01

11 1 2
                                    

Semua siswa-siswi panik setengah mati.

Terikan histeris dan ketakutan meraung-raung di kelas 11 A.

Beberapa di antaranya dengan cepat berlari keluar, menghindar sejauh mungkin dari deorang gadis yang tengah teriak di bangku paling belakang.

Namanya Karina. Siswi yang terkenal paling kalem serta tak banyak tingkah kini sedang teriak dan sepertinya ia sedang marah karena sorot matanya sangat tajam. Ia memukul-mukul meja dengan sangat kuat. Hingga cairan cat berhamburan di atas mejanya.

"Pergi... Pergi..." teriaknya pada semua orang.

"Aku akan mencarimu...! Aku akan membunuhmu...!" teriaknya lebih histeris.

Ia berdiri lalu menendang semua kursi maupun meja yang ada di sana. Karena sedang dalam kegiatan melukis sebelumnya. Lantas semua cat telah berhamburan mengotori semua lantai dan meja serta seragam Karina maupun wajahnya yang terkena percikan cat.

Di antara belasan siswa-siswi lainya yang tengah panik, tak ada satupun yang berani mendekati Karina.

Mereka semua takut. Di mana semua guru juga tengah menghadiri rapat, tak ada yang membantu.

Langit tengah mendung dan iringan suara petir menggelegar, menambah mencekamnya suasana kala itu.

Untunglah tak lama seorang siswa bername tag Aran datang setelah barusan dari kantin, ia memberanikan diri mendekati Luna yang masih saja melempar satu persatu tas milik teman kelasnya.

Siswa bertubuh tinggi itu memegang tangan Karina membuat jin itu tidak suka.

"AAAKHH! LEPASIN! AKU NGAK MAU DI PEGANG!!!" ia berontak sambil menatap tajam padanya.

"Bantu gue woy! Jangan liatin aja yang bisa,
sini bantu gua cepet pengen tangan sebelahnya!" Beberapa siswa cepat bergerak membantu Aran.

Di tahan oleh beberapa siswa membuat Karina semakin berontak lebih hebat, ia berusaha melepaskan diri tapi tak bisa.

"LEPASIN!! JANGAN PEGANG AKU!"

Karina masih berontak dan kali ini ia sengaja menjatuhkan dirinya ke lantai.

"LEPASINNNNNN! KALAU NGGAK,  BAKAL AKU GIGIT KALIAN SEMUA! LEPASINNNNNN...!!!"

"AKU BAKAL ANCURIN MEJA INIIII! AKU TENDANG KURSI INI, JANGAN MEMEGANGKUU!!! JANGAN MELAWANKU!!"

"AKAN KU BUNUH KALIAN!"

"AKU AKAN MENEMUKANNYA!"

"AKU AKAN MEMBUNUHNYAAAAA........!" teriaknya untuk kesekian kali.

Kali itu...

Sebuah dendam tidaklah datang dengan begitu saja. Melainkan Ia datang dengan membawa sebab, dan juga akibat.


🕰️🕰️🕰️


Di bawah lapangan sekolah, sepasang mata elang seorang siswa berpakaian basket menegadah ke atas gedung lantai 3, dimana kerumunan siswa-siswi terlihat berkumpul & berdesakan di atas sana.

"Apaan tuh? Kok rame?" kata Bayu dengan mata yang menyipit. Ia bingung apa yang sebenarnya tengah terjadi?

"Apanya?" tanya Dendi.

"Itu, lantai 3. Pada ngapain rame-rame,"

Dendi jadi ikut menajamkan matanya ke arah yang dimaksud.

Namun setelahnya Dendi berjalan santai saja mengetahui di mana kerumunan itu berada.  Bayu yang tertinggal di belakang menyusul. "Lo... nggak kepo, hah?"

"Kelas Karina, kan? Palingan lagi isengin tuh bocah!" sambung Dendi tak merasa heran.

"Nggak serame itu juga kan," sahut Bayu tak terima.

Yang mungkin benar saja kemudian membawa Dendi menebak sesuatu. "Emm.. Coba gue tebak. Pertama, siapa tau karina lagi nangis makanya rame banget! Kan tau sendiri selama ini dia nggak pernah nangis di becandain segimanapun juga." lanjutnya...

"Kedua... mungkin dia lagi nunjukin amarahnya kali? Dia kan nggak pernah nunjukin amarahnya selama ini, ya nggak? Makanya heboh tuu," tebakan asal-asalan Dendi membuat temannya berpikir kembali.

"Ok, " sambung Bayu mendapat satu ide cermelang. "Kali ini gue kasih tantangan. Kalo aja satu pemikiran lo tadi bener, gue traktir lo makan bakso. Tapi..." liriknya pada Dendi dengan mata liciknya, "Kalo seandainya pemikiran lo tadi salah semua. LO YANG HARUS TRAKTIR GUE!" "Gimana? Deal nggak?"

"Ya nggak lah, Kalo pimikiran gue yang salah semua, gue yang rugi, enak aja," sosor Dendi tak setuju.

"Ck, kalo yang lo bener, gue yang nanggung ruginya... Kapan lagi coba? mau traktir lo gratisan begini,"

"Males. Di traktir cuma bakso, palingan isi baksonya 3 biji doang," Tertawa Dendi kemudian menghina traktiran bayu. Yah.. Bisa di bilang Bayu terkenal dengan kepelitannya.

Seseorang yang dari tadi hanya diam saja tiba-tiba berdehem, ikut bersuara, "Seandainya pemikiran yang lo sebutin tadi bener. Gue traktir kalian berdua makan pizza. Tapi kalo salah, lo berdua jangan godain Karina lagi. Gimana, Deal?" tawarnya dengan senyum smirk yang tercetak tipis.

Tawaran dari temannya barusan tadi membuat Dendi dan Bayu kali ini berpikir dua kali lebih lama dengan dahi berkerut, menimbang keras.

Mereka menuju sebuah tangga untuk pergi ke lantai atas, mungkin mereka juga penasaran, namun masih berjalan santai sebelum...

Samar-samar mereka mendengar bisikan 2 siswi menuruni tangga dengan tergesa. "Ih serem Luna, ngamuknya gitu banget."

"Tapi kasian, badannya pasti pegel di rasukin begitu."

Mendengar itu membuat sosok yang lebih tinggi di banding 2 temannya menghentikan langkah.

Detik selanjutnya ia berlari meninggalkan Bayu maupun Dendi.

AngganaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang