ketakutan dawn

89 16 0
                                    



"nak, mau ya bertemu anak teman buna?"- seja menyugar rambut sang anak yang sedang terbaring  di pangkuannya

"boleh bun, perbanyak relasi"

"tapi lebih dari relasi bisa kali"- seja mencubit hidung anaknya dengan gemas

"ya itumah terserah nanti aja bun, yang penting kan kakak kenal dulu"

"yaudah. Besok kita jadwalin ketemuan ya. Mau kamu sendiri apa sama buna?"

"sama buna aja deh, nanti biar buna yg ngenalin kita, kakak nggak tahu mau ngobrol apa" - dawn menjawab seadanya.

"oke deh! Dandan yang ganteng ya nanti. Duh buna gasabar"

"kok jadi buna yang gasabar? Kan kakak yang mau kenalan, gimana sih?!"

"gasabar aja, mau nentuin konsep nikahan kalian gimana"

"bun, baru mau kenalan lho, kakak udah peringatin dari sekarang, belum tenti kakak sregg sama calon yang buna bawa"

"iya iya"

"papa juga mau kenalin kamu sama anak temen papa kak"- Ocean nimbrung

"Lho? Mas ikut ikut aja!"

"iyanih si mas gimana sih"- ejek dawn sembari memeletkan lidahnya pada sang ayah.

"kan nambah relasi kak!"- ocean menendang pelan kaki dawn yang menjuntai

"mas! Anaknya jangan ditendang tendang gitu ah"- seja memberengut tak suka

"belain aja terus tuh anakmu"- ocean keki

"eh serius kak! Namanya yura, cakep dehh, kakak pasti suka. Kita ketemu besok ya?"

"kan buna duluan yang udah bikin janji! Papa besok besok aja"- omel seja

"kenapa nggak barengan aja? Biar menyala anak kita. Lelaki itu dilihat dari wibawanya bun, wii bawa cewek dua. Misal"- papa ocean tau banget sama trend anak sekarang? Ingatkan buna seja untuk menyita handphone ocean ya

"itu bukan hal yang bisa dibanggakan btw"- dawn berucap ketus, ocean salah memilih topik

"yang kakak takutkan, dari waktu kakak masih bersama ghea adalah kepercayaan orang orang mengenai kakak pa, papa nggak pernah tahu gimana keluarga besar ghea menentang hubungan kami dulu karena takut ghea diselingkuhi sampai dimadu, setelah kabar papa memiliki dua istri berhembus. "

"nak, enough ya? Maafkan kami"- sejati berusaha menghentikan topik sensitif ini

"waktu itu bahkan sampai sekarang, aku ragu sama diri aku sendiri, aku takut seperti papa, aku takut menyakiti hati pasanganku, apa aku sebaiknya sendiri saja? Lima tahun setelah pengkhianatan itu berlalu, kakak masih betah dalam kubangan keraguan yang kakak buat. Kakak takut memulai"- ada getar yang tak bisa dawn sembunyikan saat menceritakan Hal yang selama ini ia pendam.

"Kakak memaafkan papa sebagai papa kakak dan adik adik kakak, tapi kakak nggak bisa maafin papa sebagai suami dari ibu kakak, terlalu sakit melihat buna menahan semuanya sendirian, padahal luka yang kakak tahu hanya sebagian kecil,  Buna selalu menutupi borok yang papa timbulkan dari anak anaknya. "

"Kakak, maafkan kami ya nak"- seja tergugu, dipeluk dan di ciumnya si sulung, kenapa begitu berat tempaan yang datang pada fajar kesayangannya? Mengapa sesakit ini?

Ocean hanya diam membisu, menatap putra sulung dan istri pertamanya saling memeluk. Terlalu malu untuk menjawab semua perkataan sang anak.

"maaf karena kakak sensitif hari ini, sampai mengungkit hal hal yang gaperlu. Maaf udah rusak suasana, padahal kita udah lama nggak ketemu. Kakak pamit ke kamar ya bun? Kakak nginep disini" - dawn beranjak menjauh dari kedua orangtuanya. Hatinya terlalu sakit, menyesali semua perkataan yang keluar dari mulutnya.

"bodoh! Ngapain ngungkapin semuanya? Biasanya juga lo pendem sendiri! Rusak suasana aja bisanya!"-dawn hanya mampu memaki dirinya sendiri, berusaha membuka pintu kamarnya yang entah kenapa terasa sulit.

"kakak? Kalau kakak pendam semuanya sendirian, untuk apa ada keluarga?"- jeedan mengusap bahu tegap kakaknya dari belakang.

Dawn terpaku, memundurkan tubuhnya dan hanya terdiam. Sedangkan jeedan yang melihat itu segera membukakan pintu kamar sang kakak dengan mudahnya.

"maaf ya kak? Sudah menanggung semuanya sendirian, ada jeedan kok, kalau kalau kakak butuh tempat untuk mengeluarkan semua beban di hati kakak"

Dawn termangu, dipeluknya adik yang baru ia kenal beberapa tahun ini. Adik adiknya jadi ikut tersiksa karena masalah yang ia tumpahkan, seharusnya ia tetap menelan semuanya sendirian kan?

"nggak, kakak yang minta maaf, nggak seharusnya kalian terkena dampak-

"kakak, mulai hari ini jangan pendam semuanya sendirian, ada aku, ada buna, dan ada yang lain"- jeedan memeluk sang kakak erat



Jeedan tak pernah tahu, di balik sosok kakaknya yang selalu santai dan tanpa beban, memiliki beban yang dipendam sebegitu besarnya, ia terlalu menganggap bahwa memang kakaknya terlanjur mengikhlaskan semua masalah, ia tak pernah bertanya apakah selama ini kakaknya baik baik saja.

Ia terlalu mengandalkan sifat bijak sang kakak, tanpa tahu bahwa selama ini si sulung memendam dan menderita sendirian.

Ujung ujungnya kata maaf tidak pernah terucap dari lisan seorang ocean atmaja, baik untuk sang istri, ataupun anak anaknya yang menderita karena ulahnya di masalalu

COMPLICATED | OH SEHUN : SEJEONG Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang