tentang impian leo yang menyulut api semangat

147 17 12
                                    

Mari kita mundur ke beberapa saat sebelum dawn ngereog di depan makam irisha. Setelah selesai berunding dengan teman temannya, dawn melihat mobil ocean yang keluar dari jalur menuju rumah mereka. Dengan rasa suudzon yang tinggi, dawn mengekori mobil ocean yang dawn ketahui tidak disopiri pak bambang karena beliau sedang mengantar seja ke bandung.

"ini si papa jangan jangan ada simpenan lain nih" - sungut dawn sembari terus mengikuti mobil ocean yang melaju stabil

"hah? Ke makam? Yaudah deh ya balik lagi ke rumah, tapi kan gak punya keluarga yang di makamin di pemakaman umum gini? Apa emaknya si jaden ya dikuburin disini?"

Dawn pun mengikuti langkah panjang sang ayah yang sudah menenteng buket lily besar yang bahkan lebih besar dari amalan ocean.

"bujubuset beneran makam emaknya si jade. Duh tante gaya hedon semasa hidup, ujung ujungnya di TPU jeruk peres. Eh dawn jangan julit gitu pamali"




Awalnya dawn masih anteng anteng saja bermonolog, sampai dua jam lamanya sang ayah tak beranjak, dawn pun mendekat, mengintip dari balik pohon rindang yang berada persis dibelakang punggung ocean.

"oalahh gendeng banget bapakku"- misuh dawn dalam hati

sinting!"

Ocean Segera menoleh, dan didapatinya dawn sedang memandang nyalang padanya.

"papa mau ninggalin semua beban yang papa punya ke buna? Terus mati sia sia? Tobat pa!" - bahkan dawn sudah tak memperdulikan percikan air ludahnya yang mungkin saja mengenai wajah paripurna ocean.

"Heh tante! Udah mati aja masih nyusahin! Kalo meninggal ya meninggal aja! Gak usah bikin ribet orang yang masih hidup!"- maki dawn, serius. Ini nggak sopan, terlebih di kuburan, namun persetan, ia hanya butuh pelampiasan dan mungkin inilah saatnya.

"jaga mulut kamu ya kak!"

"APA?! TOH DIA GABAKALAN SAKIT HATI"

"yang paling sakit disini itu buna! Papa egois banget sampe dia udah meninggal pun cinta papa cuman buat dia! Salah buna apa pa? "

"salah buna hanya satu, yaitu memilih papa sebagai suaminya"

"yaudah, cerein aja buna, biar dawn yang milih suami buat buna mulai sekarang! "

"lancang ya kamu kak, diajarim begini kamu sama buna? "

"buna nggak pernah ngajarin kayak gini! Buna ngajarin semua kebaikan, tapi buna gapernah ngajarin gimana kalau suatu saat aku tahu kebusukan papa yang udah buna sembunyiin dari aku rapat rapat! karena buna selalu menjunjung nilai papa! Nak, papa baik, papa sayang dama kalian, papa kerja demi kalian, halah bullshit! Papa malah lagi enak enakan sama keluarga baru papa! Gak ada celah bagi aku dan leo untuk membenci papa! Sampai saat dimana papa buka kebusukan papa sendiri dengan membawa jade dan jee"

"hati aku hancur liat buna sekarang pa! Papa kira aku seneng seneng aja punya adek baru? Papa kira buna oke oke aja harus ngakuin dua anak selingkuhan suaminya? Se luas apa hati buna pa? Se luas luasnya hati manusia biasa! Buna juga bisa terluka" - tubuh dawn merosot, bersentuhan dengan tanah, lengan nya berusaha untuk tidak melayangkan tinjuan pada ayahnya sendiri

"beberapa hari ini aku berusaha untuk maafin papa, soal menerima jade dan jee aku sudah bisa! Tapi denger papa ngomong gitu di depan tante irisha, mendengar se putus asa itu papa hidup. Aku malah makin benci sama papa!"

"kamu benci ayah kandung kamu sendiri heh?!"

"aku benci papa bukan sebagai papa aku, tapi sebagai manusia, sebagai suami dari buna, dan ayah dari adik adik aku. Persetan dengan kasih sayang yang aku dapat dari papa! Aku gak butuh! Kalo ternyata papa kandungku sendiri se hina itu!"

