03

4 1 0
                                    

Dendi dan Bayu yang melihat telujuk itu mengarah pada Angga membuat kedua temanya memperlihatkan raut khawatir

Namun Pias Angga tak berubah sejak tadi, mukanya tetap tenang tanpa ekspresi.

"Aku mau pulang, tapi di gendong sama yang itu,"

Tak lama suara ribut menghiasi ruangan, ada yang bersiul menggoda, ada yang terheran-heran, ada yang berbisik pelan pada yang lainnya.

Suasana mencekam kini berubah menjadi mengherankan.

Tanpa di sadari salah seorang siswi di sudut kerumunan kelas meremas kuat ujung rok yang tengah ia kenakan.

"Maju ngga, minta di gendong!" todong entah siapa itu di belakang Angga sambil mendorong punggung Angga untuk bergerak maju.

Tapi Angga seakan menahan kakinya untuk tak bergerak lebih banyak. Ia menahannya.

"Minta gendong, mau nggak Lo?! Kesempatan sekali seumur hidup," sela bayu lagi.

"Jarang-jarang nih, Kalo gue sih mau-mau aja walau tuh cewek lagi kesurupan sekalipun, tapi sayang gue lagi kurang beruntung"

"Telinga gue di gigit nanti gimana? Lo pada mau tanggung jawab?" kata Angga setengah bercanda.

"Dia takut di gigit kamu. Pulang sendiri, bisa kan," Aran berbicara kembali.

"Aku nggak gigit! Setan-setan gini aku baik tau!" Kata gadis itu dengan nada polosnya.

Apa setan ini sengaja amnesia bahwa tadi ia baru saja menggigit 3 lengan kekar yang menahannya?

"Ayo sini bawa aku ke rumah," tangan gadis itu bergerak seakan menggapai Angga dari kejauhan, meminta Angga mendekat, tapi kaki Angga tak bergerak selangkahpun.

"Dia takut sama kamu, tadi kamu galak banget," Aran memberitahunya.

"Itukan tadiii... sekarang udah nggak lagi kok."

"Emang kenapa masuk ke raganya Karina?" tanya Aran secara serius.

Mendengar itu, raut wajah Karina pun juga berubah datar dan penuh guratan kebencian, katanya, "karena sebuah dendam, harus di tuntaskan sampai ke akar-akarnya."

"Udah, ah. Cepet kamu! Antar aku pulang."

Seseorang di belakang Angga berkata, "udah sana, Ngga. Biar cepet kelar, kasian tuh Karina pasti capek dirasuki sejak tadi,"

Berkalut dalam pikirannya sejenak.

5 detik kemudian Angga memutuskan untuk melangkah maju ke depan membuat senyum Karina terkembang dengan sempurna.

Angga menghampiri meja Karina tempati setelah pijakan kakinya terhenti di samping meja, ia menatap Karina dengan wajah tampa pias.

"Setelah ini pergi menjauh dari tubuhnya," kata Angga datar dengan suara pelan seperti bergumam tak jelas, namun... jelas di kuping karina.

Karina mengangkat jari kelingkingnya "Janji?" menunggu tautan jari kelingkingnya di balas oleh Angga.

Angga menatap jari kelingking itu pada akhirnya Angga mengartikan bahwa Karina bermaksud, jika Angga mau berjanji mengantarkannya sampai ke pohon depan, maka jin ini juga akan berjanji pada Angga untuk lepas dari tubuh Karina setelahnya.

Atau selamanya?

Maka dari itu, Angga pun membalas tautan jari kelingking yang sedang menanti. Yang berarti setuju.

Karina semakin tersenyum lebar melihat tautan kelingking di antara keduanya.

Ia tak melepas jari kelingkingnya hingga keluar dari meja, "Pinter yah kamu. Tau aja maksud aku, " ucapnya dengan masih tersenyum.

AngganaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang