Tidak semua hal berjalan seperti yang diinginkan. Terkadang hal yang menyakitkan berakhir dengan kebahagiaan. Begitu juga sebaliknya. Namun, bukankah sebagai manusia tugas kita hanya berusaha?
Malam telah tiba. Arion tengah menikmati camilan sembari belajar bersama Rei. Arion pintar dalam matematika bisa mengajari Rei yang lemah terhadap mata pelajaran tersebut. Begitu juga Rei yang sangat pinter dalam bahasa Inggris mengajari Arion mata pelajaran karena Arion sulit di pelajaran itu. Sementara Alyza berada di kamarnya sedang mengerjakan tugas.
Beberapa waktu berlalu, akhirnya ia selesai mengerjakan tugas. Alyza merenggangkan otot-ototnya yang kaku sembari melihat jam di dinding kamarnya. "Hah? Jam sembilan lebih? Lama banget ternyata nyelesain tugas."
Alyza mengambil handphone di atas nakas. Keluar kamar untuk melihat Arion. Rupanya di ruang tamu telah kosong dan Rei sepertinya sudah pulang. Lalu di mana adik laki-lakinya itu?
"Ri! Rion! Kamu di mana? Arion?" panggil Alyza berjalan menuju kamar Arion. Namun, sosok anak kecil itu tidak ada di sana.
Alyza kemudian membuka handphone-nya. Mengirim pesan kepada Arion. Sayang sekali Arion centang satu yang berarti data seluler di ponsel Arion dimatikan. Alyza menghela napas kasar, mencari Arion ke seluruh penjuru rumah.
Kala Alyza keluar rumah, ia melihat Arion hendak masuk ke dalam mobil yang entah milik siapa. Alyza bergegas menghampiri ke sana dengan jantung berdetak kencang. Alyza mulai berpikir yang tidak-tidak. Semoga ketakutannya itu memang hanya perasaannya saja.
"Arion!" Alyza menjulurkan tangannya untuk menghalang pintu mobil bagian penumpang tertutup.
"Kak Aly?" Arion kembali membuka pintu mobil dengan lebar.
"Heh, kamu ngapain masuk mobil orang? Nanti dicari sama ma-" Ucapan Alyza terhenti melihat seseorang di balik kemudi yang menengok ke arahnya.
"Kamu kalau mau ikut ayo. Mama nggak ada waktu buat menjelaskan," kata Sylvia.
Alyza tertegun. Bertanya-tanya dalam hati sejak kapan sang mama bisa menyetir mobil. Namun, sekarang bukan waktu yang pas untuk menanyakan hal itu. Maka, Alyza berucap, "Tunggu sebentar, Ma. Aly tutup pintu rumah dulu."
Usai Alyza menutup pintu rumah dan menguncinya, ia masuk ke dalam mobil. Kunci rumah sengaja Alyza tinggal dan taruh di bawah keset agar Aksya atau Dean bisa membukanya saat pulang nanti. Alyza memandang heran sang mama yang sekarang mulai melakukan mobilnya.
Perasaan Alyza jadi tidak enak. Entahlah, sulit dideskripsikan. Rasanya seperti ada sesuatu yang mengganjal di hati, lidah pun terasa pahit.
Alyza menengok ke Arion yang diam menatap kursi yang diduduki Sylvia. Ia usap puncak kepala Arion. Membuat sang adik beralih pandang kepadanya.
"Selesai jam berapa tadi belajarnya bareng Rei?" tanya Alyza memecah keheningan di dalam mobil.
"Jam delapan lebih kayaknya. Habis itu mama pulang," jawab Arion usai menguap lebar yang ditutupi dengan telapak tangan Alyza.
Alyza mengangguk. Lalu menepuk pahanya. "Tidur aja kalau ngantuk."
"Arion boleh tidur, Ma?" Arion bertanya.
"Tidur aja. Kita ke rumah nenek dari mama. Besok kamu nggak usah masuk sekolah, mama izinkan ke gurumu." Sylvia menjawab sambil sesekali melihat ke kaca spion tengah yang menunjukkan wajah Arion.
Alyza mengerutkan keningnya. "Aly, Ma?"
"Kamu masuk kuliah aja," jawab Sylvia dengan nada datar.
Seperti ada yang terluka dalam diri Alyza. Namun, Alyza tidak mau menggubris perasaan itu. Ia hanya diam saja dan mengelus rambut Arion yang kepalanya sudah berada di atas paha Alyza sebagai bantalan.