"papa gagal jadi manusia!"- bentak dawn sebelum pergi meninggalkan area pemakaman dan memutuskan untuk pulang.





Di depan rumah, sudah ada leo yang menunggunya di teras, karena mungkin rumah sedang sepi, hanya ada jade dan jee, leo memilih menunggu orang rumah pulang.

"kakak baru pulang, kemana aja?"- tanya remaja tanggung itu

"kerja dong. Biar bisa umroh sama leo"- dawn tersenyum sembari memeluk leo erat

"emang boleh ya kak aku umroh, tapi hati aku masih belum lapang"

"heh? Kenapa nih anak kecil begayaan lapang dada segala"- dawn mencubit pipu sang adik pelan

"aku belum bisa maafin papa, melihat sebelum ada kak jade dan jee aja papa gak sayang sama aku, apalagi udah ada mereka di rumah ini, aku makin jauh sama papa. Itu sifat iri dengki kan kak? Artinya hati aku belum lapang? Kata temen aku, kalo kita masih gak bersih hatinya gabakalan bisa lihat ka'bah" - leo tanpa sadar menitikan air mata

"eh cup cup cup. Kok jadi nangis sih? Ingat kata buna dan kakak ya? Harus ikhlas, harus mengikuti alur seperti air yang mengalir ya? Kalau ada sifat kakak yang masih belum lapang, jangan ditiru ya? Kamu harus lebih lapang dari kakak, lebih ikhlas hatinya, lebih murah maafnya ya?" - adiknya yang kecil ini ternyata menyimpan luka yang begitu dalam. Dawn tak kuasa menahan air matanya, mereka menangis bersama di teras rumah, ditemani senja yang mulai menyapa.

"anak anak buna kok nangis disini sih?" -

"ini nih bun, kakak kerja keras banget buat bisa umroh sama adek, kan adek gakminta uang dari kakak"

"ya kan adek tanggung jawab kakak! Waktu adek bilang mau umroh bareng, kakak seneng banget tahu! Makin semangat cari uangnya"

"anak anak buna, sini sini buna peluk" - kini mereka berpelukan bertiga, bambang yang melihat hal haru itu pun hanya tersenyum. Seburuk buruknya ocean, tuhan masih memberinya anugerah berupa putra yang baik dan tidak neko neko seperti bapaknya.

Sementara itu, dibalik pintu yang terbuka, ada jade dan jee yang menyaksikan semuanya dari awal, dari suara mobil dawn menyapa pekarangan rumah.

"aku malu kak"- jeedan bersembunyi dibalik pelukan kakaknya

"kenapa mama sejahat itu ya"

"udah udah, ikhlas ya, tugas kita sekarang hanya membahagiakan buna seja, dan mendoakan mama semampu yang kita bisa"










Paginya, dawn sarapan tanpa bertegur sapa dengan ocean, seja yang tidak menerima informasi apapun, baik dari ocean ataupun dawn hanya mengernyit bingung, ada konflik apalagi diantara dua laki laki ini?

"kakak gak kerja hari ini?"

"kerja bun, agak siangan"- balas dawn seadanya

"pulangnya buna nitip manggis ya? Udah musim manggis diliat liat"

"siap. Berapa kilo bun? Se truk? Abis dong gaji kakak bulan ini"

"ya nggak se truk juga, gaktau nih, jee sama jade suka manggis nggak? Biasanya buna beli seperlunya aja nih"

"suka kok bun. Jee sering dibawain dulu sama aku"- ocean yang menjawab, seketika warna hangat di meja makan pun sirna, wajah dawn dan leo memuram, begitupun seja.

Pernahkah ocean menbawa sesuatu untuk anak anaknya? Biar seja ingat, namun sepertinya tidak pernah, dawn meminta drum pun berakhir dibelikan oleh samudra, ayah ocean sebagai kado ulang tahun dawn yang ke 17. Padahal dawn meminta drum sejak smp pada ocean.

Apalagi bungsunya, leo.. Ia tidak pernah memiliki barang yang dibelikan oleh sang ayah, bahkan di hari ulang tahunnya. Leo pun sangsi, apa ayahnya mengingat tanggal lahirnya?

"beli dua kali lipat aja ya kak? "

"o-oh oke bun"






Aki aki pilih kasih, minimal kalo punya bini dua, yang adil kek - misuh dawn



COMPLICATED | OH SEHUN : SEJEONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang