Lapangan sekolah cukup luas, dan letak pohon angker itu juga masih cukup jauh. Lalu Angga harus menghela nafas lagi mendengar ribuan celoteh dari Jin menjengkelkan ini yang tak mau berhenti bicara sedari tadi.
"Aku denger suara detak jantung," katanya di mana telapak tanganya di atas dada Angga. "Itu detak jantung kamu, kan." kata Luna tersenyum. Masih di gendongan Angga.
Ia kembali melanjutkan, "Nih aku juga!" Antusiasnya. "Biasakan dengernya atau rasain detak jantung aku?"
"Dug---dug---dung gitu, kan?!" ucap Karina yang kemudian tertawa.
"Emang kamu punya jantung?"
Kalimat itu... membuat senyuman Karina perlahan pudar, "Heh?"
"Nggak punya jantung juga, emang lo masih idup?"
Di belakang sana, Karina cemberut mungkin jugq sedih mendengarnya. "Pertanyaan kamu jahat tau nggak sih."
"Seandainyaa... aku memang punya jantung, udah pasti jantung aku memang bakal detak sekencang ini."
"Tapi... sayangnya aku udah nggak punya jantung lagi," katanya di iringi raut sedih yang kentara.
Lalu ia melanjutkan, "Tapi aku tau, jantung anak ini pasti juga akan berdetak kencang saat dekat kamu karena dia suka sama kamu."
Kaki Angga berhenti melangkah mendengar yang di ucapkan jin yang merasuki tubuh Karina
Mendengar hal itu entah apa yang sedang di pikirkan Angga, namun yang pasti Angga mendengarnya dengan senang sekaligus sedih di waktu yang bersamaan.
"Kamu berhenti terus sejak tadi, emang aku salah ngomong apa?"
Tanpa menjawabnya Angga meneruskan perjalanannya.
Tak ada yang salah dengan yang di katakan gadis itu. Cuma... kalimatnya selalu mengejutkan buat Angga.
Beberapa langkah lagi---Angga akan sampai di mana letak pohon itu berada.
Pohonnya memang terlihat seram dan sejuk di saat yang bersamaan.
Dan Angga tak menyadari bahwa pohon yang terlihat angker yang selalu tim anak basketnya andalkan ini ternyata punya penunggu yang sebenarnya tak seram-seram amat.
Angga menurunkan Karina di sana, "saatnya lo pergi dari tubuh Karina sekarang," pintanya.
"Emm, tunggu 5 menit lagi gimana?"
"Janji. Tetap. Janji, Lo lupa?" geram Angga.
"Mau ucapin terima kasih emang nggak boleh," Karina cemberut namun sedetik kemudian tersenyum simpul. "Makasih yah. Kamu... pasti capek kan? hari ini? Dan... Maaf yah, udah nambah beban kamu sedikit. Eee..."
"Eee apa? Buruan 5 menit nggak banyak."
"Een itu sampein maaf aku juga sama pemilik tubuh ini, maaf udah bikin tubuh dia pegal-pegal, sakit-sakit. Ee ini kukunya patah satu," ucapnya nyengir sambil menunjukkan kuku bening Luna yang panjang telah patah entah karena apa.
"Apa lagi?"
"Trusss... selamat tinggal Aaa... Angga. Nanti boleh yah, ketemu lagi."
"Gue bilang nggak."
"Ok, ok. Becanda juga."
Gadis itu tertawa kecil, "Pipi kamu merah. Marah yah? Ya udah ah, aku pergi, dahh..."
Tak lama... senyum gadis itu perlahan pudar seiring matanya yang perlahan ikut terpejam.
Tubuhnya seakan lemas seketika namun dengan sigap Angga menahannya.
"Lo nggak boleh kayak gini lagi, Na."
"Jangan bikin aku takut,"
🕰️🕰️🕰️
2 hari telah berlalu, Aran melihat Karina yang juga memasuki bis yang sama dengannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/361951085-288-k172983.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Angganara
Teen FictionKarina tiba-tiba saja kerasukan di sekolahnya, juga berlaku aneh, yang duluanya pendiam tiba-tiba menjadi gadis yang sangat cerewet. Namun... Ada satu hal yang tak banyak orang tahu. Bahwa... sebuah dendam, tidaklah datang dengan begitu saja.