoona, yang awalnya bingung tak berkutik hanya menuruti perintahnya yang entah apa. Luhan membawanya berjalan. Tuhan, apa ini?. "Mari kita lihat, sejauh mana kau melupakan aku, dan sedekat apa kau meluapkan namaku" gumam Luhan. Mata Yoona membelalak, setelahnya-
Adalah degupan jantung yang menyeruak di setiap bilik kedua insan tersebut.Kkeut!
Sorry , chapt kali ini pendek ya???? Just announcement kayaknya ff ini bakal low update deh..😯

KAMU SEDANG MEMBACA
Sick
FanfictionCast : -Im Yoona -Xi Luhan other cast : -Park Chanyeol -Seo joo hyun -Jeon (Im) Jungkook -Byun (Im) Baekhyun