Jalanan yang tidak seramai jam-jam sebelumnya membuat perjalanan ke rumah nenek bisa lebih cepat sampai. Tidak membutuhkan lebih dari 30 menit, mereka telah ke tujuan. Arion dibangunkan karena baik Sylvia ataupun Alyza tidak bisa mengangkat tubuh Arion.
Begitu masuk ke dalam rumah orang tua Sylvia, Arion menuju ke kamar yang selalu ditempatinya untuk tidur yaitu di kamar sepupu laki-laki. Adik Sylvia bersama suami dan kedua anak laki-lakinya memang tinggal serumah dengan orang tua, jadi rumah tersebut tidak mesti sepi.
Alyza tentu langsung salim cium tangan dan memeluk sang nenek. Kakeknya tidak bisa Alyza peluk karena sudah tidur. "Tidurlah bersama kakekmu. Nanti nenek nyusul, mau bicara sebentar dengan mamamu, ya."
Alyza mengangguk setelah melepas pelukannya dengan nenek. Ia sempat melihat ke Sylvia. Wajah mamanya terlihat sangat lelah dan sedikit bengkak. Sebenarnya Alyza ingin bicara berdua juga dengan Sylvia. Namun, keadaan sedang tidak mendukung, jadi ia pendam saja.
Alyza baru sadar mobil yang dikendarai Sylvia milik suami adik Sylvia. Tidak mau bertanya-tanya dalam benak, Alyza bergegas tidur. Sayang sekali ia selalu mendapat gangguan. Aksya mengirim pesan berkali-kali dan bahkan menelepon Alyza, tetapi tidak diangkat oleh sang empu karena Alyza mengubah handphone-nya jadi mode senyap.
Abang Aksya
Aku, Rion sama mama ke rumah | nenek
Kayaknya besok pulang
Nggak tau kenapa mama tiba-tiba datang jemput Arion tadi
Terus ya aku ikut aja| Kenapa lagi astaga
Abang nggak boleh ikut apa?Nggak tau |
Tanya aja sama mama
Eh iya papa udah pulang?| Hape mama nggak aktif
Papa belum pulang
Nggak tau ke mana nggak bisa dihubungiAlyza merenungkan setiap kata dari pesan terakhir Aksya. Ia tahu kalau keadaan keluarganya sedang sangat tidak baik-baik saja. Tapi, kenapa tidak ada yang bilang kalau hendak melakukan ini itu tanpa sepengetahuannya, Arion dan Aksya.
Alyza tidak mengerti mengapa kedua orang tuanya tidak mau menjelaskan sesuatu yang menjadi akar permasalahan keluarganya. Alyza dan Aksya sudah bertanya sebelumnya terkait hal ini. Namun, tidak ada jawaban yang pasti. Jawaban dari kedua orang tua mereka sangat menggantung.
Maka, Alyza mengirim pesan pada Aksya lagi.
Abang Aksya
Bang kita ini di mata mama sama | papa masih anak kecil kah?
Kenapa mereka nggak mau bilang yang sebenarnya?| Abang juga mikir gitu Ly
Tapi yang jelas kita udah tau kalau papa selingkuh
Untuk alasan papa selingkuh abang nggak tau
Mungkin mama udah nggak kuat sama kelakuan bejat papa dan pergi ke rumah nenekMungkin buat nanyain solusi? |
Papa emang salah
Tapi aku nggak mau kalau mereka.. pisah| Abang nggak tau harus gimana
Keputusan ada di tangan mama
Abang cuma berharap yang terbaikAbang berani kan sendirian di | rumah?
| Beranilah
Rumah rumah sendiri
Emang kamu nggak berani sendirianYee Aly berani tau |
Ya udah bang mau tidur dulu sama kakek wlee
Bye| Dasar adek kampret
Alyza menahan tawanya setelah membaca pesan terakhir dari Aksya. Hatinya sekarang sedikit lebih tenang. Tidak risau seperti tadi. Mungkin memang dia harus tidur sekarang.
Lupa memang wajar. Alyza benar-benar lupa tidak membuat adonan corn dog malam ini. Alhasil, Alyza mengirim pesan kepada Enzi yang sebelumnya sudah memesan corn dognya. Memberi tahu kalau corn dog ready lagi di hari besoknya lagi. Tak lupa juga Alyza meminta maaf.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love is Around [Open Pre-Order]
Teen FictionApa yang akan kamu lakukan jika dihadapkan dengan situasi yang rumit? Terlebih lagi bila harus memilih antara masa depan atau keluarga. Itulah yang dirasakan Alyza saat ini. Masing-masing pilihan menentukan nasib yang akan Alyza lalui. Entah itu mer...