Rᴇᴘʀɪsᴇ - Trip

21 6 5
                                    

Reprise: Pengulangan bagian dari musik atau adegan opera.

• • •

Dapatkah kau bersantai setelah membunuh seseorang?

"Bisa?" gumam Rise. Kepalanya menyandar lemah ke jendela mobil, mengamati jalanan basah melalui sudut matanya.

"Apa?" tanya bocah lelaki usia 12 tahun yang duduk di sampingnya sambil mengunyah keripik kentang.

Rise enggan menjawab, menganggap pertanyaan adiknya itu hanya bagian dari angin badai di luar sana.

Hari ini mereka sekeluarga berlibur ke luar kota, lebih tepatnya ke tempat Nenek yang ada di desa kecil di Provinsi X sebagai hadiah karena sang adik mendapat nilai yang memuaskan. Sementara Rise hanya terjebak bersama mereka.

"Kalau punya banyak waktu untuk melamun dan bicara sendiri, harusnya gunakan untuk belajar agar otakmu itu terisi. Lihat adikmu. Dia menjadi peringkat teratas lagi di angkatannya." Ayahnya yang sedang menyetir kembali bersuara.

Rise diam saja, menganggap itu hanya gemuruh penghantar hujan. Ini sudah kesepuluh kalinya ia mendengar perkataan serupa. Rasa sakit yang harusnya menancap dari kalimat mengerikan itu tidak lagi terasa.

"Jangan hanya diam, kamu denger kan apa yang Ayah bilang?" hardik sang ayah kala Rise membisu dan tetap sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Rise!" Ibunya ikut menegur, seraya menjangkau untuk menepuk-nepuk lutut Rise dari bangku depan.

Mau tidak mau gadis 14 tahun itu menegakkan tubuh dan bergumam sekali, sekadar mengisyaratkan ia mendengar semuanya.

Mobil memasuki rest area. Dua jam mereka di perjalanan, tapi belum setengahnya menuju tujuan. Sejauh itulah mereka berlibur demi keinginan sang adik yang sangat suka ke tempat Nenek.

Rise memilih tetap di dalam mobil sembari menunggu orang tua serta adik satu-satunya ke luar untuk merenggangkan tubuh.

Jemarinya mengetuk-ngetuk kaca jendela sembari menunggu. "Lima menit lagi." Ia berkata, lantas mengambil tas ranselnya dan mencari sesuatu di dalam.

"Ayo, kita lanjut sebelum terlalu sore!" ucap sang ayah seraya membuka pintu mobil dan masuk, diikuti ibu dan adiknya.

Rise segera menutup ranselnya setelah memastikan sesuatu yang ia inginkan sudah tergenggam di tangan, lalu menyembunyikannya.

"Dua bulan lalu aku menang lomba nyanyi, tapi kenapa tidak dapat hadiah?" tanya Rise dengan nada datar seolah sedang membaca skenario.

"Lomba nyanyi? Kamu bangga? Mau jadi penyanyi? Memangnya bisa? Kalau mau melakukan sesuatu, lalukan hal yang berguna untuk masa depanmu. Yang jelas dan pasti-pasti," kata Ibunya dengan nada meremehkan.

"Sudah sepuluh kali mendengarnya, tapi yang ini tetap menyakitkan," celetuk Rise santai. Ia tidak peduli pada tatapan heran adiknya.

"Ngomong apa, sih?"

Rise tidak menjawab. Ia menggenggam erat benda di tangan kanan yang ditutupi jaket hitam.

"Kalau mati bareng, harusnya aku ga perlu denger untuk yang kesebelas kalinya, kan?!" kata Rise entah pada siapa.

Belum sempat sang ibu mempertanyakan perkataan anehnya, Rise sudah menancapkan ujung gunting ke leher ayahnya, membuat pria 50 tahun itu refleks membanting setir ke kiri.

Jerit histeris langsung terdengar tapi sebentar sebelum tertimpa suara dentuman keras yang timbul akibat mobil mereka yang menabrak truk dari arah berlawanan.

Dapatkah kau bersantai setelah membunuh seseorang?

"Sial!" gumam Rise. Kepalanya menyandar lemah ke jendela mobil, mengamati jalanan basah melalui sudut mata.

Apa?" tanya adiknya.

Rise menegakkan kepala dan menoleh ke bayangan yang ada di jendela kaca. Alih-alih melihat wajahnya, di sana malah ada sosok pria bermata hijau zambrud yang menyala.

Mati bersama setelah membunuh seseorang tetap tidak akan mengakhiri kutukannya.

Suara lelaki itu seperti bergema di kepala Rise dan hanya selalu dia yang dapat mendengarnya.

Rise menelan ludah. Ini salahnya yang menerima bantuan makhluk itu sampai-sampai malaikat maut pun tidak dapat mengambil nyawa mereka dan membawanya ke akhirat.

"Selamat liburan bersama keluarga, Rise," ucap suara lain yang menimpa bayangan lelaki bermata hijau.

Rise tersenyum pahit dan bergumam lesu, "Andai aku tidak melakukan ritual itu. Mungkin masuk penjara terdengar lebih menyenangkan."

***Hᴀʀɪ ᴋᴇᴅᴜᴀ***

Sᴇʀᴇɴᴀᴅᴇ2 Fᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sᴇʀᴇɴᴀᴅᴇ
2 Fᴇʙʀᴜᴀʀɪ 2024

OrchestraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang